Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan harga BBM, khususnya bahan bakar subsidi jenis Pertalite dan Solar pada awal September 2022 lalu bakal berdampak besar terhadap angka inflasi di akhir tahun ini.
"Inflasi umum pada akhir tahun 2022 ini diperkirakan berkisar 6-7 persen yoy (year on year) sebagai implikasi dari kenaikan harga BBM pada bulan September ini," ujar Ekonom Bank Permata Josua Pardede kepada Liputan6.com, Sabtu (1/10/2022).
Advertisement
Sebagai tindak lanjut dari tengah peningkatan inflasi tersebut, Josua menyebut pemerintah juga telah meluncurkan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan, yang bertujuan untuk mengelola inflasi pangan agar tetap terkendali.
"Sehingga tidak memberikan dorongan tambahan inflasi setelah pemerintah menaikkan harga BBM," imbuh dia.
Senada, Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal memperkirakan, laju inflasi pada akhir 2022 potensi menembus 7 persen. Tak hanya BBM, kondisi global juga turut melatarbelakangi prediksi tersebut.
"Indonesia sendiri memang dibandingkan dengan kondisi pandemi lebih tinggi inflasinya. Kami perkirakan di tahun ini bisa mencapai 6-7 persen, inflasi sepanjang tahun 2022," kata Faisal kepada Liputan6.com.
"Ini tidak lepas daripada efek global yang meningkatkan harga-harga yang ditransmisikan ke dalam harga domestik," dia menambahkan.
Bank Indonesia dalam situasi ini memang telah berupaya untuk memperketat kebijakan moneter, termasuk dengan instrumen suku bunga acuan. Namun, Faisal berpendapat, kebijakan lain seperti kenaikan harga BBM justru sebaliknya yang memicu inflasi.
"Sebelum kenaikan harga BBM sebetulnya inflasinya meningkat di kisaran 5-6 persen. Dengan kenaikan harga BBM bisa sampai 6-7 persen. Itu pun sudah memperhitungkan efek daripada kebijakan-kebijakan yang mengendalikan inflasi," tuturnya.
Survei BI: Inflasi Minggu Kelima September 2022 di Angka 1,10 Persen
Survei Pemantauan Harga yang dijalankan Bank Indonesia (BI) pada minggu V September 2022 menunjukkan bahwa angka inflasi sampai dengan minggu kelima September 2022 di angka 1,10 persen (mtm).
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono menjelaskan, komoditas utama penyumbang inflasi September 2022 sampai dengan minggu kelima yaitu bensin sebesar 0,91 persen (mtm) dan angkutan dalam kota sebesar 0,06 persen (mtm).
"Sedangkan untuk angkutan antar kota, rokok kretek filter, dan beras masing-masing sebesar 0,02 persen (mtm), serta ikan kembung, pasir, semen dan bahan bakar rumah tangga (BBRT) masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm).
Sementara itu, komoditas yang mengalami deflasi pada periode minggu kelima September yaitu bawang merah sebesar -0,06 persen (mtm), cabai merah sebesar -0,04 persen (mtm), minyak goreng dan daging ayam ras masing-masing sebesar -0,03 persen (mtm), cabai rawit, tomat dan emas perhiasan masing-masing sebesar -0,02 persen (mtm), serta telur ayam ras dan tarif angkutan udara masing-masing sebesar -0,01 persen (mtm).
"Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait dan terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut," kata dia.
Advertisement
Aliran Modal Asing
Erwin melanjutkan, Bank Indonesia mencatat Premi CDS Indonesia 5 tahun naik menjadi 162,63 basis poin per 29 September 2022 dari 147,68 basis poin per 23 September 2022.
Berdasarkan data transaksi 26 -29 September 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp 8,48 triliun terdiri dari jual neto Rp 5,38 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp 3,10 triliun di pasar saham.
Selama tahun 2022, berdasarkan data setelmen sampai dengan 29 September 2022, nonresiden jual neto Rp 158,67 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp 69,57 triliun di pasar saham.