Survei: Investor Kripto Wanita di Australia Untung Lebih Banyak Ketimbang Pria

Wanita Australia melaporkan keuntungan sebesar USD 7.314 atau sekitar Rp 110,9 juta.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 28 Sep 2022, 14:52 WIB
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Menurut survei baru oleh pertukaran kripto Swyftx, investor kripto wanita di Australia mencatatkan lebih banyak keuntungan dibandingkan investor kripto pria. 

Wanita Australia melaporkan keuntungan sebesar USD 7.314 atau sekitar Rp 110,9 juta, dibandingkan dengan USD 7.089 (Rp 107,5 juta) untuk pria Australia. Meskipun musim dingin kripto berdampak keras, 72 persen orang Australia yang memiliki kripto melaporkan keuntungan rata-rata USD 7.152.

Temuan ini mungkin mengejutkan, tetapi ada beberapa informasi menarik lainnya yang didapat dari survei tersebut. Tahun ini, orang Australia lebih tertarik untuk membeli kripto. 

Menurut Swyftx, pengeluaran kripto telah meningkat selama 12 bulan terakhir ini dengan 53 persen pemilik kripto Aussies melaporkan mereka telah menggunakan kripto mereka untuk melakukan pembelian. 

Situs web paling populer untuk membeli barang dengan kripto adalah Amazon dengan persentase 27 persen, diikuti oleh restoran dan hotel sebesar 23 persen dan pompa bensin 21 persen. 

Pengeluaran Kripto Australia Meningkat

Kepala Kemitraan Strategis di Swyftx, Tommy Honan mengatakan secara teknis, orang Australia dapat menghabiskan kripto mereka hampir di mana saja jika mereka memiliki kartu pembayaran Mastercard atau Visa dari penyedia aset digital.

“Kami pikir adopsi kartu pembayaran kripto adalah alasan mengapa kami melihat lonjakan besar dalam jumlah orang Australia yang mengatakan bahwa mereka telah menggunakan kripto untuk pembelian,” ujar Honan dikutip dari beincrypto, Rabu (28/9/2022). 

Honan menambahkan, dalam jangka panjang, peningkatan penggunaan kripto untuk pengeluaran memang mempertanyakan asumsi cryptocurrency adalah aset murni spekulatif. 

“Kami semakin dekat dengan tesis jangka panjang Bitcoin sebagai mata uang,” pungkas Honan. 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Pasar Kripto Belum Pulih, Ancaman Resesi Semakin Kuat

Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Sebelumnya, pergerakan pasar aset kripto pada Senin pagi, 26 September 2022 belum kembali pulih sepenuhnya. Sentimen makroekonomi lagi-lagi menjadi batu sandungan utama yang membuat pasar kripto belum maksimal reli kenaikan. 

Sepanjang akhir pekan, kinerja market kripto sepertinya mengikuti performa indeks saham AS yang lesu karena ancaman resesi. Hal ini dapat dimaklumi mengingat investor selalu bercermin ke pergerakan di pasar modal untuk melihat selera risiko investor secara umum.

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, di samping itu, pergerakan aset kripto juga terbilang volatil lantaran minimnya sentimen positif yang kuat. Apalagi, volume perdagangan aset kripto di akhir pekan juga cenderung sepi, sehingga tidak ada aksi price actions yang kuat dari investor.

“Biang kerok utamanya tetap berasal dari efek hasil rapat FOMC The Fed, pada Rabu 21 September 2022 lalu,” ujar Afid dalam analisis pasar harian yang diterima Liputan6.com, Senin (26/9/2022).

Hasil rapat itu menimbulkan ketakutan, terutama dari komentar Ketua The Fed, Jerome Powell, yang memberi sinyal pihaknya masih punya ruang untuk mengerek suku bunga acuannya hingga 4,4 persen di akhir tahun. Padahal, The Fed tadinya hanya berniat menaikkan suku bunga acuannya hingga 3,4 persen saja.

Di samping itu, dalam proyeksi kenaikan suku bunga acuan jangka pendeknya (Dot Plot) yang dirilis bersamaan cukup membuat market kripto tersiksa. 

“The Fed juga berniat untuk membawa suku bunga acuan AS di kisaran 4,5 persen hingga 5 persen di tahun depan, meski sebelumnya optimis ingin melonggarkan kebijakan moneternya di 2023," ujar Afid.


