Liputan6.com, Jakarta Duel sengit antara Arema Malang melawan Persebaya Surabaya yang berlangsung di Stadion Kanjuruhan Malang berakhir tragis. Sebanyak 127 orang meninggal dunia akibat kericuhan yang terjadi usai pertandingan Arema vs Persebaya yang berlangsung pada Sabtu (1/10/2022) malam.
Dari 127 korban jiwa, dua diantaranya merupakan petugas kepolisian sedangkan 125 korban lainnya adalah suporter Arema. Selain itu, sebanyak 180 orang korban lainnya kini dirawat di sejumlah rumah sakit.
Advertisement
Usai tragedi Kanjuruhan ini, selain kericuhan yang terjadi setelah pertandingan antar kedua klub sepak bola di Jawa Timur, nama Stadion Kanjuruhan Malang pun ramai menjadi perbincangan.
Dikutip dari laman, malangkab.go.id, Minggu (2/10/2022), Stadion Kanjuruhan yang berlokasi di Jalan Trunojoyo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang ini dibangun sejak tahun 1997 silam. Pembangunan stadion kebanggaan Arema Malang ini menelan biaya hingga Rp 35 miliar.
Pada 9 Juni 2004, Presiden Megawati Soekarnoputri resmi menandatangani plakat yang diletakkan di depan stadion milik Pemerintah Kabupaten Malang ini, dengan ditandai gelaran pertandingan kompetisi Divisi I Liga Pertamina Tahun 2004, antara Arema Malang melawan PSS Sleman.
Pertandingan berakhir untuk kemenangan Arema 1-0. Itulah pertama kalinya Arema dan Aremania pindah dari kandang lama Stadion Gajayana, Kota Malang ke Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang.
Perjalanan Arema FC
Sejak kepindahannya ke Stadion Kanjuruhan, kisah keberuntungan dan kemalangan seolah silih berganti datang dan pergi menyertai perjalanan Arema. Stadion Kanjuruhan menjadi saksi bisu perjalanan langkah skuat Singo Edan menggapai mahkota Copa Indonesia 2005 dan 2006.
Sebelum babak final di dua edisi Piala Indonesia itu, Arema meraih kemenangan-kemenangan penting di Stadion Kanjuruhan sehingga mengantarkannya kepada pertempuran di partai puncak hingga mengangkat trofi juara dua kali berturut-turut.
Di Stadion Kanjuruhan ini pula, Aremania pernah meraih predikat The Best Suporter di ajang Copa Indonesia 2006, meski pemberian gelar dan hadiah tak dilakukan secara simbolis di Stadion Kanjuruhan.
Di stadion ini Arema juga pernah ditahbiskan sebagai kampiun kompetisi sepakbola kasta tertinggi bertajuk Indonesia Super League (ISL) 2009-2010. Kala itu, upacara penobatan juara digelar lewat laga Perang Bintang antara Arema Indonesia melawan Tim All-Star, yakni gabungan 22 pemain yang bermain di ISL pada 6 Juni 2010. Arema selaku juara ISL harus takluk dengan skor tipis 4-5.
Advertisement
Juga Markas Persekam Metro FC
Stadion berkapasitas 45 ribu penonton yang juga menjadi kandang klub medioker milik Pemerintah Kabupaten Malang, Persekam Metro FC ini pun sempat menjadi saksi betapa luar biasanya Aremania dalam mendukung klub kebanggaannya Arema.
Sebut saja beberapa kali aksi pengibaran bendera raksasa berlogo Arema, termasuk aksi kolosal One Incredible Blue (OIB) pada musim 2014, hingga One Soul One Nation pada 17 Januari 2016 lalu. Kanjuruhan juga sempat menjadi stadion yang “angker” lantaran ditinggal para “penghuninya” di ISL musim 2011-2012, kala terjadi dualisme klub Arema.
Pada awal musim 2014, stadion ini mengalami penambahan satu tribun, yakni tribun berdiri. Tribun ini berada di sekeliling sentelban dengan pagar yang memisahkan tribun dengan lapangan.
Penambahan tribun ini menambah kapasitas stadion menjadi benar-benar mencapai 45 ribu penonton. Penambahan tribun ini diharapkan dapat mengantisipasi membludaknya Aremania pada laga-laga tertentu bertajuk big-match.