Direktur Keuangan Blue Bird Mengundurkan Diri

Manajemen PT Blue Bird Tbk telah menerima permohonan pengunduran diri Eko Yuliantoro sebagai direktur perseroan pada 26 September 2022.

oleh Agustina Melani diperbarui 28 Sep 2022, 16:35 WIB
RUPST PT Blue Bird Tbk pada Jumat, 27 Agustus 2021 (Dok: PT Blue Bird Tbk)

Liputan6.com, Jakarta - PT Blue Bird Tbk (BIRD) menyampaikan laporan pengunduran diri direktur perseroan Eko Yuliantoro pada 26 September 2022.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Rabu (28/9/2022), manajemen PT Blue Bird Tbk telah menerima permohonan pengunduran diri Eko Yuliantoro sebagai direktur perseroan pada 26 September 2022.

"Sesuai dengan peraturan OJK, kami akan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham untuk memutuskan permohonan pengunduran diri tersebut,” tulis Direktur Utama PT Blue Bird Tbk, Sigit Priawan Djokosoetono.

Mengutip laman Blue Bird, Eko Yuliantoro bergabung di PT Blue Bird Tbk pada 2020 sebagai Chief Financial Officer (CFO). Eko merupakan lulusan sarjana teknik sipil, Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1988 dan Magister Management dari Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Manajemen pada 2005 dengan cum laud dengan pengalaman kerja selama 30 tahun.

Sebelum bergabung di Blue Bird, Eko telah menduduki posisi-posisi senior di berbagai perusahaan, termasuk mengemban jabatan sebagai Direktur Keuangan di Perusahaan Umum (Perum) Perumahan Nasional dari 2017-2020.

Eko juga pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT Bahana Sekuritas dari 2009-2013, sebelum menjabat sebagai Komisaris Utama di PT Bahana Sekuritas pada 2013 sampai dengan 2017.

Selain itu, Eko Yuliantoro juga pernah mengemban tanggung jawab sebagai Direktur Keuangan PT Bahana Pembinaan usaha Indonesia (Persero) dari 2013-2015 sebelum menjabat sebagai Direktur Operasi PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) dari 2015-2017.

 


Minat Taksi EV Tinggi, Blue Bird Tambah 150 Kendaraan Listrik

Pengemudi mobil Blue Bird BYD e6 A/T tengah mengisi daya listrik di pool Blue Bird, Jakarta, Selasa (23/4). Terdapat dua jenis mobil listrik yang digunakan Blue Bird yakni BYD e6 A/T untuk taksi reguler atau Blue Bird dan Tesla Model X 75D A/T untuk taksi eksekutif atau Silverbird. (Liputan6.com/Ang

Sebelumnya, PT Blue Bird Tbk (BIRD) mengungkapkan minat masyarakat untuk naik taksi listrik atau kendaraan listrik (electric vehicle/EV) ini cukup besar. Hal itu tercermin dari penggunaan kendaraan listrik di bandara oleh sejumlah masyarakat. 

Direktur Utama PT Blue Bird Tbk, Sigit Djokosoetono menuturkan, minat masyarakat untuk naik taksi listrik cukup besar. 

“Cukup besar karena kalau kita lihat di bandara, EV kita juga menjadi salah satu tempat yang langsung berada di lobby ya. Jadi begitu tamu melihat ini apa? Ini EV, cobalah silakan. Inputnya sampai saat ini cukup baik,” kata Sigit kepada awak media, Rabu (28/9/2022).

Blue Bird juga menargetkan tambahan kendaraan listrik sebanyak 150 hingga akhir tahun ini. Namun, hingga saat ini Blue Bird baru melakukan impor sebanyak 50 lebih kendaraan sebelum akhir tahun. 

"Jadi kita tetep progress untuk membeli kendaraan listrik, tapi tantangan kita saat ini adalah supply kendaraan terbatas. Sehingga kita sudah mengimpor udah 50 lebih kendaraan yang akan kita dapatkan sebelum akhir tahun ini kita tetep coba akan tambahkan, memang kita harus cari supplynya yang bisa kita dapat, mungkin setelah G20 nanti supply akan lebih banyak karena banyak kendaraan dialokasikan ke G20 ya, setelah itu supply akan lebih baik,” kata dia.

Selain sulitnya pasokan kendaraan dari luar negeri, saat ini juga memang sedang terjadi kelangkaan chip. 

“Bukan hanya dari luar, karena penggunaan kendaraan listrik pada saat G20 di Bali cukup banyak itu memang dalam suatu proyek pemerintah yang cukup besar setelah itu demand itu sendiri juga ada peningkatan tapi supply belum siap, industri pasti mengejar pada kuartal I atau II. Semester  I ini supply kendaraan terhambat karena kekurangan chip,” ujar dia.


