Liputan6.com, Jakarta Dengan banyaknya aktivitas atau kesibukan yang kita lakukan, terkadang mengundang beragam penyakit yang menghampiri tubuh. Salah satu yang sering terjadi adalah nyeri pada leher. Banyak faktor yang mempengaruhi nyeri pada leher terjadi, salah satunya adalah terlalu lama di depan komputer. Faktor tersebut mengakibatkan spasme terjadi pada otot akibat posisi tubuh yang salah.
Gejala yang terjadi ketika nyeri pada leher adalah rasa kaku yang terjadi pada leher. Selain itu, disertai pula oleh rasa nyeri yang menjalar dari bahu hingga lengan dan jari tangan. Kondisi seperti itu seringkali diidap oleh wanita dibandingkan pria. Dan biasanya, nyeri pada leher dapat sembuh dalam beberapa hari atau beberapa minggu tanpa pengobatan khusus.
Advertisement
Namun, berbagai keluhan ringan terkait dengan nyeri pada leher seringkali terjadi. Dan mirisnya, 10 persen penderita nyeri pada leher bisa menjadi kronis. Untuk itu, ada baiknya kita mengenali penyebab, gejala, diagnosis, dan terapi nyeri pada leher seperti yang dianjurkan oleh dr. I Made Buddy Setiawan, M.Biomed, Sp.OT(K)Spine dari RS EMC Sentul di bawah ini.
Penyebab Nyeri pada Leher
Secara anatomi, leher memiliki struktur berupa tulang servikal atau tujuh tulang belakang pertama dari atas dan jaringan lunak seperti otot, ligamen, dan diskus. Dan jika struktur tulang tersebut cedera atau penyakit menghampiri jaringan tersebut, menjadi penyebab nyeri pada leher. Selain itu, ada pula penyebab nyeri pada leher bisa terjadi, seperti:
1. HNP (Hernia Nucleus Pulposus) Cervical. Penyebab nyeri pada leher satu ini sering kita kenal dengan sebutan saraf terjepit. HNP Cervical bisa terjadi ketika terdapat bagian bantalan sendi pada ruas tulang belakang yang keluar menonjol dan menekan saraf pada daerah sekitarnya.
2. Cervical Osteoarthritis. Penyebab nyeri pada leher satu ini terjadi karena adanya pengapuran atau radang sendi facet pada cervical. Kondisi ini terjadi terkait dengan usia yang menyerang sendi dan diskus, yang terletak pada tulang belakang bagian servikal atau leher.
3. Cervical Stenosis. Ini bisa terjadi karena berkurangnya diameter canal pada cervical akibat perubahan secara degeneratif pada struktur jaringan disekitar seperti osifikasi posterior ligamen atau penebalan ligamentum flavum. Atau jika dijelaskan secara singkat merupakan penyempitan yang terjadi di ruas tulang belakang bagian leher.
Gejala Nyeri pada Leher
Nyeri pada leher sering dijelaskan seperti nyeri tumpul atau pegal-pegal. Atau bisa juga seperti nyeri tajam dan menusuk. Gejala tersebut diperberat oleh pergerakan leher sehingga leher menjadi kaku.
Ketika kondisi leher menjadi kaku, nyeri yang dirasakan akan menjalar ke bagian tubuh yang lain. Dan nyeri pada leher yang kaku atau tegang, akan seperti aliran listrik yang menyetrum dan menjalar dari bahu, lengan, hingga jari tangan.
Selain itu, terjadi pula gangguan yang terjadi pada saraf. Gangguan tersebut akan memunculkan rasa kesemutan atau kebas pada lengan dan jari tangan. Dan pada kondisi yang lebih berat, terdapat kelemahan pada tungkai baik tangan maupun kaki sehingga terasa berat jika digunakan untuk beraktivitas.
Cara Diagnosis Nyeri pada Leher
Untuk melakukan diagnosis nyeri pada leher, tak boleh asal sembarang. Pertama kali, kita harus melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap, mulai dari leher, lengan, hingga kaki. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui flexibilitas dari pergerakan leher, jangkauan gerak leher, dan tanda-tanda iritasi pada cabang saraf leher yang dicurigai.
Buat kalian yang mengidap nyeri pada leher, akan dilakukan pemetaan daerah pada tubuh yang dirasa kesemutan, kebas, maupun kelemahan sesuai dengan area dermatom dan motorik saraf. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dengan X-Ray konvensional, CT Scan, dan MRI.
Terapi Nyeri pada Leher
Ada dua pilihan ketika sudah mengetahui hasil diagnosis atau penyebab nyeri pada leher, seperti terapi konvensional dan terapi pembedahan. Terapi konvensional dilakukan dengan cara fisioterapi, terapi dingin atau panas, injeksi cervical, obat-obatan, dan latihan fisik.
Dan jika dengan terapi konvensional tidak berhasil meredakan nyeri pada leher, bisa dilakukan dengan terapi pembedahan. Akan tetapi, terapi pembedahan akan dilakukan dengan menyesuaikan penyebab dari nyeri pada leher. Semisal saraf terjepit dapat dilakukan dekompresi saraf dengan berbagai pilihan teknik operasi mulai dari minimal invasif atau endoscopy.
Untuk mengetahui nyeri pada leher lebih lanjut, langsung saja konsultasi dengan dokter yang ahli dan berpengalaman untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Salah satunya dengan dr. I Made Buddy Setiawan, M.Biomed, Sp.OT(K)Spine dari RS EMC Sentul.
(*)
Advertisement