Liputan6.com, Jakarta- Mantan manajer Timnas Indonesia, I Gusti Kompyang (IGK) Manila mengkritik PSSI. Menurut pria yang menjabat sebagai pendamping skuat Garuda di SEA Games 1991 itu, federasi kudu bertanggung jawab atas tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang.
"Panpel harus membuat laporan dan PSSI harus tanggung jawab. Ini bukan kali ini saja kerusuhan terjadi," kata IGK Manila, Minggu (2/10).
Advertisement
"Kejadian ini sudah puluhan tahun sejak ada liga Galatama itu selalu kalau ketemu pasti ricuh. Harus diantisipasi, satu kapasitas stadion berapa, apakah pembeli tiket dibatasi dengan kapasitas. Panitia pelaksana pertandingan harus mencari penyebabnya," dia menjelaskan.
Laga pekan ke-11 Liga 1 antara Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10) malam sejatinya berjalan sesuai mestinya. Laga bertajuk Derby Jatim ini menelurkan Persebaya sebagai pemenangnya.
Akibat kekalahan dari Persebaya, memantik amarah dari kelompok suporter Arema. Selepas laga, sejumlah penonton yang hadir di Stadion Kanjuruhan, mulai turun ke lapangan.
Tak lama berselang, sejumlah insiden terjadi. Mulai dari pelemparan botol ke lapangan hingga adanya penyemprotan gas air mata.
Dari sejumlah laporan, imbas dari penyemprotan gas air mata, banyak penonton yang menjadi korban. Dan dampak panjangnya, ada yang meninggal dunia di Kanjuruhan Malang.
"Itu semua harus dicari penyebabnya apa dan siapa. Gas air mata itu mungkin bikin orang panik, orang yang ada di atas tribun turun ke bawah, jalannya sempit dan terinjak-injak, meninggalnya itu mungkin karena itu. Saya melihat meninggal banyak menurut saya karena gas air mata, kedua ada unsur X," jelas dia.
IGK Manila juga menambahkan, kemungkinan besar ada unsur yang menyebabkan kerusuhan ini.
"Kita harus mengantisipasi, panitia pelaksana dan kepolisian dikaitkan, ini mencoreng PSSI dan kepolisian ini nanti bisa kena karena sepakbola ini yang butuh keamanan karena yang menonton banyak," dia menjelaskan.
Insiden Tragedi di Kanjuruhan Malang dari Laporan Kepolisian
Sebanyak 127 orang dilaporkan meninggal dunia dalam tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pascapertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya.
Pernyataan ini disampaikan oleh Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta. Dia mengatakan dari angka yang meninggal dunia tersebut, dua di antaranya merupakan anggota Polri.
Nico menjelaskan sebanyak 34 orang dilaporkan meninggal dunia di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, sementara sisanya meninggal saat mendapatkan pertolongan di sejumlah rumah sakit setempat.
Menurutnya, hingga saat ini terdapat kurang lebih 180 orang yang masih menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit tersebut.
Selain korban meninggal dunia, tercatat ada 13 unit kendaraan yang mengalami kerusakan, 10 di antaranya merupakan kendaraan Polri.
"Masih ada 180 orang yang masih dalam perawatan. Dari 40 ribu penonton, tidak semua anarkis. Hanya sebagian, sekitar 3.000 penonton turun ke lapangan," tambah dia yang dikutip dari Antara.
Advertisement
PSSI
Dalam pernyataan resminya ketum PSS Mochammad Iriawan alias Iwan Bule menyampaikan ucapan belasungkawa. PSSI juga akan membentuk tim investigasi untuk menyelidiki kejadian ini.
"PSSI menyesalkan tindakan suporter Aremania di Stadion Kanjuruhan. Kami berduka cita dan meminta maaf kepada keluarga korban serta semua pihak atas insiden tersebut. Untuk itu PSSI langsung membentuk tim investigasi dan segera berangkat ke Malang," kata Iriawan di situs resmi PSSI.
Iriawan menambahkan bahwa PSSI mendukung pihak kepolisian untuk menyelidiki kasus ini. Apalagi kejadian ini sangat mencoreng wajah sepak bola Indonesia.
"Untuk sementara kompetisi Liga 1 2022/2023 kami hentikan selama satu pekan. Selain itu tim Arema FC dilarang menjadi tuan rumah selama sisa kompetisi musim ini," tukasnya.
Klasemen
Advertisement