Liputan6.com, Jakarta - PT Bio Farma (Persero) mengekspor vaksin polio atau novel Oral Polio Vaccine type 2 (nOPV2) setelah mendapatkan kontrak permintaan dari UNICEF untuk alokasi tahun 2022 dan 2023 melalui skema multilateral.
"Saat ini yang membeli produk nOPV2 tersebut adalah UNICEF, secara multilateral. Vaksin nOPV2 menjadi salah satu cara untuk mencegah perluasan wabah polio di dunia," kata Direktur Utama Bio Farma yang merupakan induk usaha (holding) BUMN Farmasi, Honesti Basyir dikutip dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Minggu, 2 Oktober 2022.
Advertisement
Menurut Honesti, dengan keberhasilan Bio Farma memproduksi dan mengekspor vaksin nOPV2, perusahaannya telah berkontribusi pada kesehatan global sekaligus mampu menyiapkan cadangan (stockpile) bagi kebutuhan dunia.
Dijelaskannya bahwa pendistribusian vaksin polio ke berbagai negara di dunia dilakukan sendiri oleh Bio Farma.
"UNICEF menerbitkan PO (purchase order) kepada Bio Farma. Misalnya, UNICEF menerbitkan PO untuk pengiriman ke Nigeria, maka Bio Farma mengirimkan secara langsung nOPV2 ke negara tersebut," ujarnya.
Dia juga mengatakan bahwa kontribusi atas suplai vaksin polio ini kian memperkuat Bio Farma sebagai perusahaan life science kelas dunia yang berdaya saing global yang memiliki peran untuk menyediakan serta mengembangkan produk berstandar internasional guna meningkatkan kualitas hidup.
Disebutkan juga bahwa vaksin polio novel Oral Polio Vaccine type 2 atau nOPV2 telah mengantongi izin penggunaan darurat atau emergency use of authorization (EUA) dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM).
Selain itu, juga memperoleh emergency use of listing (EUL) dari Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.
Lebih lanjut Honesti mengatakan bahwa vaksin nOPV2 ditujukan ke sejumlah negara di Afrika, Eropa, dan Timur Tengah, karena Indonesia telah bebas polio sejak 2014.
Negara-negara Afrika pengguna vaksin nOPV2 dari Bio Farma itu di antaranya Aljazair, Kamerun, Kongo, Djibouti, Ethiopia, Gambia, Ghana, Nigeria, Senegal, dan Uganda.
Di benua Eropa penggunanya adalah Israel dan Ukraina, sedangkan di Timur Tengah adalah Mesir, Iran, Somalia, dan Yaman.
"Produksi vaksin nOPV2 merupakan hasil kolaborasi Bio Farma dan sejumlah lembaga penelitian dunia, seperti Bill and Melinda Gates Foundation (BMGF), PATH, dan WHO," katanya.
"Bio Farma menjadi pemasok utama vaksin polio dunia yang mencapai 67 persen dari kebutuhan vaksin dunia, baik secara bilateral maupun multilateral --- melalui UNICEF. Selain memproduksi vaksin polio, Bio Farma juga menjadi laboratorium rujukan untuk pemeriksaan setiap sampel virus polio," katanya.
Sejalan dengan G20
Dalam kesempatan tersebut, Honesti menyinggung perihal kegiatan Presidensi G20 dengan tema 'Recover Together, Recover Stronger'. Tiga pilar utama menjadi fokus Indonesia dalam Presidensi Indonesia di G20 2022, yaitu: Arsitektur Kesehatan Global, Transformasi Digital, dan Transisi Energi Berkelanjutan.
Melalui pilar-pilar ini, kata Honesti, Indonesia akan terus memimpin upaya mewujudkan akses vaksin COVID-19 yang merata, serta mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif melalui partisipasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, serta ekonomi digital.
Menteri BUMN Republik Indonesia, Erick Thohir, menyatakan, sejalan dengan kepemimpinan Indonesia dalam mewujudkan upaya bersama di tingkat global untuk Recover Together, Recover Stronger yaitu pulih bersama, dan pulih lebih kuat melalui Presidensi G20.
"Kami juga percaya akan pentingnya perusahaan-perusahaan BUMN memimpin melalui langkah nyata kami, yang diwujudkan dalam berbagai inisiatif strategis dan transformasi berskala besar yang dapat memberikan dampak global," katanya.
Advertisement
Kontribusi Jangka Panjang
Erick meyakini bahwa dunia tidak hanya akan melihat Indonesia mampu memberikan kontribusi jangka panjang pada tata kelola dunia dan agenda keberlanjutan melalui Presidensi G20, tetapi juga melihat peranan kunci perusahaan-perusahaan BUMN sebagai bagian dari upaya bersama memajukan perubahan dan kolaborasi di tingkat global.
Senada dengan Menteri BUMN, Honesti mengatakan bahwa kontribusi Bio Farma dalam menyediakan vaksin polio telah sejalan dengan salah satu isu prioritas yang akan dibahas dalam Presidensi G20, yaitu pembangunan kesehatan global.
Melalui momentum Presidensi G20, lanjut Honesti, Indonesia juga menunjukkan keberhasilannya dalam mengendalikan pandemi COVID-19 terutama di sektor kesehatan dan perekonomian, khususnya vaksinasi.
"PT Bio Farma menjadi salah satu garda terdepan dalam kegiatan vaksinasi di Tanah Air," katanya.
Sementara itu, salah satu capaian Presidensi G20 di sektor kesehatan adalah kesepakatan pembentukan Financial Intermediary Fund (FIF), yang telah mengumpulkan dana sebesar US$ 1,4 miliar untuk pencegahan pandemi pada masa yang akan datang.
Dunia Bersiap Bebas Polio
Sebelumnya, dunia bersiap untuk menuju bebas polio sambil menunggu kondisi penanganan penyakit polio di dunia negara (Afganistan dan Pakistan). Di tengah masa penantian itu, justru penyakit polio kembali mewabah (outbreak), khususnya di wilayah Afrika dan kawasan Timur Tengah.
Baru-baru ini, sebagaimana dijelaskan Honesti bahwa Otoritas Kesehatan di Amerika Serikat mengidentifikasi temuan virus polio untuk pertama kalinya di sampel air limbah New York City, AS.
Temuan virus polio tersebut diketahui memiliki strain yang berbeda dari sebelumnya. Oleh sebab itu, vaksin nOPV2 menjadi salah satu cara untuk mencegah perluasan wabah tersebut.
Dia, mengatakan, Bio Farma kini telah menunjukkan kemampuannya dalam memproduksi vaksin di level global.
Kemampuan itu terus tumbuh sejak alih teknologi produksi vaksin dari Jepang, melalui JPRI (Japan Polio Research Institute) pada dekade 90-an.
"Kini, selain vaksin nOPV2 yang sudah mendapatkan EUA dari BPOM dan EUL dari WHO, Bio Farma siap memproduksi vaksin COVID-19, IndoVac setelah memperoleh izin penggunaan dalam kondisi darurat dari BPOM," katanya.
Pada saat yang sama Bio Farma juga mengajukan sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan EUL ke WHO agar Indovac dapat berkontribusi untuk penanganan pandemi COVID-19 di level global.
"Seperti halnya yang telah dilakukan untuk mengatasi wabah polio," pungkas Honesti.
Advertisement