Imbal Hasil Obligasi AS Sentuh Rekor Tertinggi

Pada penutupan perdagangan wall street Selasa, 28 September 2022, indeks S&P 500 merosot 0,21 persen ke posisi 3.647,29.

oleh Agustina Melani diperbarui 28 Sep 2022, 07:30 WIB
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan Selasa, 27 September 2022. Indeks S&P 500 anjlok ke wilayah bearish atau turun, setelah sentuh level terendah baru pada 2022. Di sisi lain, imbal hasil surat berharga AS atau obligasi bertenor 10 tahun naik ke level tertinggi dalam satu dekade.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 merosot 0,21 persen ke posisi 3.647,29. Indeks Dow Jones tergelincir 125,82 poin atau 0,43 persen ke posisi 29.134,99. Indeks Nasdaq naik 0,25 persen ke posisi 10.829,50.

Indeks S&P 500 berada 24,3 persen di bawah rekor yang ditetapkan pada Januari 2022. Sedangkan indeks Dow Jones 21,2 persen ke bawah posisi tertinggi sepanjang masa. Indeks Nasdaq susut lebih dari 33 persen sejak mencapai rekor pada November 2022.

Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun melampaui 3,9 persen, dan terus menguat ke posisi 4 persen.

"Fakta bahwa kami kehilangan level support di 3.900,3.800 dan tentu saja langsung menuju ke posisi terendah pada Juni memberitahukan lingkungan tidak banyak berubah selama enam minggu terakhir," ujar Chief Market Strategist B.Riley Financial Art Hogan dikutip dari CNBC, Rabu (28/9/2022).

Hogan mengatakan, pihaknya khawatir kalau the Fed akan berlebihan dan mendorong ekonomi ke dalam resesi.

Saham awalnya mendapatkan dorongan setelah Presiden Federal Reserve Chicago Charles Evans mengisyaratkan beberapa kekhawatiran tentang bank sentral menaikkan suku bunga terlalu cepat untuk melawan inflasi. Komentar Evans kontras dengan beberapa pejabat the Fed baru-baru ini yang menyatakan tidak ragu-ragu mendukung sikap keras bank sentral terhadap inflasi.


Imbal Hasil Obligasi AS Bertenor 10 Tahun

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Pergerakan itu terjadi setelah kerugian lima hari berturut-turut untuk saham dengan indeks S&P 500 ditutup ke level terendah sejak 2020.

Indeks Dow Jones turun lebih dari 300 poin pada Senin, 26 September 2022 menempatkannya di pasar bearish setelah jatuh lebih dari 20 persen di bawah rekor tertinggi. Rata-rata indeks saham acuan Dow Jones membukukan level penutupan terendah sejak akhir 2020.

Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun mendekati level kunci 4 persen. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun mendekati 4 persen, level yang belum pernah disentuh sejak 2020. Pada perdagangan Selasa sore waktu setempat mencapai 3,96 persen. “Ini benar-benar mengesankan, dan saya hanya berpikir belum ada yang mau turun tangan dan menangkap “pisau yang jatuh”,” tutur Ben Jeffrey dari BMO.

Ia menambahkan, kurangnya likuiditas juga mendorong imbal hasil yang bergerak berlawanan dengan harga.

Di sisi lain, pasar mendapatkan dorongan dari saham teknologi sebelum praperdagangan karena lonjakan suku bunga yang mereda. Saham teknologi kapitalisasi besar memimoin lebih tinggi. Saham Apple naik 1,5 persen, Microsoft mendaki 1,2 persen, induk Google Alphabet bertambah 1,5 persen dan Amazon naik 1,9 persen. Selain itu, saham Nvidia menguat hampir 2 persen, Intel naik 2 persen, dan Broadcom bertambah 1,7 persen.

 


Penutupan Wall Street 27 September 2022

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada penutupan perdagangan saham Senin, 26 September 2022. Tekanan terhadap wall street terjadi seiring lonjakan suku bunga dan gejolak yang mengguncang mata uang global.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 turun 1,03 persen menjadi 3.655,04, jatuh di bawah penutupan terendah pada Juni 2022 di 3.666,77. Pada satu titik Senin siang waktu setempat, indeks sempat merosot ke 3.644,76, kurang dari delapan poin dari level terendah intraday 2022 di kisaran 3.636,87.

Indeks Dow Jones turun 329,60 poin atau 1,11 persen ke posisi 29.260,81. Indeks saham acuan tersebut turun sekitar 20,4 persen dari penutupan tertinggi pada 4 Januari 2022. Indeks Nasdaq susut 0,6 persen ke posisi 10.802,92.

Mata uang Pound Inggris turun ke rekor terendah terhadap dolar AS pada Senin, 26 September 2022. Pound Inggris turun 4 persen pada satu titik terendah sepanjang masa di USD 1,0382. Pound sejak itu turun dari level terburuknya karena spekulasi Bank of England mungkin harus menaikkan suku bunga lebih agresif untuk menekan inflasi.

Kenaikan agresif suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve ditambah dengan pemotongan pajak Inggris diumumkan pekan lalu telah menyebabkan dolar AS melonjak. Euro mencapai level terendah terhadap dolar AS sejak 2002.

Dolar AS yang melonjak dapat merugikan keuntungan perusahaan multinasional Amerika Serikat (AS) dan juga berdampak negatif terhadap perdagangan global dengan begitu banyak yang ditransaksikan dalam dolar AS.

“Kekuatan dolar AS seperti itu secara historis menyebabkan semacam krisis keuangan atau ekonomi,” ujar Chief US Equity Strategist Morgan Stanley, Michael Wilson dikutip dari CNBC, Selasa, 27 September 2022.


Imbal Hasil Obligasi AS dan Harga Minyak

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Di sisi lain, imbal hasil obligasi melonjak pada Senin, 26 September 2022 dengan imbal hasil tenor 10 tahun melampaui 3,9 persen pada satu titik, dan menandai level tertinggi sejak 2010.

Imbal hasil juga melonjak pada obligasi bertenor dua tahun yang sangat sensitif terhadap kebijakan the Federal Reserve (the Fed). Imbal hasil melampaui 4,3 persen level tertinggi sejak 2007.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) tergelincir 2,58 persen ke posisi USD 76,71. Harga minyak WTI ini merupakan level terendah sejak 3 Januari 2022.

Harga minyak Brent susut 2,43 persen ke posisi USD 86,06. Sebelumnya harga minyak Brent diperdagangkan rendah di posisi USD 83,81 level terendah sejak 13 Januari 2022.

Harga minyak naik pada awal tahun didorong oleh invasi Rusia ke Ukraina, tetapi penurunan komoditas baru-baru ini telah memangkas kenaikan secara tajam pada 2022. Harga minyak WTI hanya naik 1,99 persen pada 2022, sedangkan harga minyak Brent bertambah 8,07 persen.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya