Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan para menteri kabinet beberapa kali di setiap kesempatan mengingatkan masyarakat agar siap menghadapi tantangan ekonomi. Termasuk, ancaman resesi.
Secara sederhana, resesi merupakan pergerakan lambat yang ekstrem pada pertumbuhan ekonomi.
Advertisement
"Beliau-beliau menyampaikan 'Presiden Jokowi, tahun ini kita akan sangat sulit'. Terus kemudian seperti apa? Tahun depan akan gelap. Ini bukan Indonesia, ini dunia. Hati-hati, jangan bukan Indonesia, yang saya bicarakan tadi dunia," kata Jokowi saat menghadiri Silaturahmi Nasional Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) di Sentul Bogor Jawa Barat, Jumat (5/8).
Mengutip Forbes pada Kamis (29/9/2022), resesi merupakan kondisi yang penuh tekanan untuk dihadapi. Namun, masyarakat diharapkan tidak panik terhadap ancaman resesi global dengan syarat harus mempersiapkan langkah yang dapat membantu menghadapi tekanan kondisi krisis tersebut.
1. Menyiapkan Diri Jika Sewaktu-waktu Terkena PHK
Meski terkesan menyakitkan, namun pemikiran ini perlu dipertimbangkan oleh masyarakat untuk menghadapi potensi resesi. Hal ini disebabkan saat Bank Sentral menaikan suku bunga demi stabilitas moneter. Di satu sisi, kenaikan suku bunga berdampak terhadap ketahanan keuangan sebuah perusahaan.
Mau tidak mau, memutus kerja para pegawai menjadi langkah terakhir bagi perusahaan untuk bersama-sama bertahan terhadap ancaman resesi.
Jika hal ini terjadi, masyarakat perlu mengulas kembali resume diri selama berkarir, bahkan momen saat ini merupakan kesempatan untuk memperbarui data diri pada LinkedIn.
Sambung kembali hubungan anda dengan jejaring. Meningkatkan atau memulai kembali menyisihkan pendapatan untuk dana darurat. Cari kesempatan karir di tempat lain.
Persiapan Lain
2. Pelajari Keahlian Baru
Masa suram ekonomi justru mengharuskan anda terus mengembangkan diri dengan mempelajari keahlian baru. Pepatah bijak mengatakan, semakin banyak anda belajar, semakin banyak kamu menghasilkan.
3. Jeli Terhadap Pengeluaran Tak Penting
Jika pada kondisi ekonomi normal bahkan positif, masyarakat tidak ada rasa beban membelanjakan pendapatan untuk kebutuhan yang bersifat hiburan, seperti belanja, berlangganan layanan streaming, atau menonton konser. Namun adanya ancaman resesi, kebiasaan itu perlu ditunda sementara waktu.
4. Jangan Panik Terhadap Investasi
Saat orang-orang secara masif menjual portofolio investasi mereka karena membutuhkan dana segar, maka tren tersebut sebaiknya dihindari. Sebab di awal saat menginvestasikan dana, anda sudah lebih dulu menelaah kinerja perusahaan tersebut.
5. Coba untuk Mencari Pendapatan Tambahan
Saat masyarakat hidup di masa “gig economy” ancaman resesi sebenarnya tidak begitu menakutkan. Anda yang masih bekerja, bisa memanfaatkan pendapatan tambahan melalui platform yang tersedia dan digunakan untuk pendapatan tambahan.
Advertisement
Resesi Global di Depan Mata, Sri Mulyani: Ekonomi Indonesia Masih Tangguh
Dunia tengah dihadapkan pada ancaman resesi ekonomi akibat ketidakpastian global yang terus meningkat. Hal ini tercermin dari negara-negara maju yang masih bergelut dengan kenaikan inflasi yang tinggi di sepanjang tahun 2022 sebagai akibat dari krisis energi dan pangan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah Indonesia akan terus mencermati perkembangan yang sangat dinamis di seluruh dunia. Utamanya negara-negara dengan ekonomi besar seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, dan China yang memegang peran penting dalam ekonomi global.
"Mereka memang sedang dalam suasana dan proses adjustment yang tidak mudah, dan pasti akan memberikan dampak kepada seluruh dunia," kata Sri Mulyani saat ditemui di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta Pusat, Kamis (29/9).
Kondisi ini kata Sri Mulyani perlu diantisipasi Pemerintah. Walaupun sampai akhir tahun ekonomi Indonesia akan tetap tumbuh karena ditopang pertumbuhan yang semakin baik sampai kuartal III.
"Sampai dengan akhir tahun pertumbuhan kita masih cukup resilience, terutama tadi yang ditopang kalau untuk kuartal-III kita sudah selesai kemarin," kata dia.
Beberapa penopangnya antara lain konsumsi rumah tangga yang masih bagus, kinerja ekspor yang masih kuat dan investasi yang sudah mulai pulih. Sementara untuk kuartal IV, belanja pemerintah juga akan memberikan banyak kontribusi.
Hadapi Ancaman Resesi, Pemerintah Jaga Konsumsi Rumah Tangga dan Stabilitas Harga
Sementara itu di tahun 2023, Indonesia harus berhadapan dengan lingkungan ekonomi yang terus melemah. Sehingga pemerintah masih perlu menjaga resiliensi sebagai syok absorber untuk menjaga daya beli masyarakat.
"Karena itu daya beli harus dijaga secara sangat hati-hati. Makanya tadi yang disampaikan dari dunia usaha pertumbuhan kredit sudah meningkat itu semuanya bisa menciptakan pekerjaan, income, dan daya beli," kata dia.
Dari sisi stabilitas harga, pemerintah akan bergerak dengan tim pengendali inflasi di pusat dan daerah. Makanya perlu adanya peningkatan kerja sama.
"Ini semuanya adalah cara kita, dan kita menggunakan tools APBN dan bekerja sama dengan BI untuk terus menjaga stabilitas ekonomi Indonesia dan mendorong pemulihannya," pungkasnya.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement