Liputan6.com, Jakarta - Menjalankan hobi yang bisa menghasilkan cuan, tentu menjadi impian banyak orang. Berkat platform digital yang kian beragam, profesi yang berawal dari kegemaran, apabila dikemas dengan baik bisa membuahkan penghasil cuan.
Dalam webinar bertajuk 'Meraup Cuan di Era Digital: Jadikan Hobi menjadi Profesi!' yang diselenggarakan Kemkominfo bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi di Kota Gorontalo, CEO & Founder Rumah Karawo Agus Lahinta, mengatakan di era digital saat ini banyak peluang baru yang bermunculan dan berpotensi menghasilkan cuan.
Advertisement
Beberapa di antaranya adalah menjadi blogger, novelis, copywriter, atau juga content creator. Tak hanya di bidang tulis-menulis, di bidang fotografi pun banyak peluang baru, misalnya sebagai fotografer pernikahan atau fotografer profil perusahaan.
“Semua itu bisa berawal dari hobi yang berlanjut menjadi sebuah profesi untuk mendatangkan cuan. Hobi lain yang juga bisa mendatangkan cuan adalah memasak, berkebun, atau desain fashion,” ujar Agus yang memiliki hobi traveling, dikutip Kamis (29/9/2022).
Agus menuturkan pengalaman tentang hobi traveling-nya tersebut. Pada 2010, ia menjadi salah satu pemenang kompetisi traveling di sebuah media online untuk berkeliling Indonesia.
Dari situ, ia banyak mengenal ragam dan budaya di sejumlah tempat di Nusantara. Salah satu ketertarikannya adalah ragam kain nusantara di kawasan timur Indonesia.
“Saya lantas jatuh cinta pada kain Indonesia dan berlanjut dengan mendirikan Rumah Karawo pada 2014. Penjualan kain karawo yang merupakan khas Gorontalo dilakukan lewat media sosial, seperti Facebook dan Instagram,” ucap Agus.
Kesenangan Tersendiri
Dalam kesempatan sama, Relawan TIK Wilayah Provinsi Gorontalo, Rian Oktavianto Husain menilai, profesi yang diawali dengan hobi akan terasa menyenangkan.
Ia menuturkan pengalamannya, profesi yang berawal dari hobi menjadi tidak terasa berat lantaran melakukannya dengan hati yang gembira. Biasanya, profesi yang berawal dari hobi akan menumbuhkan produktivitas.
“Agar hobi bisa menghasilkan cuan, fokuslah pada satu bidang, lalu perkuat dengan branding, baik online maupun offline. Terus berinovasi dan bergabung dengan komunitas agar jejaring semakin bagus, itulah beberapa cara agar hobi bisa menghasilkan cuan,” ujarnya.
Influencer dan figur publik Tarra BudimanTarra Budiman sepakat bahwa hobi bisa menjadi sumber cuan bagi siapa saja.
"Syaratnya, harus ada strategi pemasaran secara digital yang tepat agar hobi tersebut bisa optimal sebagai sumber cuan. Selain efektif dan efisien, strategi pemasaran digital bisa menjangkau lebih banyak orang tanpa dibatasi oleh geografis," ungkap Tarra.
Advertisement
Etika Pemasaran
Sementara itu, menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja, Koperasi, dan UKM Kota Gorontalo, Nixon Rachman, agar produk UMKM bisa menjangkau lebih banyak pelanggan, dibutuhkan etika dalam pemasarannya yang secara digital.
Selain harus jujur tentang produknya, pelaku UMKM harus ramah dan cepat dalam melayani pelanggan. Pelaku UMKM juga wajib menghindari plagiasi atau menjiplak merek maupun foto karya orang lain.
“Jangan ingkar janji dalam proses pengiriman barang ke pembeli. Sekali kita ingkar, maka reputasi kita sebagai penjual akan jatuh,” katanya.
Lalu, Jawara Internet Sehat Provinsi Gorontalo Candra Adi Saputra menambahkan, tingginya penetrasi internet di Indonesia menjadi peluang baru sekaligus tantangan dalam pemasaran produk UMKM.
Peluang tersebut berupa jangkauan pemasaran yang semakin luas dan terbuka lebar. Sedangkan tantangannya adalah berupa pentingnya keamanan digital bagi pelaku UMKM.
“Perkuat sistem keamanan digital di perangkat yang digunakan dari ancaman kejahatan siber, seperti phishing, malware, hacking, dan sebagainya,” ujarnya.
Transformasi Digital Jadi Keharusan
Sementara itu, Wakil Wali Kota Gorontalo Ryan F Kono mengakui, transformasi ke ekosistem digital menjadi keharusan bagi pelaku UMKM di manapun berada, termasuk di Gorontalo.
Namun, masih ada sejumlah kendala bagi mereka untuk bertransformasi ke ekosistem digital, seperti kualitas jaringan yang tidak merata dan rendahnya literasi digital di sejumlah pelaku UMKM.
“Agar UMKM lebih mulus bertransformasi ke ekosistem digital, mereka membutuhkan pelatihan dan pendidikan literasi digital. Selain itu tentunya dibutuhkan pula penguatan jaringan internet di berbagai pelosok daerah agar transformasi bisa berjalan lancar tanpa hambatan,” kata Ryan.
Advertisement