Komnas HAM Bakal Terjunkan Tim Usut Tragedi Arema di Stadion Kanjuruhan Malang

Tragedi Kanjuruhan Malang pecah usai laga derby antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya yang dimenangkan oleh tim tamu. Ratusan orang tewas dalam insiden ini.

oleh Fachrur Rozie diperbarui 02 Okt 2022, 10:01 WIB
Petugas berpakaian preman berdiri dekat kendaraan polisi yang rusak dalam kerusuhan pada pertandingan sepak bola antara Arema Vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, 1 Oktober 2022. Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta menjelaskan sebanyak 34 orang dilaporkan meninggal dunia di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, sementara sisanya meninggal saat mendapatkan pertolongan di sejumlah rumah sakit setempat. (AP Photo/Yudha Prabowo)

 

Liputan6.com, Jakarta - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) bakal menerjunkan tim investigasi usut dugaan adanya pelanggaran HAM dalam tragedi Arema di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur yang menewaskan ratusan jiwa.

"Saya kira tragedi ini harus diusut tuntas, dari soal pelaksanaan pertandingan, aspek pengamanan sampai aspek-aspek teknis lainnya. Komnas HAM sedang mempertimbangkan untuk mengirim tim investigasi ke sana," ujar Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara dalam keterangannya, Minggu (2/10/2022).

Beka menyebut, seharusnya ada regulasi yang harus dipatuhi bersama dalam penanganan kerusuhan di dalam stadion. Terutama regulasi ini harus dipatuhi aparat penegak hukum agar kejadian tersebut tak terulang.

"Saya kira ada kekhususan peraturan dalam stadion dan pertandingan sepakbola yang harus dipatuhi bersama, bukan hanya oleh pemain, official tetapi juga aparat keamanan untuk meminimalisir resiko yang muncul," kata dia.

Dia turut menyampaikan bela sungkawa atas meninggalnya ratusan suporter sepak bola. Dia menyebut sudah lebih dari 127 orang meninggal dunia dalam tragedi kelam ini.

"Saya sebagai salah satu penggila bola ikut berduka atas jatuhnya korban di Stadion Kanjuruhan, Malang. Sampai pagi ini informasinya sudah 153 orang yang meninggal dunia," kata dia.

Tragedi Kanjuruhan Malang yang menewaskan ratusan orang ini diduga berawal dari kemarahan suporter Arema lantaran klub sepak bola kesayangannya kalah dari lawan. Beberapa suporter pun turun ke lapangan hendak bertanya kepada pemain mengapa bisa kalah.

Lalu kemudian terjadi kerusuhan sehingga aparat kepolisian menembakkan gas air mata. Para suporter yang terjebak tak bisa bernapas hingga lemas dan meninggal dunia.


125 Suporter dan 2 Polisi Tewas

Suporter membawa seorang pria yang terluka menyusul kerusuhan pada pertandingan sepak bola antara Arema Vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, 1 Oktober 2022. "Masih ada 180 orang yang masih dalam perawatan. Dari 40 ribu penonton, tidak semua anarkis. Hanya sebagian, sekitar 3.000 penonton turun ke lapangan," kata Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta. Hingga kini, data korban meninggal dunia masih terus bertambah. (AP Photo/Yudha Prabowo)

Kapolda Jatim, Irjen Pol Nico Afinta sebelumya mengungkapkan, sebanyak 127 orang meninggal dunia, dua diantaranya anggota polri dan 125 suporter, usai laga derby antara Arema FC VS Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang pada Sabtu 1 Oktober kemarin malam.

"Yang meninggal di dalam stadion ada 34 orang, kemudian yang lain meninggal di rumah sakit saat proses pertolongan," ujar Irjen Nico.

Irjen Nico Melani, ada 13 mobil yang rusak, 10 diantaranya mobil dinas Polri, dan mobil pribadi. "Dan masih ada 180 orang yang saat ini dalam proses perawatan," ucapnya.

Irjen Nico mengatakan, dari kurang lebih empat ribu penonton yang hadir di stadion, tidak semuanya anarkis dan tidak semuanya kecewa. Hanya sebagian dari mereka yang turun ke lapangan.

"Jadi ada beberapa hal yang ingin kami sampaikan kalau semua tertib aturan maka tidak akan terjadi seperti ini. Karena peristiwa ini ada sebab dan akibat," ujarnya.

"Sekali lagi kami berbela sungkawa dan akan melakukan langkah-langkah dengan steakholder terkait supaya ini tidak terjadi lagi," imbuh Irjen Nico.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya