Liputan6.com, Jakarta PT PLN (Persero) mendapat jatah Penyertaan Modal Negara (PMN) Rp 10 triliun di 2023. PMN tersebut bakal difokuskan untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di daerah Terluar, Terpencil, dan Tertinggal (3T).
Direktur Distribusi PLN Adi Priyanto menjelaskan, rasio elektrifikasi Indonesia masih berada di angka 97,4 persen per Juni 2022. Bahkan beberapa daerah bagian timur seperti Papua, Maluku, dan NTT, masih di bawah 95 persen.
Advertisement
Menurutnya, masih belum maksimalnya rasio elektrifikasi di daerah timur Indonesia terutama di daerah 3 T karena kebutuhan investasi pembangunan infrastruktur listrik di daerah 3T sangat mahal.
Untuk menyambung jaringan di daerah 3T di regional Jawa, Bali, Madura membutuhkan rata-rata Rp 45 juta per pelanggan dengan asumsi terdapat 8.934 calon pelanggan.
Untuk daerah 3T di regional Sumatera dan Kalimantan butuh investasi rata-rata Rp 39 juta per pelanggan dengan asumsi terdapat 137.723 calon pelanggan.
Sedangkan di regional Sulawesi, Maluku, Papua, dan NTT mencapai rata-rata Rp 25 juta per pelanggan dengan asumsi terdapat 97.556 calon pelanggan.
"Sedangkan untuk rata-rata investasi pelanggan di daerah non 3T, di Jawa Bali dekat-dekat sini (Jabodetabek) kira-kira Rp 1-2 juta per pelanggan, sehingga semakin kita meliputi 3T sebetulnya untuk rupiah per pelanggan akan semakin mahal," ungkapnya dalam Ngopi Bareng BUMN, Kamis (29/9/2022).
Alokasi Penggunaan PMN
Mengacu hal itu, Adi memaparkan alokasi penggunaan PMN sebesar Rp 10 triliun untuk PLN. Pertama, untuk pembangunan pembangkit di daerah 3T dengan alokasi Rp 1,7 triliun.
Kedua, penggunaan PMN PLN untuk pembangunan transmisi dan gardu induk di daerah 3T, dengan alokasi sebesar Rp 3,7 triliun.
Adi mengatakan bahwa membangun jaringan sampai ke rumah pelanggan membutuhkan transmisi dan gardu induk.
Ketiga, penggunaan PMN untuk membangun jaringan distribusi listrik desa sebesar Rp 4,4 triliun. Menurutnya butuh alokasi dana yang besar, misalnya untuk menanam tiang listrik dan menarik kabel jaringan tegangan rendah di daerah 3T.
"Kalau daerah sangat terpencil tidak mungkin dijangkau oleh jaringan PLN, kita manfaatkan sumber daya lokal prioritas yang ada di sana. Kalau ada potensi mikro hidro, PLTA kecil akan kita bangun. Apabila tidak ada sama sekali sumber daya, terpaksa kita membangkitkan PLTS, meskipun keterbatasannya sangat banyak," kata dia.
“Pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan itu tidak mudah, di daerah dengan jalur yang sulit menarik tiang saja sangat sulit untuk mencapai ke sana. Kita bawa tiang, kabel, kalau tidak ada sumber lain kita pakai stasiun pengisian dari sinar matahari," tambahnya.
Advertisement