BRIN Rancang Ulang Motor Listrik agar Bisa Digunakan Penyandang Disabilitas

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) merancang ulang sepeda motor listrik roda tiga agar dapat digunakan kaum disabilitas untuk berjualan keliling.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Sep 2022, 16:00 WIB
Kendaraan listrik terlihat di Jakarta, Rabu (24/11/2021). Penggunaan kendaraan listrik sesuai dengan Peraturan Presiden No. 55/2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) merancang ulang sepeda motor listrik roda tiga agar dapat digunakan kaum disabilitas untuk berjualan keliling.

"Kendaraan listrik ini diperuntukkan bagi orang yang mengalami keterbatasan fisik agar dapat berniaga," kata periset dari Pusat Riset Mekatronika Cerdas BRIN Yukhi Mustaqim Kusuma Sya’bana, dikutip Antara, Rabu (28/9/2022).

Ia menjelaskan kendaraan dirancang agar ramah disabilitas itu dengan dilengkapi fasilitas tambahan seperti sandaran lengan dan punggung, kanopi, dan kotak yang berisi barang yang dijual termasuk makanan dan minuman ringan.

Pintu kotak dibuat terbuka sehingga penjual tidak perlu turun dari kendaraan, dan pembeli dapat mengambil langsung produk yang dijajakan dari kotak.

"Kita berikan kanopi untuk reduksi paparan cuaca. Kita membuat display container di belakang untuk berjualan," kata Yukhi.

Prototipe sepeda motor listrik tersebut masih terus dikembangkan dan akan dilengkapi dengan sejumlah fitur seperti self service and ordering, aplikasi hailing atau pemanggil, kontrol jelajah adaptif, rem, sensor dan Global Positioning System (GPS).

Melalui fitur self service and ordering, sistem pembayaran dan pemesanan produk dilakukan mandiri oleh pembeli sehingga dapat mempercepat proses transaksi dan mengurangi interaksi verbal yang sulit dilakukan kaum disabilitas tertentu.

"Berharap nantinya tidak hanya kaum difabel (berkebutuhan khusus) yang bisa pakai ini, namun manula, orang dengan penurunan fisik bahkan orang yang normal pun bisa menggunakan ini," katanya.

Ia mengajak semua pihak termasuk industri untuk berkolaborasi dalam melakukan hilirisasi hasil riset dan inovasi tersebut agar bisa digunakan oleh masyarakat luas.

"Ke depannya kita akan bisa testing (uji coba) ke pengguna dan itu nanti ada proses interaktif apakah produk ini cocok digunakan di masyarakat," katanya.

 

 


Terinspirasi dari Gilang, Penjaja Kopi Keliling

Yukhi mengawali risetnya dengan observasi dan studi kasus di wilayah Kajen, Pekalongan dan menemukan sosok Gilang, penjaja kopi keliling setempat dengan kondisi disabilitas. “Ada tiga kunci dalam riset ini, yaitu keberlanjutan, disabilitas, dan ketahanan industri lokal.

Hasilnya, Yukhi dan tim berhasil membuat prototipe yang masih disempurnakan, berupa sepeda motor listrik dengan berbagai fitur yang bisa mendukung niaga penyandang disabilitas seperti Gilang. Fitur-fitur tersebut meliputi brake assist, sensors, hailing app, kamera, hingga gps.

“Karena kadang-kadang mereka keliling nggak tahu ada dimana,” tuturnya. Yukhi menceritakan bahwa area penjualan Gilang menjadi lebih luas dengan pendapatan yang naik hingga hampir 2 kali lipat.

Yukhi percaya orang dengan disabilitas tidak hanya objek tapi juga bisa menjadi penggerak ekonomi. “Kami berharap prototipe ini akan lebih accessible bagi semua tidak hanya disabilitas,” katanya, melalui laman resmi BRIN.

Peneliti Pusat Riset Mekatronika Cerdas BRIN, Bambang Wahono pun membagikan pengalamannya dalam pengembangan range extender engine satu untuk kendaraan listrik roda tiga multipurpose. Riset tersebut merupakan kerja sama dengan salah satu merk motor terkemuka di Indonesia, Viar.

Bambang dkk meneliti fitur Range Extender (RE) yang dibenamkan pada Viar. Secara sederhana RE adalah genset kecil yang bekerja ketika dibutuhkan saja. “Fungsi RE ini memperpanjang jarak tempuh kendaraan,” jelasnya.

Sistem RE bekerja ketika voltase kendaraan menurun pada batas atau kondisi tertentu. Bambang mencontohkan, suatu kendaraan melaju dan mengalami penurunan voltase 100 persen maka ia akan mati. Namun, jika kendaraan itu memiliki RE, maka bisa terus berjalan.

Komponen RE kian penting mengingat perkembangan kendaraan listrik di Indonesia sendiri masih terus berprogres. Orang mungkin akan cemas seandainya kendaraan listrik yang dijalankan kehabisan baterai.

Dirinya menguji komponen baterai dan fungsi RE pada Viar pada berbagai kondisi. Hal itu untuk menemukan isu-isu penting terkait optimalisasi RE pada Viar. Dia dan tim juga menguji kebutuhan bahan bakar pada RE. Hasilnya, mereka mengganti throttle dan menambahkan control throttle pada RE agar genset kian optimal. “Tindakan tersebut terbukti efektif dalam meningkatkan performa dan menutup kelemahan RE,” pungkasnya.

Prototipe tersebut akan dipamerkan dalam pameran kendaraan listrik Indonesia Electric Motor Show (IEMS) 2022 di Jakarta Convention Center pada 28-30 September 2022.

 

 

 

 

 

 

 

 


Riset Inovasi dan Sistem Charging

BRIN mencatat, perkembangan kendaraan listrik global saat ini mengikuti perkembangan dan transformasi digital yang terjadi di semua sektor, termasuk di dalamnya sektor transportasi.

Dan kini kita mengenal smart transportation atau transportasi cerdas yang menggabungkan beberapa bidang ilmu, seperti IoT, Ai, Big Data, dan lainnya.

“Fokus riset kendaraan listrik di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) saat ini adalah penguasaan teknologi kunci dan pengembangan kendaraan otonom, sistem otonom untuk kendaraan listrik berbasis baterai, termasuk di dalam ruang lingkup adalah penguasaan teknologi kunci kendaraan listrik,” ungkap Kepala Organisasi Riset Elektronika dan Informatika (OREI) BRIN, Budi Prawara, dikutip dari laman resmi BRIN.

Dia juga menyampaikan bahwa riset kendaraan listrik di BRIN saat ini dilakukan di berbagai Organisasi Riset, tidak hanya di OREI, tapi juga di beberapa OR lain, seperti OR Energi dan Manufaktur, OR Nanoteknologi dan Material, serta dukungan dari OR Penerbangan dan Antariksa, dan ilmu-ilmu sosial.

Beberapa contoh riset dan inovasi pada motor listrik yang merupakan komponen penggerak dari kendaraan listrik, pengganti mesin atau motor bakar pada kendaraan konvensional. Demikian juga dengan riset pada sistem charging dan baterai yang digunakan untuk mengisi daya dan sumber energi dari kendaraan listrik.

“Untuk kendaraan otonom ada beberapa kegiatan riset seperti sistem deteksi objek berbasis kamera, LIDAR dan RADAR. Sistem telekomunikasi kendaraan otonom, sistem navigasi, dan sistem kendali yang mengintegrasikan sistem deteksi objek dan sistem mekanik atau penggerak,” jelasnya.

 

 


Tren Kendaraan Listrik Semakin Positif

Perkembangan kendaraan listrik global, ungkap Budi, menunjukan tren yang semakin positif. Global EV Outlook 2022 melansir bahwa pada tahun 2021 terjadi peningkatan utilitasi atau populasi sebesar 4 kali lipat dibanding tahun 2019.

“Hal ini didasari karena efisiensi kendaraan listrik jauh lebih baik dibandingkan kendaraan konvensional, serta semakin meningkatnya kesadaran untuk mengurangi polusi dengan kendaraan zero emission. Di Indonesia, upaya percepatan program kendaraan listrik yang tentunya dengan dukungan riset dan inovasi melalui penguasaan teknologi kunci kendaraan listrik diharapkan dapat berkontribusi pada peningkatan kandungan komponen dan produk lokal,” tuturnya.   

Lebih lanjut ia menyampaikan, kebutuhan akan sistem pengisian daya atau SPKLU yang tersebar di wilayah Indonesia merupakan suatu peluang untuk dapat mengimplementasikan hasil riset charging station, baik slow charging maupun fast charging. Demikian juga dengan peluang untuk elektrifikasi kendaraan-kendaraan kecil untuk sistem logistik dan kendaraan listrik untuk membantu penyandang disabilitas baik untuk transportasi maupun untuk membantu mereka dalam berniaga.

“Dengan berbagai peluang di atas, semoga dapat terjalin kolaborasi yang baik diantara periset BRIN dan universitas, serta tentunya kolaborasi dengan mitra industri dan stakeholders. Tentunya perlu juga dukungan dari pemerintah dengan kebijakan untuk dapat mengedepankan pemanfaatan teknologi dalam negeri dan juga ekosistem kendaraan listrik yang berkelanjutan,” ujar Budi.

 

 

 

motor listrik lebih murah dalam perawatan, tapi tidak untuk baterai (liputan6.com/abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya