Uang Gubernur Papua Lukas Enembe Diduga Mengalir Kasino Australia

Masalah judi Gubernur Papua Lukas Enembe diduga mencapai Australia.

Oleh ABC Australia diperbarui 01 Okt 2022, 09:00 WIB
Gubernur Papua Lukas Enembe. (Liputan6.com/Katharina Janur)

, Jakarta - Aliran uang Gubernur Papua Lukas Enembe sedang tersandung kontroversi terkait judi. Uangnya diduga mengalir hingga kasino Australia. 

Dilaporkan ABC Australia, Sabtu (1/10/2022), Lukas Enembe, diduga menyalahgunakan setidaknya 560 miliar rupiah sejak 2017 dan menghabiskan sebagian besar dana tersebut di kasino luar negeri, termasuk Singapura dan Australia.

Tapi pihak berwenang mengatakan kepada ABC jumlah total yang sedang diselidiki sebesar "triliun rupiah," atau ratusan juta dolar.

Kini skandal tersebut telah menyebar ke Australia, di mana penyidik ​​Indonesia mengkonfirmasi jika mereka sedang memeriksa transaksi di Crown Casino di Perth, dan deposito bank yang mencurigakan di Perth dan Melbourne.

Pekan lalu, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Indonesia mengungkapkan pihaknya sedang menyelidiki beberapa jejak uang yang mencurigakan selama lima tahun terakhir, yang melibatkan rekening bank pribadi Lukas Enembe, atau rekening yang diduga ia kendalikan.

Pihak berwenang telah mengkonfirmasi kepada ABC jika mereka sedang menyelidiki sumber uang yang diduga dihabiskan Lukas Enembe di Perth Casino, berjumlah sekitar $500.000 per tahun sejak 2017.

Satu sumber mengatakan kepada ABC jika Enembe dicurigai menghabiskan dana lebih dari sekadar bertaruh di kasino.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sedang menyelidiki semua aset keuangan Lukas Enembe di Australia.

Tidak jelas apakah dia memiliki properti di Australia atas namanya.

Organisasi Transparansi Internasional menyebut kasino-kasino di Australia telah menjadi tujuan pencucian uang.

"Pemerintah Australia harus mengambil tindakan tegas untuk memastikan kasino-kasino ini melaporkan transaksi yang mencurigakan dan tidak bertindak sebagai tempat berlabuh yang aman untuk tokoh-tokoh koruptor dan pencuci uang," kata Clancy Moore dari Transparency International Australia.


Pernah ke Australia

Gubernur Papua, Lukas Enembe. (Liputan6.com/Katharina Janur)

ABC mendapat informasi jika rincian transaksi ke atau dari rekening bank Australia menjadi bagian dari 12 laporan yang baru-baru ini dikirim PPATK ke Komisi Pemberantasan Korupsi, sebagai bagian dari penyelidikannya terhadap Lukas Enembe. 

Pekan ini, Organisasi anti korupsi Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) mengatakan kepada ABC jika mereka memiliki bukti Lukas berada di Australia pada bulan Juli tahun ini.

MAKI memberikan salinan manifes penerbangan, yang menunjukkan Lukas Enembe adalah satu-satunya penumpang di jet pribadi yang terbang ke Brisbane dari Dili di Timor Leste, pada 10 Juli lalu.

Data terpisah menunjukkan dia melakukan penerbangan pulang pada 14 Juli.

Saat ini sedang ada penyelidikan untuk mengetahui dari mana uang itu berasal, apakah Lukas menyedot uang dari 'dana otonomi khusus' yang dialokasikan setiap tahun oleh pemerintah Indonesia untuk proyek-proyek pembangunan dan pendanaan operasional di Papua.

Pengacara Lukas menolak semua tuduhan. Mereka membantah Lukas telah menyalahgunakan uang rakyat dan mengatakan tuduhan itu bermotif politik.

Sebagai Gubernur Papua, Lukas Enembe menguasai dan memiliki akses dana otonomi khusus selama hampir satu dekade.

Sejak 2013 ketika ia terpilih sebagai gubernur, pemerintah Indonesia mengalokasikan dana otsus setara dengan Rp500 triliun, menurut Menteri Politik, Hukum, dan Keamanan Indonesia, Mahfud MD.

Bulan ini sudah dua kali KPK memanggil Lukas Enembe untuk dimintai keterangan, setelah menetapkannya sebagai "tersangka" atas dugaan suap senilai Rp1 miliar dari seorang pengusaha Papua.

Tetapi Lukas sudah dua kali gagal diperiksa langsung oleh KPK dengan alasan sakit.

Selama dua minggu terakhir, Lukas berada di rumahnya di Jayapura.


Motif Politik?

Gubernur Papua, Lukas Enembe (Liputan6.com/kabarpapua/Katharina Janur)

Tim pengacara mengatakan saat ini kaki Lukas bengkak dan kesehatannya secara umum dalam kondisi yang buruk karena penyakit diabetes dan stroke.

Dalam beberapa tahun terakhir ia sudah menjalani operasi jantung dan pankreas.

Mereka membantah Lukas sudah mengantongi uang publik, sambil mengatakan tuduhannya bermotif politik karena statusnya sebagai anggota Partai Demokrat.

Muhammad Rifai Darus, juru bicara Lukas Enembe, mengatakan pembagian dana otsus yang dilakukan gubernur sudah sepenuhnya sah dan dugaan suap dari pengusaha adalah uang miliknya pribadi.

"Itu sah-sah saja, diatur dengan peraturan daerah," katanya kepada majalah Tempo.

"Pak Lukas tidak pernah mengambil apapun dari dana APBN."

Pengacaranya juga berusaha menjelaskan jika kekayaan Lukas adalah kekayaan pribadi karena memiliki tambang emas di Papua.

"Dia orang kaya. Dia memiliki sumber daya alam dan emas. Mengapa ada kecurigaan?" kata Aloysius Renwarin, salah satu pengacaranya pekan lalu.

"Selama 20 tahun terakhir, dia mengabdi di tanah kelahirannya, di mana deposit emas terbesar berada di distriknya, di tempat kelahirannya."

 


Pendukung Membela

Gubernur Papua Lukas Enembe menggelar Malam Baku Dapa (Jamuan Makan Malam) untuk para peserta Peparnas XVI.

KPK mengatakan jika Lukas bisa membuktikan kekayaan dan pengeluarannya yang sah, maka kasusnya akan dibatalkan.

"KPK ... bisa menghentikan penyidikan ... jika nanti dalam proses penyidikan Pak Lukas bisa membuktikan dari mana puluhan, ratusan miliar rupiah itu berasal," kata Alexander Marwata, wakil ketua KPK. Rekening bank Lukas di Indonesia sudah dibekukan dan ia dilarang ke luar negeri.

Sejak awal pekan lalu, ribuan pendukung Lukas berada di luar rumahnya di Jayapura, sebagai protes atas tuduhan korupsi kepada Lukas dan menuntut kasusnya dibatalkan.

Mereka memblokade rumah untuk mencegah aparat penegak hukum menggerebek rumahnya dan menangkapnya. 

Presiden Indonesia Joko Widodo sudah mengeluarkan imbauan agar Lukas menghormati panggilan KPK.

"Saya sudah sampaikan agar semuanya menghormati panggilan KPK dan hormati proses hukum yang ada di KPK. Semuanya," kata Presiden Jokowi, Senin kemarin (26/09).

Presiden Jokowi mengatakan semua warga negara Indonesia memiliki kedudukan yang sama di mata hukum.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya