Jalan Terjal Literasi Tentang Kondom di Tengah Stigma 'Banyak Anak Banyak Rezeki'

Kampanye penggunaan kondom di tengah masyarakat Indonesia memang selalu dianggap Tabu.

oleh Ahmad Yusran diperbarui 29 Sep 2022, 22:00 WIB
Melawan stigma negatif di balik upaya kampanye penggunaan kondom (Liputan6.com)

Liputan6.com, Makassar - Tak dapat dimungkiri lagi, ketika mendengar kata kondom, yang muncul di benak masyarakat secara umum adalah hal-hal negatif yang berkaitan dengan seks bebas, perzinaan, penularan penyakit dan lain sebagainya. Padahal sejatinya kondom sebagai alat kontrasepsi diciptakan untuk menjaga kesehatan masyarakat dari berbagai penyakit menular.

Bukan perkara mudah memang untuk meluruskan stigma negatif itu. Pasalnya banyak kalangan yang belum paham tentang manfaat kondom, terutama untuk kesehatan. Selain itu kebudayaan kita yang tabu tentang alat kontrasepsi juga turut memberi andil dan membuat upaya-upaya literasi tentang kondom seolah menemui jalan terjal, apalagi sebagian besar masyarakat di Indonesia menganggap bahwa semakin banyak anak maka semakin banyak pula rezeki yang datang. 

"Semua itu terjadi karena kondom identik dengan yang namanya negatif, bukan positif berpikir, berperilaku melalui cek fakta, bukan mitos. Apalagi di Sulawesi Selatan dengan khasanah khas budaya, pernikahan dini di usia muda, banyak anak banyak rejeki," kara Sub Koordinator Umum dan Humas Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulawesi Selatan, Andi Munandar kepada Liputan6.com, Kamis (29/9/2022).

Melihat fenomena itu, BKKBN sendiri sebenarnya tidak tinggal diam. Dengan melibatkan berbagai pihak mulai dari akademisi, masyarakat ilmiah hingga tenaga medis, literasi tentang kondom terus digaungkan agar stigma negatif tentang kondom itu bisa pupus seiring waktu.

Dia menjelaskan bahwa kondom bukan hanya perkara mengantisipasi penyebaran penyakit menular seperti HIV/AIDS yang kemudian selalu diidentikkan dengan seks bebas dan perzinaan. Kondom juga mempunyai peran yang sangat penting terutama dalam Program Keluarga Berencana yang selalu digaungkan oleh pemerintah.

"Kesemuanya adalah dinamika, dan beragam cara halus dan bermartabat terus kami lakukan untuk mengedukasi pentingnya penggunaan alat kontrasepsi yang menjadi bagian penting dalam keputusan bersama pasangan dalam sebuah keluarga," kata Munandar.

Selain itu, peran komunikasi, informasi dan edukasi berkelanjutan mengenai alat kontrasepsi memiliki peranan sangat penting dalam sendi kehidupan masyarakat. Menurut Munandar, hal sederhana dan berkelanjutan yang dapat dilakukan untuk mencerdaskan masyarakat terkait kondom adalah peran literasi dengan menyajikan narasi sehat berpikir dan bertindak agar tujuan hidup bisa selaras.

"Banyak yang jadi berantakan hidupnya karena gagal dalam mengelola hal yang prioritas. Dan untuk memutus mata rantai stigma negatif tentang kondom, adalah bagaimana mengelola yang namanya prioritas secara periodik mengukur apa yang sebenarnya penting atau tidak di dalam hidup untuk meraihkebijaksanaan sejati memanifestasikan diri, dan itulah insting bukan naluri usus," jelasnya.

Pada peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia yang jatuh pada 26 September, Munandar menyebutkan bahwa salah satu hal yang paling penting untuk terus disuarakan adalah betapa pentingnya untuk merencanakan keluarga yang sehat bagi pasangan muda. Apalagi stigma masyarakat yang selalu percaya bahwa banyak anak banyak rezeki bukan lagi sesuatu hal yang relevan.

"Dua anak cukup," ucapnya singkat.


Keluarga Berencana jaga Stabilitas Ekonomi

Artika, kondom pria dengan aroma dari BKKBN (Liputan6.com)

Akademisi Universitas Negeri Makassar, Rusdi menjelaskan bahwa masalah perencanaan keluarga tengah ramai diperbincangkan oleh komunitas-komunitas untuk memprioritaskan kembali keluarga berencana. Karena peran lintas sektor yang dimainkannya dalam mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan.

Sayangnya meski Indonesia telah memiliki BKKBN yang bertugas untuk menekan dan mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, saat ini masih banyak masyarakat yang tidak mengikuti program keluarga berencana.

"Pasalnya masih banyak masyarakat Indonesia yang percaya dan mengedepankan prinsip bukan tujuan yang disertai data dan fakta ilmiah Banyak Anak Banyak Rezeki. Termasuk kultur pernikahan dini di Sulawesi Selatan," ucapnya

Menurut Rusdi, keluarga yang berencana merupakan salah satu langkah preventif untuk kesehatan dan menjaga kestabilan ekonomi keluarga. Karena dengan memiliki keluarga yang terencana. Secara tidak langsung dapat meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Sebab merencanakan sehat berpikir dan bertindak itu aset pendidikan.

"Pastinya pemerintah melalui penelitian telah menyimpulkan efektivitas kondom dalam mencegah kehamilan dan penyakit lainnya. Makanya jalur pendidikan itu penting karena sehat itu aset untuk menepis stigma negatif yang jika dilihat secara visual dan sifatnya yang sekali pakai, kondom terlihat seperti produk yang sederhana. Dan produk itu pasti memiliki standar produksi yang sangat tinggi dan ketat," kata Rusdi.

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya