Liputan6.com, Jakarta - Dalam tragedi Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang pada Sabtu, 1 Oktober 2022, gas air mata ditembakkan oleh kepolisian. Hal itu dilakukan kepolisian karena supporter berbuat anarkis.
Tak ayal, tragedi Kanjuruhan menelan korban 127 orang, 2 di antaranya anggota Polri tewas dan 180 orang masih dirawat. Tragedi pilu terjadi seusai Arema FC kalah 2-3 dari tamunya, Persebaya Surabaya Aremania (suporter Arema) meluapkan kekecewaannya dengan masuk ke lapangan.
Advertisement
Lantas, seberapa besar bahaya gas air mata terhadap kesehatan? Gas air mata yang biasa digunakan untuk mengontrol kerusuhan tidak hanya terdiri dari tiga macam, yakni, CN (2-chloroacetophenone), CS (o-chlorobenzylidene malonitrile) dan OC (oleoresin capsicum).
Dokter spesialis mata konsultan Gitalisa Andayani menjelaskan, tiga macam gas air mata itu merupakan agen atau zat efektif untuk lakrimasi atau membuat mata menjadi berair. Gejala tersebut bisa timbul 20 - 60 detik setelah terpapar.
"Yang paling toksik di antara semua itu adalah CN diikuti CS dan OC," jelas Gita, sapaan akrabnya dalam pesan teks kepada Liputan6.com, ditulis Minggu (2/10/2022).
Gas air mata akan membuat mata mengalami blefarospasme -- kondisi pada sakit atau perih pada mata sehingga sulit untuk membuka mata, silau dan radang selaput lendiri pada mata berwarna putih (konjungtivitis). Selain blefarospasme, gas air mata juga akan membuat mata menjadi bengkak serta mata berair.
Sebabkan Iritasi Mata sampa Perdarahan
Gitalisa Andayani melanjutkan, dampak dari paparan gas air mata secara umum tidak berat. Akan tetapi, pada kasus berat dapat terjadi keparahan.
"Umumnya gejala tidak berat, dan dapat reversibel. Namun, ada kasus-kasus (jarang terjadi) yang berat menyebabkan kondisi seperti perdarahan dalam bola mata, radang kornea, glaukoma, katarak, hingga kebutaan," tutur wanita yang berpraktik di Jakarta Eye Center ini.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat (AS) menulis, gas air mata adalah senyawa kimia yang untuk sementara membuat orang tidak dapat berkutik dengan menyebabkan iritasi pada mata, mulut, tenggorokan, paru-paru, dan kulit.
Beberapa senyawa yang berbeda dianggap sebagai agen pengendalian kerusuhan (riot control agents). Senyawa yang paling umum dikenal sebagai chloroacetophenone (CN) dan chlorobenzylidenemalononitrile (CS).
Senyawa lain termasuk chloropicrin (PS), yang juga digunakan sebagai fumigan, yaitu, zat yang menggunakan asap untuk mendisinfeksi suatu area; bromobenzilsianida (CA); dibenzoxazepine (CR); dan kombinasi berbagai agen.
Advertisement
Segera Bilas dengan Air
Apabila terpapar gas air mata, menurut Gitalisa Andayani, cara terbaik adalah segera membilas atau irigasi mata dengan air. Bisa juga dengan cairan fisiologis seperti NaCl.
"Kalau dibiarkan (tidak dibilas), ada risiko gangguan mata lebih berat seperti infeksi kornea," lanjutnya.
"Bila masih ada kelainan pada mata pasien sebaiknya segera ke dokter spesialis mata untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan lanjutan."
Penanganan gas air mata dari panduan CDC juga harus secepat mungkin membilas dengan sabun dan air dalam jumlah banyak. Membilas dengan sabun dan air akan membantu melindungi orang dari bahan kimia apa pun di tubuh.
Jika mata Anda terasa panas atau penglihatan kabur, bilas mata dengan air biasa selama 10 hingga 15 menit. Jika Anda memakai lensa kontak, lepaskan dan letakkan dengan pakaian yang terkontaminasi. Jangan meletakkan kembali kontak di mata Anda (bahkan jika itu bukan kontak sekali pakai).
Jika Anda memakai kacamata, cucilah dengan sabun dan air. Anda dapat memakai kembali kacamata setelah Anda mencucinya. Jika Anda mengenakan perhiasan yang dapat dicuci dengan sabun dan air, Anda dapat mencucinya dan memakainya kembali. Jika tidak bisa dicuci, itu harus diletakkan dengan pakaian yang terkontaminasi.
Meninggal karena Sesak Napas
Situasi kerusuhan Arema vs Persebaya yang tak terkendali itu berakhir jadi duka. Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Nico Afinta mengatakan, dalam kejadian ada 127 orang meninggal dunia dengan 2 korban jiwa di antaranya adalah anggota Polri.
Seluruhnya meninggal karena sesak napas, kekurangan oksigen akibat gas air mata.
“Dari seluruh korban jiwa itu, 34 orang meninggal dunia saat di stadion dan 93 orang meninggal dunia di rumah sakit,” kata Nico di Malang, Minggu, 2 Oktober 2022.
Selain korban jiwa, sampai Minggu pagi ini (2/10/2022) masih ada 180 orang yang dirawat di sejumlah rumah sakit di Malang. Seluruhnya juga karena sesak napas kekurangan oksigen. Selain itu, kepolisian mendata 10 mobil polisi dan 3 mobil pribadi rusak.
“Kami menyesalkan, prihatin dan sangat berduka cita atas kejadian ini,” ujar Nico dikutip dari Surabaya Liputan6.com.
Advertisement