Merek BYD dan Hyundai

Pengemudi mobil Blue Bird BYD e6 A/T tengah mengisi daya listrik di pool Blue Bird, Jakarta, Selasa (23/4). Perusahaan taksi Blue Bird meluncurkan taksi bertenaga listrik pertama di Indonesia. Rencananya, sebanyak 30 unit taksi listrik Blue Bird akan beroperasi mulai Mei 2019. (Liputan6.com/Angga Yu

Dia juga menjelaskan, 150 kendaraan listrik tersebut berasal dari merek BYD dan juga Hyundai.

“BYD karena fokus kita untuk kendaraan yang regular taxi, lalu disaat bersamaan sourcing Hyundai dan lainnya untuk kebutuhan kendaraan rental di perusahaan,” imbuhnya.

Tak hanya itu, Bluebird juga menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar Rp 1,2 triliun untuk penambahan dan peremajaan armada, termasuk untuk kendaraan listrik. Hingga saat ini belanja modal tersebut sudah terserap 50 persen.

"Saat ini hampir 50 persen lebih sudah terealisasi karena memang kendaraan supply bukan hanya kendaraan listrik kita capex untuk kendaraan keseluruhan, semester I ini supply kendaraan terhambat karena kekurangan chip,” kata dia.

Sigit mengharapkan apa yang sudah direncanakan sebelumnya bisa tercapai dan menunggu kepastian pasokan kendaraan. 

"Sekarang mengejar, Insyaallah kita bisa dapat tercapai. Kita tentunya menunggu kepastian supply kalau dilihat dari supply kendaraan non listrik stabil, kita akan realisasikan pada kuartal IV,” pungkasnya.

 


Sewa Mobil Perusahaan Topang Kinerja Blue Bird

Sejumlah taksi mobil listrik parkir terlihat di pool Blue Bird, Jakarta, Selasa (23/4). Jumlah taksi mobil listrik Blue Bird akan terus meningkat hingga menjadi 200 unit pada 2020, dan mencapai 2 ribu unit pada 2025. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Blue Bird Tbk (BIRD) mengungkapkan, kontribusi pendapatan terbesar berasal dari taksi reguler. Namun, saat ini rental car corporate mulai menopang kinerja.

"Kontribusi paling besar dari taksi reguler,” kata Direktur Utama PT Blue Bird Tbk, Sigit Djokosoetono dalam acara Emiten Talk, ditulis Jumat (12/8/2022).

Tidak hanya itu, rental mobil kepada perusahaan juga memberikan kontribusi bagi pendapatan perseroan. "Dulu memang cukup banyak (kontribusi dari taksi reguler), tapi sekarang bergeser karena ada bisnis yang lebih tinggi dan sekarang ada rental car corporate,” ungkapnya.

Sebelumnya, PT Blue Bird Tbk (BIRD) menanggapi aturan baru yang dikeluarkan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terkait tarif ojek online (ojol) yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 564 Tahun 2022.Direktur Utama PT Blue Bird Tbk, Sigit Djokosoetono mengatakan, pasar taksi dengan ojol merupakan hal yang berbeda. Namun, kenaikan tarif ojol pun berdampak terhadap perubahan permintaan taksi.

"Marketnya kalau bisa dibilang terpisah ya, karena yang naik kendaraan ojol sama yang naik roda empat itu berbeda, tapi kalau dilihat semakin tingginya tarif ojol sebenarnya gap antara kendaraan roda dua dan roda empat menjadi lebih tipis," katanya kepada awak media, Selasa, 9 Agustus 2022.

 


Dampak Positif

Pengemudi mobil Blue Bird BYD e6 A/T tengah mengisi daya listrik di pool Blue Bird, Jakarta, Selasa (23/4). Terdapat dua jenis mobil listrik yang digunakan Blue Bird yakni BYD e6 A/T untuk taksi reguler atau Blue Bird dan Tesla Model X 75D A/T untuk taksi eksekutif atau Silverbird. (Liputan6.com/Ang

Dengan perbedaan tarif yang tipis tersebut memberikan dampak positif bagi perseroan karena ada peningkatan ketertarikan masyarakat untuk memesan taksi Blue Bird.

"Dengan tipisnya jarak antara harga ojol dengan roda empat pasti memberikan dampak positif karena selisihnya makin sedikit antara naik roda dua mendingan roda empat, apalagi kalau dalam kondisi hujan kan kasian ojolnya," kata Sigit.

Sementara itu, Blue Bird belum berencana menaikan tarif argo taksi, karena dalam waktu dekat ini belum ada sinyal harga BBM subsidi Pertalite akan naik.

"Kami melihat karena transportasi umum ini masuk dalam BBM yang memang bisa disubsidi oleh pemerintah, menggunakan Pertalite, jadi kita akan tetap ikuti dulu,” ujar dia.

Kemudian, penentuan argo taksi Blue Bird disesuaikan melalui Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) No 118 tahun 2018 yang mengatur tarif batas bawah Rp 3.500 per km dan tarif batas atas Rp 6.500 per km bagi taksi.“Kita sendiri sebenarnya diberikan fleksibilitas karena memang kita ditentukan adanya tarif atas dan tarif bawah dan kita masih punya range tersebut,” ujar dia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya