Liputan6.com, Jakarta - Peringatan terjadinya resesi pada ekonomi global semakin keras. Hal ini dengan melihat lonjakan angka inflasi, kenaikan suku bunga acuan yang drastis, hingga perang Rusia-Ukraina.
Berbagai tantangan yang ada tersebut sangat berdampak pada aktivitas ekonomi, terutama rantai pasokan pangan dan energi.
Advertisement
Dilansir dari CNN Business, Kamis (29/9/2022) prediksi yang dikeluarkan oleh perusahaan riset di AS, Ned Davis Research (NDR) mengungkapkan bahwa saat ini ada peluang resesi global mencapai 98,1 persen.
Ned Davis Research menulis, pengalaman sebelumnya yang memperlihatkan model resesi setinggi ini adalah saat kemerosotan ekonomi yang parah pada 2020 dan selama krisis keuangan global di 2008 dan 2009.
"Ini menunjukkan bahwa risiko resesi global yang parah meningkat untuk beberapa waktu di 2023," tulis ekonom di Ned Davis Research dalam sebuah laporan pada Jumat 23 September 2022.
Namun, para peneliti di Ned Davis Research mengatakan bahwa meskipun risiko resesi meningkat, probabilitas resesi AS "masih pada level terendah."
"Kami tidak memiliki bukti konklusif bahwa AS saat ini sudah dalam resesi," tulis para peneliti NDR dalam laporannya.
Seperti diketahui, para ekonom dan investor semakin menyuarakan kekhawatiran ketika sejumlah bank sentral meningkatkan upaya mereka untuk mengendalikan inflasi.
7 dari 10 ekonom yang disurvei oleh World Economic Forum mempertimbangkan resesi global setidaknya agak mungkin, menurut sebuah laporan yang diterbitkan pada Rabu.
Mengingat melonjaknya harga pangan dan energi, ada kekhawatiran bahwa biaya hidup yang tinggi semakin membebani ekonomi rumah tangga,
79 persen ekonom yang disurvei oleh World Economic Forum memperkirakan kenaikan harga akan memicu kerusuhan sosial di negara-negara berpenghasilan rendah, dibandingkan dengan ekspektasi 20 persen di negara-negara berpenghasilan tinggi.
Nilai Tukar Pound Sterling Terjun Bebas, Inggris Sudah Masuk Resesi?
Pemerintah Inggris berencana untuk menjalankan kebijakan pemotongan pajak. Rencana pemotongan pajak di Inggris ini diperkirakan mencapai 45 miliar pound sterling. Langkah ini dijalankan untuk mengurangi beban masyarakat karena adanya peningkatan pengeluaran besar-besaran akibat lonjakan biaya energi.
Tentu saja, rencana pemotongan pajak di Inggris ini membuat investor gelisah mengenai ekonomi negara itu. Alasannya, pemotongan pajak ini akan membuat pemerintah mengambil mencari utang yang lebih besar untuk menutupi pengeluaran atau belanja negara.
Dampak dari rencana pemotongan pajak tersebut sudah terlihat. Nilai tukar pound sterling terhadap beberapa mata uang utama dunia langsung menurun.
Dilansir dari CNBC International, Rabu (28/9/2022) nilai tukar pound sterling surut hampir 3,6 persen terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat 23 September 2022, dan diperkirakan terus jatuh ketika pasar dibuka kembali.
Pada Senin pagi 26 September 2022 waktu setempat di London, nilai tukar pound sterling turun mencapai level terendah sepanjang masa di bawah USD 1,04.
Nilai pound sterling kemudian sedikit pulih pada Selasa pagi, diperdagangkan di sekitar USD 1,08, tetapi tetap berada di angka terendah dalam 37 tahun.
Tak hanya terhadap dolar AS, nilai tukar pound sterling terhadap euro juga anjlok.
Euro saat ini diperdagangkan sekitar £0,89 - naik dari £0,84 pada awal tahun, meskipun zona euro menghadapi tantangan signifikannya sendiri, mulai dari krisis energi hingga risiko resesi.
Selain penurunan drastis pound sterling, imbal hasil obligasi pemerintah Inggris juga meroket mengikuti anggaran pemerintah - yang berarti harga telah turun drastis (imbal hasil obligasi bergerak berbanding terbalik dengan harga).
Hasil yang melonjak dan pound sterling yang merosot telah menyebabkan beberapa pemberi pinjaman hipotek menghentikan pinjaman rumah baru dan menarik penawaran hipotek tertentu.
Advertisement
Resesi Adalah Saat Aktivitas Ekonomi Anjlok, Kenali Cara Menghadapi di Kehidupan Sehari-hari
Sejumlah negara tengah menghadapi kekhawatiran resesi, salah satunya Amerika Serikat dan Inggris. Biro Riset Ekonomi Nasional (NBER) menjelaskan bahwa resesi adalah penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi yang tersebar di seluruh perekonomian, dan bisa berlangsung lebih dari beberapa bulan.
Penurunan ini terlihat dalam PDB riil, pendapatan riil, lapangan kerja, produksi industri, dan penjualan grosir-eceran.
Dikutip dari laman ojk.go.id, Rabu (28/9/2022), arti resesi ekonomi atau resesi adalah suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara sedang memburuk.
Resesi ditandai dengan adanya penurunan produk domestik bruto (PDB), meningkatnya pengangguran, serta pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, pengertian resesi adalah kelesuan dalam kegiatan dagang, industri, dan sebagainya (seolah-olah terhenti); menurunnya (mundurnya, berkurangnya) kegiatan dagang (industri).
Beberapa penyebab resesi, salah satunya adalah guncangan ekonomi, utang yang berlebihan, inflasi, deflasi, perubahan teknologi, hingga gelembung aset pecah.
Adapun berbagai dampak resesi ekonomi, di antaranya sebagai berikut :
- Perlambatan ekonomi akan membuat sektor riil menahan kapasitas produksinya sehingga Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akan sering terjadi bahkan beberapa perusahaan mungkin menutup dan tidak lagi beroperasi.
- Kinerja instrumen investasi akan mengalami penurunan sehingga investor cenderung menempatkan dananya pada bentuk investasi yang aman.
- Ekonomi yang semakin sulit pasti berdampak pada pelemahan daya beli masyarakat karena mereka akan lebih selektif menggunakan uangnya dengan fokus pemenuhan kebutuhan terlebih dahulu.
5 Cara Meminimalisir Dampak Resesi Ekonomi
1. Siapkan dana darurat
Baiknya, Anda memastikan 20 persen dari dana yang digunakan untuk investasi dialokasikan untuk dana darurat pada instrumen yang sangat likuid dan disiplin mempersiapkannya.
Semakin besar proporsinya maka akan semakin siap kalian dalam memenuhi kebutuhan di tengah kondisi resesi ekonomi. Perlu diingat, hal ini sangat penting untuk mengantisipasi PHK ketika perusahaan tempat Anda bekerja tutup.
2. Kurangi utang
Mulailah untuk mengurangi dan tidak menambah beban-beban pengeluaran seperti utang, jika memungkinkan maka segera lunasi atau jika dirasa masih sangat berat maka segera negosiasikan ajukan ke lembaga jasa keuangannya untuk restrukturisasi.
Baiknya hutang tidak dianggap enteng meski dari kartu kredit, mengingat kita tidak akan tahu kondisi keuangan ketika resesi ekonomi menerpa.
Advertisement
Cara Lainnya Meminimalisir Dampak Resesi Ekonomi
3. Lihat portofolio investasi
Lihatlah kembali portofolio investasimu, jika kondisi pasar global sudah mulai menurun maka segeralah atur ulang portofolio investasimu kedalam bentuk yang lebih aman seperti emas.
4 Perhatikan gaya hidup
Untuk menjaga tabungan stabil, keluarkan uangmu dengan sewajarnya.
Tetap lakukan konsumsi seperti biasa karena ini bisa membantu ekonomi tetap tumbuh. Perlu diingat, konsumsi masyarakat berperan besar pada pertumbuhan ekonomi. Namun, tetap perlu berkomitmen pada rencana keuangan dengan tetap menyisihkan uang untuk tabungan dan investasi serta dahulukan kebutuhan.
Kurangi pembelian-pembelian sesuatu yang sebetulnya tidak terlalu diperlukan, dan gunakan fasilitas asuransi kesehatan jika harus berobat sehingga tidak mengganggu likuiditas keuangan.
5. Ikuti perkembangan ekonomi
Cermati perkembangan kondisi ekonomi terbaru dan mulailah memanfaatkan peluang disekitarmu yang dapat bernilai ekonomi.
Jangan ragu untuk usaha kecil-kecilan jika dirasa kondisi keuanganmu masih lemah, karena kamu jelas butuh tambahan penghasilan untuk menopang keuangan keluarga.
Ingat kata ilmuwan Albert Einstein "in the midst of every crisis, lies great opportunity".