Analisis Teknikal

Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)

Nilai aset kripto semakin susah menguat setelah nilai indeks Dolar AS (DXY) ternyata semakin tangguh pada Senin pagi. Nilai DXY diketahui berada di 113,78 pada pukul 09.00 WIB, menguat 0,53 persen dibanding sehari sebelumnya. Investor tentu akan menukarkan aset kriptonya menjadi Dolar AS ketika nilainya sedang naik.

Analisis Teknikal

Dari analisis teknikalnya, secara umum Bitcoin masih berada pada tren bearish. BTC akan mencari lower high terbarunya untuk membentuk pola uptrend. Penurunan bisa terjadi di area support terdekat di rentang USD 18.577 atau sekitar Rp 280,6 juta hingga USD 18.823 atau 284,4 juta.

Sementara, Ethereum dilihat dari grafik Day-20 EMA, jika kembali turun kemungkinan besar akan retest di area support terdekat pada level USD 1.245 (Rp 118,8 juta). Jika pergerakan harga ETH breakdown titik support tersebut, kemungkinan penurunan harga ETH akan menyentuh level USD 1.187 (Rp 17,9 juta) sebagai tahanan selanjutnya.


3 Warga Nigeria Diduga Gunakan Hasil Pencucian Uang untuk Beli Bitcoin

Ilustrasi bitcoin (Foto: Visual Stories/Unsplash)

Sebelumnya, Badan penegak hukum global, Interpol berusaha untuk menyelesaikan kasus di mana tiga warga negara Nigeria diduga telah menggunakan hasil pencucian uang untuk membeli Bitcoin senilai lebih dari USD 43 juta atau sekitar Rp 623.4 miliar.

Dalam sebuah laporan, dikutip dari Bitcoin.com, Sabtu (24/9/2022), tiga warga Kenya termasuk seorang politisi Kenya kuat yang tidak disebutkan namanya dituduh telah membantu trio Nigeria dalam upaya mereka untuk menyembunyikan motif yang tepat untuk memindahkan dana tersebut.

Menurut sebuah laporan oleh publikasi Kenya, The Nation, penyelidikan oleh Interpol menemukan ketiganya dapat mentransfer lebih dari USD 215 juta dari Nigeria ke Kenya antara Oktober dan November 2020.

Setelah dana berada di Kenya, ketiganya, Olubunmi Akinyemiju, Olufemi Olukunmi Demuren, dan Eghosasere Nehikhare, melakukan pembelian Bitcoin.

Selama pembelian ini, ketiganya dikatakan telah memperoleh Bitcoin yang pada saat itu bernilai USD 36.353.728 dari cabang Binance yang terdaftar di AS, salah satu pertukaran cryptocurrency terbesar berdasarkan volume yang diperdagangkan. 

Selanjutnya USD 7.246.582 digunakan untuk membeli Bitcoin di Busha, pertukaran mata uang kripto lainnya.

 

 


Selanjutnya

Ilustrasi bitcoin (Foto: Vadim Artyukhin/Unsplash)

Setelah memperoleh Bitcoin, ketiganya diyakini telah mendistribusikan kripto ke dompet individu sebagai bagian dari upaya untuk membuat ini tidak dapat dilacak, kata laporan itu.

Namun, publikasi Kenya mengatakan tidak dapat memastikan jumlah pasti Bitcoin yang dibeli trio Nigeria di bursa kripto Kenya Bitpesa dan di Quidax.

Laporan itu mengatakan trio Nigeria telah berhasil memindahkan dana dengan dalih mereka adalah "transfer dana perusahaan yang sama." Namun, besarnya transfer dana itu akhirnya membangkitkan minat Interpol.

Setelah penyelidikan Interpol, Badan Pemulihan Aset (ARA) Kenya dilaporkan telah memperoleh putusan pengadilan yang mengizinkannya untuk membekukan enam rekening bank milik enam perusahaan yang terkait dengan dugaan pencucian uang.

Sementara itu, laporan Nation mengidentifikasi Pauline Wanjiru Wachira dan Evalyne Wawira Gachoki sebagai dua warga Kenya lainnya yang mungkin telah membantu trio Nigeria untuk memindahkan dana yang dicuci.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya