Bandara Changi Gempar karena Ancaman Bom Penumpang SIA dari San Francisco

Seorang pria warga negara asing berusia 37 tahun ditangkap karena ancaman bom.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 28 Sep 2022, 20:44 WIB
Ancaman bom di Changi Airport terjadi Rabu dini hari, (28/9/2022). (Dok: Twitter @veratheape Liputan6.com dyah pamela)

Liputan6.com, Jakarta - Seorang pria warga negara asing (37) ditangkap karena diduga membuat ancaman bom di atas pesawat Singapore Airlines (SIA). Kejadian tersebut terjadi saat penerbangan dari San Francisco yang mendarat di Singapura pada Rabu dini hari (28/9/2022).

Pesawat SQ33, yang meninggalkan San Francisco pada pukul 22:26 hari Senin, dikawal oleh jet tempur Angkatan Udara Republik Singapura (RSAF), mendarat di Bandara Changi sekitar pukul 05:50 pada Rabu. Menurut keterangan polisi yang diberitahu tentang dugaan tersebut, ancaman bom terjadi sekitar pukul 02.40 pagi tadi.

Pesawat itu kemudian meluncur ke daerah terpencil di bandara untuk pemeriksaan keamanan, menurut juru bicara Singapore Airlines. Penumpang juga diserahkan ke polisi bandara, setelah pemeriksaan keamanan selesai pesawat ditarik ke Terminal 3 Bandara Changi.

"Penyelidikan awal menunjukkan bahwa pria tersebut diduga mengklaim bahwa ada bom di tas jinjing, dan telah menyerang kru," kata polisi, dikutip dari Asia One, Rabu (28/9/2022).

"Dia ditahan oleh kru, dan kemudian ditangkap oleh polisi berdasarkan peraturan Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Tindakan Anti-Terorisme dan karena diduga mengonsumsi obat-obatan terlarang. Investigasi polisi sedang berlangsung," tambahnya.

Penumpang yang terlihat lelah dari penerbangan itu muncul di terminal sekitar pukul 09.20 dan diantar ke tempat lain untuk mengambil barang bawaan mereka. "Singapore Airlines meminta maaf kepada semua pelanggan yang terkena dampak atas ketidaknyamanan yang disebabkan oleh insiden ini. Kami membantu pelanggan kami dengan pemesanan ulang untuk koneksi selanjutnya yang mungkin mereka lewatkan," kata juru bicara maskapai.

 


Klaim Palsu

Ilustrasi pesawat lepas landas. (dok. unsplash.com/Asnida Riani)

Berdasarkan Peraturan 8 (1) Peraturan Perserikatan Bangsa-Bangsa (Tindakan Anti-Terorisme) merupakan pelanggaran bagi seseorang yang membuat klaim palsu bahwa suatu tindakan teroris telah, sedang, atau akan dilakukan. Mereka yang terbukti bersalah dapat dihukum dengan denda maksimal 500 ribu dolar yang setara Rp5,2 miliar atau penjara paling lama 10 tahun, atau keduanya.

Penumpang di pesawat Singapore Airlines penerbangan SQ33 semula mengaku tidak tahu itu ancaman bom yang mengerikan. Tapi pengguna akun Twitter @Veratheape, yang sedang dalam penerbangan dari San Francisco, berbagi bahwa dia awalnya mengira pengawalan jet tempur karena ada kedatangan "orang penting".

Mengunggah gambar jet tempur dan seorang pria yang diborgol, Veratheape berkata, "Orang ini berteriak di belakang pesawat mengatakan ada bom. Penundaan empat jam karena orang ini dan dia ditangkap,". Wanita itu juga membagikan foto hadiah dari Singapore Airlines untuk semua masalah, yaitu bantal perjalanan.  

Sementara itu melalui Facebook, Kementerian Pertahanan (Mindef) membagikan bahwa tim dari Kelompok Pertahanan Kimia, Biologis, Radiologis dan Bahan Peledak dan Divisi Polisi Bandara juga berada di lokasi untuk memverifikasi ancaman bom.

"Ancaman itu kemudian diverifikasi sebagai palsu, dan orang yang mencurigakan telah ditangkap," tambah kementerian. 

 


Kejadian Serupa

Ilustrasi kabin pesawat (Pixabay)

Kejadian serupa sempat terjadi beberapa bulan lalu. Seorang remaja di Inggris membuat ulah dengan membuat lelucon soal ancaman bom di dalam pesawat easyJet yang ditumpanginya menuju Menorca. Ancaman palsu itu kemudian memicu kawalan pesawat tempur F-18 milik Spanyol secara mendadak.

F-18 itu diketahui bertugas mengawal penerbangan Airbus A319 pada Senin, 4 Juli 2022, agar bisa mendarat dengan selamat. Kini, remaja berusia 18 tahun yang di bawah Undang-Undang Spanyol diidentifikasi sebagai orang dewasa itu sudah ditangkap pihak keamanan setempat.

Bukan hanya itu, ia bisa dituntut untuk membayar kompensasi 50ribu pound sterling atau lebih dari Rp907 juta atas dampak yang ditimbulkan akibat leluconnya yang tidak lucu. Pakar penerbangan Julian Bray mengatakan pada The Sun bahwa militer Spanyol telah membeli jet tempur dengan biaya besar. 

"Mereka memang bersiaga, tapi biaya untuk mengacak pesawat, ditambah biaya bahan bakar, akan memakan lebih dari 50 ribu pound sterling (sekitar Rp908 juta), bahkan mungkin lebih," ia menjelaskan, dikutip The Sun, Selasa 5 Juli 2022.

 


Sanksi Serius

Ilustrasi pesawat (Pixabay)

Di sisi lain Bray juga menjelaskan Kementerian Pertahanan Spanyol dapat memutuskan untuk membebankan biaya kepada maskapai penerbangan, begitu pula dengan biaya operasi polisi yang dikeluarkan untuk menangani kasus tersebut. Pihak maskapai selanjutnya bisa menagihkan kepada remaja tersebut jika terbukti bersalah.

Bray menerangkan, kapten pesawat yang memiliki otoritas tertinggi dapat menuntut penumpang yang bertanggung jawab atas 'ancaman bom' untuk diadili. "Di bawah Undang-Undang Navigasi Udara, hukuman (pidana penjara) untuk membahayakan pesawat bisa mencapai 25 tahun," ujar dia.

Remaja itu juga dapat diseret ke pengadilan Spanyol dan terancam disanksi larangan menumpang pesawat maskapai atas ulahnya yang serius. Menurut Bray, easyJet bisa mengambil tindakan sipil yang berdampak besar tidak hanya bagi remaja itu, tapi juga peringatan pada yang lain supaya tidak coba-coba. 

"Mereka akan mencatat reparasi untuk biaya penyelidikan pesawat, waktu yang dihabiskan di darat, memeriksa semua barang bawaan, mengacak kru dan pilot baru, serta penerbangan tertunda berikutnya." katanya. 

Infografis 6 Cara Hindari Covid-19 Saat Bepergian dengan Pesawat. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya