Hujan rintik yang menyambangi Vihara Dharma Bakti di kawasan Petak 9, Jakarta Barat tak menyurutkan semangat masyarakat Tionghoa untuk beribadah. Semakin malam malah kian banyak yang berdatangan ke vihara itu pada malam Imlek 2564 ini.
Berbondong-bondong warga Tionghoa menyambangi vihara ini untuk memanjatkan doa pada 24 Dewa yang ada. Meskipun ada banyak patung Dewa yang bisa disembah di vihara ini, namun tak semuanya disambangi para jemaat yang datang.
Hanya beberapa Dewa yang cukup terkenal saja yang banyak disembahyangi pengunjung vihara ini.
"Hanya berdoa di Dewi Kwan Im, Kwan Kong, dan Sidharta Gautama yang Buddha. Saya berdoa pada yang punya power saja, karena secara logika dan sejarahnya, vihara ini sudah digabungkan dengan Buddha sejak zaman orde baru. Jadi tidak murni Dewa Cina lagi," ujar salah seorang jemaat yang enggan disebutkan namanya kepada Liputan6.com, Sabtu (9/2/2013).
"Terlalu banyak dewanya di sini," imbuh lelaki asal Tasikmalaya, Jawa Barat ini.
Patung Dewi Kuan In ditempatkan pada klenteng induk yang terdapat dalam vihara ini, karena Dia lah yang menjadi primadona di sini. Menyembah Dewa Cina baginya hanya sebatas tradisi, sementara menyembah Dewa Budha adalah prioritasnya. (Ndy)
Berbondong-bondong warga Tionghoa menyambangi vihara ini untuk memanjatkan doa pada 24 Dewa yang ada. Meskipun ada banyak patung Dewa yang bisa disembah di vihara ini, namun tak semuanya disambangi para jemaat yang datang.
Hanya beberapa Dewa yang cukup terkenal saja yang banyak disembahyangi pengunjung vihara ini.
"Hanya berdoa di Dewi Kwan Im, Kwan Kong, dan Sidharta Gautama yang Buddha. Saya berdoa pada yang punya power saja, karena secara logika dan sejarahnya, vihara ini sudah digabungkan dengan Buddha sejak zaman orde baru. Jadi tidak murni Dewa Cina lagi," ujar salah seorang jemaat yang enggan disebutkan namanya kepada Liputan6.com, Sabtu (9/2/2013).
"Terlalu banyak dewanya di sini," imbuh lelaki asal Tasikmalaya, Jawa Barat ini.
Patung Dewi Kuan In ditempatkan pada klenteng induk yang terdapat dalam vihara ini, karena Dia lah yang menjadi primadona di sini. Menyembah Dewa Cina baginya hanya sebatas tradisi, sementara menyembah Dewa Budha adalah prioritasnya. (Ndy)
