Intip Rekomendasi Saham MAPI pada Kuartal IV 2022

Masyarakat biasanya akan banyak belanja menjelang hari libur Natal dan Tahun Baru. Ini dinilai jadi katalis positif untuk emiten ritel.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 02 Okt 2022, 09:39 WIB
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Analis menilai prospek saham emiten ritel pada kuartal IV 2022 sudah mulai menarik untuk diperhatikan seiring memasuki musim liburan. 

Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas, Priscilla Margatan menuturkan, masyarakat biasanya akan banyak belanja menjelang hari libur Natal dan Tahun Baru.

"Ditambah lagi banyaknya diskon besar-besaran yang biasanya diadakan saat akhir tahun.  Ini tentunya dapat turut mendorong volume penjualan dari emiten-emiten di sektor ritel,” kata Priscilla kepada Liputan6.com, ditulis Minggu (2/10/2022).

Priscilla juga mengatakan, katalis positif datang dari musim libur akhir tahun. Sedangkan sentimen negatif datang dari isu inflasi yang berpotensi menekan daya beli konsumen. 

“Tetapi, untuk emiten-emiten retail yang target konsumennya adalah segmen menengah ke atas, menurut kami dampak inflasi tidak akan terlalu signifikan. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan konsumer untuk tetap berbelanja meski ada sedikit kenaikan ASP. Hal ini berbeda dengan segmen menengah ke bawah yang lebih price sensitive dan cenderung memilih untuk memenuhi kebutuhan pokoknya dulu,” kata dia.

Untuk rekomendasi sahamnya, Priscilla memilih PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) atau saham MAPI. Selain karena potensi peningkatan penjualan pada kuartal IV 2022, tetapi juga karena brand portfolio MAPI yang sangat terdiversifikasi. 

“Segmen Non-Fashion MAPI berhasil memberikan kontribusi yang cukup signifikan pada semester I kemarin, seperti segmen F&B dan juga active. Sehingga MAPI tidak akan bergantung pada satu segmen saja. Kami memberikan target TP di 1.200 (6,0/5,2x dari EV/EBITDA 22F/23F), masih cukup murah jika dibandingkan dengan median EV/EVITDA IDX-Cyclicals di 11,97x,” ujar dia.

Selain itu, untuk pelaku pasar bisa mencermati rencana emiten untuk melakukan aksi korporasi baik secara organik maupun anorganik, ataupun rencana-rencana melakukan ekspansi. 

“Biasanya, perusahaan yang terus memperluas lini bisnisnya atau melakukan ekspansi berpotensi untuk membukukan kinerja yang lebih baik,” imbuhnya. 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Melihat Prospek Saham Emiten Ritel pada Kuartal IV 2022

Pekerja beraktivitas di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Sebelumnya, Indeks harga saham gabungan (IHSG) menembus level 5.600 pada penutupan perdagangan pertama bulan ini, Senin (3/4/2017). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Analis menilai prospek saham emiten ritel pada kuartal IV 2022 berpotensi mengalami pertumbuhan terbatas. Hal tersebut dipengaruhi oleh sejumlah tantangan pada semester II ini lebih banyak dibandingkan semester I 2022.

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Cheryl Tanuwijaya menuturkan, prospek saham emiten ritel pada kuartal IV 2022 berpotensi mengalami tumbuh terbatas.

"Prospeknya berpotensi tumbuh terbatas mengingat tantangan pada semester II lebih banyak daripada semester I 2022,” kata Cheryl kepada Liputan6.com, Kamis, 29 September 2022.

Selain itu, diharapkan pemulihan ekonomi yang terus berlanjut menjadi faktor pendorong kinerja emiten ritel pada kuartal IV 2022.

"Di tengah berbagai tantangan, namun pemulihan ekonomi yang terus berlanjut bisa menjadi harapan pertumbuhan,” kata dia.

Dengan demikian, tren pemulihan ekonomi domestik tersebut bisa menjadi salah satu katalis positif bagi saham emiten ritel. 

"Berlanjutnya tren pemulihan ekonomi domestik, pemerintah berusaha menjaga daya beli masyarakat dengan menunda kenaikan harga listrik dan memberikan BLT (bantuan lansung tunai) bagi masyarakat golongan ke bawah,” ujar dia.

Meskipun begitu, terdapat sejumlah katalis negatif juga bagi saham emiten ritel, salah satunya dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

“Bank dunia menurunkan target pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara dan Timur dan efek kenaikan harga BBM bisa menekan daya beli,” kata Cheryl.

 

 

 


Dibebani Tren Kenaikan Suku Bunga

Suasana pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Cheryl menuturkan, hingga saat ini mayoritas saham ritel sedang mengalami tren penurunan. Untuk rekomendasi saham, Cheryl memilih saham MAPI untuk dijual saat menguat. 

"Saat ini mayoritas sedang downtrend ataupun berada di area resisten seperti MAPI, rekomendasinya sell on strength,” imbuhnya.

Sementara itu, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Roger MM mengatakan, kinerja emiten ritel sebagian besar mampu tumbuh positif hingga semester I 2022, di antaranya CSAP, MAPA, MAPI, RALS, MIDI. Sedangkan ERAA, ACES menorehkan pertumbuhan kinerja negatif pada semester I 2022.

Kemudian, Roger menilai pada kuartal IV tahun ini sektor ritel masih dibebani oleh tren kenaikan suku bunga yang berdampak pada pelemahan daya beli. 

"Di kuartal IV tekanan terhadap sektor ritel masih terkait dengan tren kenaikan suku bunga yang bisa memberikan dampak pelemahan daya beli,” ujar Roger.

Roger juga menyebutkan, sentimen negatif 2022 masih terkait peluang kenaikan suku bunga bank sentral AS atau the Fed pada November dan Desember serta tekanan inflasi dari domestik terkait dampak kenaikan BBM yang juga mengerek suku bunga.

“Sedangkan sentimen positif masih dari data data ekonomi indonesia yang saat ini masih cukup baik dan agenda Natal di akhir tahun juga berpeluang memberikan sentimen positif untuk sektor ritel,” kata dia.

 


Kinerja IHSG Sepekan pada 26-30 September 2022

Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak lesu pada 26-30 September 2022. Sentimen global seperti kekhawatiran resesi global menekan IHSG.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu ( 1/10/2022), IHSG melemah 1,92 persen ke posisi 7.040,79 dari pekan sebelumnya 7.178,58. Kapitalisasi pasar bursa merosot 1,98 persen menajdi Rp 9.238,08 triliun pada pekan ini. Kapitalisasi pasar terpangkas Rp 186,84 triliun dari pekan lalu di posisi Rp 9.424,93 triliun.

Selain itu, rata-rata frekuensi harian susut 7,82 persen menjadi 1.238.025 transaksi dari 1.343.102 transaksi pada pekan lalu. Sementara itu, rata-rata nilai transaksi harian melemah 1,55 persen menjadi Rp 13,91 triliun dari Rp 14,13 triliun pada pekan lalu. Rata-rata volume transaksi harian bursa melemah 17,03 persen menjadi 23,28 miliar saham dari 28,07 miliar saham pada pekan sebelumnya.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG bergerak pada fase bearish atau melemah yang didorong sentimen bursa global. Pada pekan ini, bursa saham global juga tertekan seiring ancaman resesi global hingga inflasi yang masih cukup tinggi. “Dan dana hawkish dari The Fed hingga akhir 2022,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu pekan ini.

Herditya prediksi, sentimen ancaman resesi global dan bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve (the Fed) bernada hawkish hingga 2023 untuk menekan inflasi hingga target 2 persen akan bayangi IHSG hingga akhir tahun. Hingga akhir 2022, ia perkirakan, IHSG berada di posisi bearish atau turun 6.743 dan bullish atau menguat 7.480.

Untuk perdagangan Senin, 3 Oktober 2022, Herditya prediksi, IHSG berpeluang menguat dengan level support 6.926 dan resistance 7.073. Pada pekan depan ada rilis data inflasi yang bayangi IHSG.

 

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya