Melihat Prospek Saham Emiten Ritel pada Kuartal IV 2022

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Cheryl Tanuwijaya menuturkan, prospek saham emiten ritel pada kuartal IV 2022 berpotensi mengalami tumbuh terbatas.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 29 Sep 2022, 13:11 WIB
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Analis menilai prospek saham emiten ritel pada kuartal IV 2022 berpotensi mengalami pertumbuhan terbatas. Hal tersebut dipengaruhi oleh sejumlah tantangan pada semester II ini lebih banyak dibandingkan semester I 2022.

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Cheryl Tanuwijaya menuturkan, prospek saham emiten ritel pada kuartal IV 2022 berpotensi mengalami tumbuh terbatas.

"Prospeknya berpotensi tumbuh terbatas mengingat tantangan pada semester II lebih banyak daripada semester I 2022,” kata Cheryl kepada Liputan6.com, Kamis, (29/9/2022).

Selain itu, diharapkan pemulihan ekonomi yang terus berlanjut menjadi faktor pendorong kinerja emiten ritel pada kuartal IV 2022.

"Di tengah berbagai tantangan, namun pemulihan ekonomi yang terus berlanjut bisa menjadi harapan pertumbuhan,” kata dia.

Dengan demikian, tren pemulihan ekonomi domestik tersebut bisa menjadi salah satu katalis positif bagi saham emiten ritel. 

"Berlanjutnya tren pemulihan ekonomi domestik, pemerintah berusaha menjaga daya beli masyarakat dengan menunda kenaikan harga listrik dan memberikan BLT (bantuan lansung tunai) bagi masyarakat golongan ke bawah,” ujar dia.

Meskipun begitu, terdapat sejumlah katalis negatif juga bagi saham emiten ritel, salah satunya dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

“Bank dunia menurunkan target pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara dan Timur dan efek kenaikan harga BBM bisa menekan daya beli,” kata Cheryl.

Cheryl menuturkan, hingga saat ini mayoritas saham ritel sedang mengalami tren penurunan. Untuk rekomendasi saham, Cheryl memilih saham MAPI untuk dijual saat menguat. 

"Saat ini mayoritas sedang downtrend ataupun berada di area resisten seperti MAPI, rekomendasinya sell on strength,” imbuhnya. 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Dibebani Tren Kenaikan Suku Bunga

Pejalan kaki duduk di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Roger MM mengatakan, kinerja emiten ritel sebagian besar mampu tumbuh positif hingga semester I 2022, di antaranya CSAP, MAPA, MAPI, RALS, MIDI. Sedangkan ERAA, ACES menorehkan pertumbuhan kinerja negatif pada semester I 2022.

Kemudian, Roger menilai pada kuartal IV tahun ini sektor ritel masih dibebani oleh tren kenaikan suku bunga yang berdampak pada pelemahan daya beli. 

"Di kuartal IV tekanan terhadap sektor ritel masih terkait dengan tren kenaikan suku bunga yang bisa memberikan dampak pelemahan daya beli,” ujar Roger.

Roger juga menyebutkan, sentimen negatif 2022 masih terkait peluang kenaikan suku bunga bank sentral AS atau the Fed pada November dan Desember serta tekanan inflasi dari domestik terkait dampak kenaikan BBM yang juga mengerek suku bunga.

“Sedangkan sentimen positif masih dari data data ekonomi indonesia yang saat ini masih cukup baik dan agenda Natal di akhir tahun juga berpeluang memberikan sentimen positif untuk sektor ritel,” kata dia.

 

 


Sentimen Lain yang Bayangi Emiten Ritel

Seorang pria mengambil gambar layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Seiring berjalannya perdangan, penguatan IHSG terus bertambah tebal hingga nyaris mencapai 1,50 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain itu, Roger menuturkan, saat ini terdapat beberapa emiten di sektor ritel yang melemah antara lain ACES, ERAA. 

"Kekhawatiran dampak kenaikan BBM yang memberikan imbas daya beli masyarakat yang turun memang menjadi perhatian investor sehingga ke depan kami melihat tantangan yang cukup besar dengan tren kenaikan suku bunga dan inflasi,” ujar dia.

Untuk saham yang bisa dicermati pelaku pasar, Roger memilih saham antara lain MAPI dan LPPF.

“Kami masih melihat MAPI dan LPPF sebagai emiten di sektor ritel yang memiliki kinerja baik,” kata dia.

Tak hanya itu, investor juga perlu memperhatikan data-data perkembangan makro ekonomi ke depan dan data ekonomi domestik yang saat ini cukup mempengaruhi perekonomian yakni suku bunga, inflasi, pelemahan rupiah dan perilaku masyarakat di tengah inflasi. 

“Perilaku masyarakat di masa inflasi yang tinggi biasanya melakukan substitusi, mengurangi gaya hidup konsumtif untuk barang barang yang lebih mahal atau bahkan mencari promo (diskon) sehingga tentunya akan berimbas pada emiten ritel itu sendiri,” pungkasnya. 

 


Penutupan IHSG Rabu 28 September 2022

Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah ke zona merah pada perdagangan saham, Rabu (28/9/2022). Bak roller coaster, IHSG kembali tinggalkan posisi 7.100 dan seluruh sektor saham tertekan.

Mengutip data RTI, pada penutupan perdagangan, IHSG merosot 0,50 persen ke posisi 7.077,03. Indeks LQ45 turun 0,24 persen ke posisi 1.013,50. Seluruh indeks acuan kompak tertekan. Pada perdagangan Rabu pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.156,98 dan terendah 7.073,47. Sebanyak 391 saham melemah sehingga menekan IHSG. 147 saham menguat dan 148 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 1.216.287 kali dengan volume perdagangan 23,3 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 12,4 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaraan 15.116.

Seluruh sektor saham tertekan. Indeks sektor saham IDXbasic melemah 1,88 persen, dan catat koreksi terbesar. Diikuti indeks sektor saham IDXtransportasi tergelincir 1,77 persen, demikian juga indeks sektor saham IDXindustry susut 1,77 persen. Selain itu, indeks sektor saham IDXenergy tergelincir 1,73 persen, indeks sektor saham IDXproperty tersungkur 0,99 persen.

Selain itu, indeks sektor saham IDXsiklikal susut 0,92 persen, indeks saham IDXtechno melemah 0,89 persen, indeks sektor saham IDXfinance susut 0,48 persen, indeks sektor saham IDXhealth tergelincir 0,12 persen, dan indeks sektor saham IDXnonsiklikal melemah 0,03 persen.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya