Kapolda Jatim: Gas Air Mata Ditembakkan di Stadion karena Petugas Dipukul Suporter

Ia mengatakan, tidak semua dari total 42 ribu penonton yang memenuhi Stadion Kanjuruhan berbuat anarkis. Diperkirakan ada sekitar 3 ribu penonton yang merangsek masuk lapangan.

oleh Zainul Arifin diperbarui 02 Okt 2022, 21:54 WIB
Kapolda Jatim Irjen. Pol Nico Afinta (Bola.com/Iwan Setiawan)

 

Liputan6.com, Malang - Kepolisian menyebut suporter yang berbuat anarkistis jadi alasan utama ditembakannya gas air mata di Stadion Kanjuruhan Malang saat laga Arema lawan Persebaya.

Dalam tragedi itu 127 orang, 2 di antaranya anggota Polri tewas dan 180 orang masih dirawat.

Tragedi pilu itu terjadi seusai Arema FC kalah 2-3 dari tamunya, Persebaya Surabaya, di Stadion Kanjuruhan Malang pada Sabtu, 1 Oktober 2022. Aremania (suporter Arema) meluapkan kekecewaannya dengan masuk ke lapangan. Situasi yang tak terkendali itu berakhir jadi duka.

Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Nico Afinta, mengatakan selama 2x45 menit pertandingan berjalan lancar tanpa gejolak berarti. Namun usai pertandingan, sejumlah suporter yang tak puas dengan hasil itu turun dari tribun lalu merangsek masuk ke dalam lapangan.

“Masalah terjadi usai pertandingan. Mereka kecewa kalah di kandang sendiri, sebelumnya selama 23 tahun tak pernah kalah,” kata Nico dalam keterangan resminya di Malang, Minggu, 2 Oktober 2022.

Hal itu menggerakkan penonton turun ke tengah lapangan untuk mencari pemain dan ofisial Arema FC guna melampiaskan kekecewaannya. Dalam prosesnya, sambung Nico, hal itu dinilai membahayakan keselamatan tim Persebaya maupun Arema.

Petugas keamanan yang berusaha menghalau tak digubris. Situasi kacau tak terkendali, bahkan ada beberapa petugas yang mendapat pukulan dari suporter. Karena itulah petugas kepolisian kemudian melepaskan tembakan gas air mata.

“Mereka pergi ke satu titik di pintu 12 kemudian ada penumpukan dan di sana (menyebabkan) kekurangan oksigen, sesak napas. Tim medis di dalam stadion berupaya menolong,” ujar Nico.

Ia mengatakan, tidak semua dari total 42 ribu penonton yang memenuhi Stadion Kanjuruhan berbuat anarkistis. Diperkirakan ada sekitar 3 ribu penonton yang merangsek masuk lapangan. “Jadi kalau semua patuh aturan, maka kami akan kerja baik,” ucapnya.


Sesak Nafas

Dari seluruh korban jiwa itu, 34 orang meninggal dunia saat di stadion dan 93 orang meninggal dunia di rumah sakit. Selain korban jiwa, sampai Minggu pagi ini masih ada 180 orang yang dirawat di sejumlah rumah sakit di Malang. Seluruhnya sesak nafas kekurangan oksigen.

“Selain itu, ada 10 mobil dinas polisi dan 3 mobil pribadi rusak. Kami menyesalkan, prihatin dan sangat berdukacita atas kejadian ini,” ujar Nico.

Kepolisian akan terus mengecek kondisi di lapangan guna memastikan tidak ada korban tertinggal baik di dalam maupun di area stadion. Nico meminta untuk saat ini agar semua pihak fokus ke upaya penanganan korban.

“Nanti akan ada penjelasan lebih lanjut dan mohon beri kami waktu untuk pendalaman lebih lanjut,” kata Nico.

Suporter rusuh usai Arema kalah dari Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang. (Zainul Arifin/Liputan6.com)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya