Usai Rizky Billar, Kini Chandra Liow yang Terseret Dugaan Kasus Kekerasan dalam Hubungan

Chandra Liow masuk dalam kolom trending topic usai diduga melakukan kekerasan pada mantan kekasihnya, Inayma.

oleh Diviya Agatha diperbarui 01 Okt 2022, 13:00 WIB
Mantan kekasih Chandra Liow buka suara terkait pengalaman pahit selama berpacaran. (Nurwahyunan/Fimela.com)

Liputan6.com, Jakarta Masih hangat dugaan kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dilakukan Rizky Billar kepada sang istri, Lesti Kejora. Kini muncul dugaan kasus kekerasan baru yang menyeret nama content creator sekaligus YouTuber, Chandra Liow.

Kabar dugaan kekerasan dalam hubungan yang dilakukan Chandra Liow bermula saat mantan kekasihnya, Indira Ayu Maharani atau yang akrab disapa Inayma mengunggah sebuah cuitan di media sosial Twitter soal pengalamannya mendapatkan tindak kekerasan.

"Pengalaman abusiveku selama ini, my own dad kasih golok ke aku & nampar mukul nendang dari kecil. Mantan pas di Melbourne bawa pisau ke aku dan nampar. Mantan Youtuber kemarin mau nabrakin aku make mobilnya di Antasari 110KM bilang 'kalo kamu masih mau bareng yaudah kita m*ti bareng'," tulis Inayma melalui akun @inayma pada Jumat, 30 Oktober 2022.

Cuitan tersebut akhirnya ramai diperbincangkan oleh warganet sesaat setelah diunggah. Hingga tulisan ini dipublikasikan, sudah lebih dari seribu komentar dan hampir 40 ribu likes diberikan pada unggahan Inayma tersebut.

Nama Chandra Liow pun masuk dalam kolom trending topic usai kabar ini merebak. 

Tak berhenti disana, Inayma juga menyertakan bukti foto mobilnya yang dibawa pada saat kejadian melalui unggahan lanjutan. Terlihat foto mobil berwarna hitam dengan plat mobil belakang yang copot.

"Bukti? Ini udah jelas. Coba itung2an fisika aja, seberapa cepetnya di jalan sampe plat mobil belakangnya copot," kata Inayma.

Sejak ramai diperbincangkan, Chandra Liow belum memberikan respons atau klarifikasi apapun. Kasus inipun belum masuk dalam ranah hukum hingga masih berupa dugaan. 


Penyebab Orang Lakukan Kekerasan dalam Hubungan

Ilustrasi Kekerasan / Credit: pexels.com/Kirk

Saat mendengar kasus kekerasan dalam hubungan, Anda mungkin bertanya-tanya apa yang bisa jadi penyebabnya. Tindak kekerasan dalam hubungan bisa terjadi karena banyak faktor. Namun umumnya, emosi yang menjadi biang kerok dibaliknya.

Psikolog anak, remaja, dan keluarga Universitas Kristen Maranatha Bandung, Efnie Indriani mengungkapkan bahwa faktor emosi memang dapat membuat seseorang jadi lepas kendali. Hal tersebut berkaitan dengan fungsi amigdala pada otak yang menjadi tidak berfungsi saat diliputi oleh emosi.

"Saat ada emosi negatif, fungsi amigdala otak akan membajak bagian otak yang mengendalikan bagian self control (prefrontal cortex otak). Bagian amigdala otak ini tidak ada fungsi berpikir sama sekali," ujar Efnie melalui keterangan pada Health Liputan6.com, Sabtu (1/10/2022).

Emosi sendiri bisa dipicu oleh banyak hal. Akan tetapi tindak kekerasan yang dilakukan sebenarnya juga berkaitan dengan kebiasan orang yang bersangkutan.

Artinya, saat seseorang melakukan kekerasan fisik saat emosi, kemungkinan tindakan tersebut memang sudah biasa dilakukan.

 


Sudah Terbiasa Ekspresikan Emosi dengan Kekerasan

Ilustrasi Pasangan Bertengkar Credit: unsplash.com/Blaire

Menurut Efnie, seseorang yang sudah terbiasa mengeluarkan emosi negatif dengan kekerasan akan lebih terbiasa untuk melakukan hal tersebut. Tindak kekerasan akhirnya bisa menjadi reflek yang dilakukan ketika emosi.

"Jadi untuk seseorang yang terbiasa dalam kondisi emosi negatif (marah) melakukan kekerasan fisik, maka amigdala akan memicu reflek-reflek tersebut secara otomatis," kata Efnie.

Selain itu, menurut Efnie, tindak kekerasan yang dilakukan seseorang pada pasangan sebenarnya bisa menjadi buah percampuran antara emosi dan upaya untuk melindungi harga dirinya.

Mengingat bisa saja emosi yang muncul disebabkan oleh persoalan yang menggores harga diri pelaku.

Saat menjadi korban kekerasan, penting untuk meminta pertolongan pada tenaga profesional. Serta, orang-orang di sekitar korban juga sebaiknya hadir secara fisik untuk mendampingi serta menjadi pendengar yang baik.

"Mereka (orang-orang terdekat korban) harus menjadi supporting group dengan cara hadir secara fisik, mendampingi, menjadi pendengar yang baik, dan menenangkan," kata Efnie.


Hal yang Perlu Dihindari

Ilustrasi berkata tidak. (Photo by Priscilla Du Preez on Unsplash)

Saat berhadapan dengan kasus kekerasan, Efnie menyarankan orang-orang terdekat untuk menghindari pembahasan topik tersebut secara berulang. Hal ini dianggap dapat memicu rasa trauma yang lebih dalam.

"Hindari untuk membahas kasus tersebut berulang-ulang di hadapan korban karena akan semakin memicu rasa trauma," ujar Efnie.

Sebagai masyarakat yang menyaksikan, penting pula untuk bijak dalam menyikapi kasus kekerasan. Salah satunya dengan menghindari pemberian label tertentu pada pelaku maupun korban.

"Hal yang sebaiknya tidak dilakukan adalah memberikan label tertentu pada pelaku maupun korban, karena hal tersebut merupakan salah satu bentuk bully," ujar Efnie.

Serta, hindarilah membicarakan kasus kekerasan di depan anak-anak, yang mana dianggap dapat merusak psikis dan perkembangan mereka.

"Hindari juga untuk membicarakan hal ini di hadapan anak-anak yang masih berusia di bawah umur karena informasi yang tidak baik ini bisa merusak psikis atau perkembangan mereka," pungkasnya. 

Infografis Kasus Kekerasan terhadap Perempuan di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya