Liputan6.com, Jakarta - Amnesty International Indonesia menyesalkan tindakan aparat kepolisian sebagai upaya pengendalian massa dalam tragedi Arema di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Menurut Amnesty, tindakan aparat kepolisian yang menyebabkan ratusan korban meninggal ini tidak bisa dibenarkan.
"Penggunaan kekuatan yang berlebihan oleh aparat keamanan negara untuk mengatasi atau mengendalikan massa seperti itu tidak bisa dibenarkan sama sekali," ujar Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid dalam keterangannya, Minggu (2/10/2022).
Maka dari itu, Usman meminta tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang ini harus diusut tuntas. Bahkan, Usman meminta agar pemerintah segera membuat tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF).
Baca Juga
Advertisement
Pasalnya, menurut Usman Hamid, insiden ini mengingatkan kembali peristiwa tewasnya lebih dari 300 orang dalam tragedi sepak bola di Peru pada 1964 silam.
"Tragedi ini mengingatkan kita pada tragedi sepak bola serupa di Peru tahun 1964 di mana saat itu lebih dari 300 orang tewas akibat tembakan gas air mata yang diarahkan polisi ke kerumunan massa lalu membuat ratusan penonton berdesak-desakan dan mengalami kekurangan oksigen," kata Usman.
Menurut Usman, tragedi di Malang ini tidak seharusnya terjadi jika aparat keamanan memahami betul aturan penggunaan gas air mata. Usman menyebut pihaknya juga menyadari aparat keamanan sering menghadapi situasi yang kompleks dalam menjalankan tugas.
"Tapi mereka harus memastikan penghormatan penuh atas hak untuk hidup dan keamanan semua orang, termasuk orang yang dicurigai melakukan kerusuhan," kata dia.
Menurut Usman, tragedi Arema Malang ini merupakan tragedi kemanusiaan yang memilukan dan menyeramkan. Apalagi ada anak di bawah umur yang menjadi korban dalam tragedi ini.
"Perempuan dan laki-laki dewasa, remaja dan anak di bawah umur, menjadi korban jiwa dalam tragedi ini. Kami sampaikan duka cita mendalam kepada keluarga korban, pun kepada korban luka yang saat ini sedang dirawat, kami berharap pemulihan kondisi yang segera," kata dia.
Menurut Usmam, akuntabilitas negara benar-benar diuji dalam kasus ini. Oleh karena itu, Usman mendesak negara untuk menyelidiki secara menyeluruh, transparan, dan independen atas dugaan penggunaan kekuatan berlebihan yang dilakukan oleh aparat keamanan.
"Serta mengevaluasi prosedur keamanan dalam acara yang melibatkan ribuan orang," ucap Usman menandaskan.
Komnas HAM Investigasi Penggunaan Gas Air Mata di Tragedi Arema
Komnas HAM menyatakan bakal mengusut dugaan pelanggaran HAM dalam penggunaan gas air mata saat melerai suporter Arema di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
Diduga, tewasnya ratusan orang pasca laga pertandingan Arema FC versus Persebaya itu karena sesak nafas usai polisi menembakkan gas air mata. Berdasarkan aturan Federasi Sepakbola Internasional (FIFA), aparat penegak hukum tidak diizinkan untuk menggunakan gas air mata dalam stadion.
"Kami sedang mendalami prosedur terkaut aturan FIFA atau PSSI dan sedang membicarakan proses pemantauannya. Semua (termasuk penggunaan gas air mata)," ujar Komisioner Komnas HAM Choirul Anam dalam keterangannya, Minggu (2/10/2022).
Komnas HAM menyayangkan terjadinya kerusuhan di Stadion Kanjuruhan yang menyebabkan ratusan orang meninggal dunia dan ratusan lainnya terluka. Komnas HAM menaruh perhatian serius terkait banyaknya korban berjatuhan ini.
"Kita menyayangkan tragedi ini. Mekanisme PSSI harus jalan maksimal. Perlu keterbukaan terkait apa yang terjadi. Terkait siapapun yang terlibat kekerasan harus ada penegakan hukum. Kami memberi perhatian kepada kasus ini," tegasnya.
Advertisement
Jokowi Berharap Tragedi Arema Jadi yang Terakhir
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan duka atas tragedi maut di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur usai laga derby antara Arema FC menjamu Persebaya Surabaya pada Sabtu (1/10/2022) malam.
Tercatat, sebanyak 129 nyawa melayang dalam tragedi Arema yang terjadi semalam. Sementara seratusan orang lainnya masih dirawat di sejumlah rumah sakit.
Jokowi menyesalkan tragedi maut ini terjadi dalam perhelatan olahraga sepakbula. Dia berharap, insiden serupa tidak terulang lagi dalam sejarah sepakbola Indonesia.
“Saya menyesalkan terjadinya tragedi ini dan saya berharap ini adalah tragedi terakhir untuk sepakbola di Tanah Air,” ujar Jokowi dalam konferensi pers daring, Minggu (2/10/2022).
Jokowi meminta, jangan sampai ada lagi tragedi kemanusiaan yang memakan banyak korban jiwa dalam dunia olahraga di masa mendatang.
“Sportivitas rasa kemanusiaan dan persaudaraan bangsa Indonesia harus kita jaga bersama,” kata Jokowi memungkasi.
Sebagai informasi, tragedi Arema ini terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022) malam. Insiden terjadi usai laga antara Arema Malang FC menjamu Persebaya Surabaya FC dengan hasil kemenangan untuk tim tamu.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyampaikan bahwa jumlah korban meninggal dunia dalam tragedi Arema di Stadion Kanjuruhan, Malang bertambah menjadi 129 orang.
"Jadi update yang terkonfirmasi 129 korban dinyatakan meninggal dunia," tutur Khofifah kepada wartawan, Minggu (2/10/2022).
Menurut Khofifah, pihaknya terus fokus dalam penanganan korban, baik yang membutuhkan Tim DVI atau pun korban luka ringan hingga berat. Seluruh biaya penanganan medis pun ditanggung oleh Pemerintah Daerah.
"Hari ini ada yang belum teridentifikasi jenazahnya," kata Khofifah.