Bikin Konten Singgung KDRT, Baim Wong dan Paula Tuai Cibiran Warganet

Baim Wong dan Paula Verhoeven kembali dicibir warganet karena membuat konten KDRT

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 02 Okt 2022, 14:17 WIB
Pasangan Baim Wong dan Paula Verhoeven (Instagram/baimwong)

Liputan6.com, Jakarta - Pasangan Baim Wong dan Paula Verhoeven menuai cibiran warganet pada Minggu siang, 2 Oktober 2022. Keduanya kena semprot lantaran konten video yang mereka unggah di akun Youtube 'Baim Paula' pada Sabtu (1/10).

Di dalam video itu, Baim meminta Paula untuk ke kantor polisi dan mengatakan seolah-olah menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Bila polisi meminta untuk visum sebagai bukti bahwa benar telah terjadi KDRT, Paula ikuti saja. Saat ini videonya sudah hilang dari Youtube.

Amarah warganet terjadi setelah artis yang juga pembuat konten (conten creator), Deddy Corbuzier, menggunggah tangkapan layar dari secuil cuplikan video yang diunggah Baim dan Paula.

"Mantap!! Polisi loe prank KDRT!! Suka gue... Besok TNI sekalian... Gue temenin!!," tulis Deddy di Twitter pribadinya, @corbuzier.

Pasangan Baim Wong dan Paula Verhoeven Membuat Konten Video di Youtube 'Baim Paula' dengan Topik KDRT. Digambarkan Seolah-Olah Baim Wong melakukan KDRT terhadap istrinya, Paula (Tangkapan Layar: twitter.com/corbuzier/status/1576413740295417856)

 

Ragam komentar dilayangkan warganet. Tidak sedikit yang beranggapan bahwa semakin lama konten video di Youtube Baim dan Paula semakin tidak jelas isinya.

Warganet pun mempertanyakan alasan pasangan pemain sinetron dan model papan atas ini sampai sebegitunya. Terlebih Baim dan Paula menjadikan kasus KDRT 'mainan'.

"Baim sama Paula ini manusia macam apa ya? Kasus KDR dijadiin mainan begini? Sampah!," tulis akun @inibeneranuna.

"Cari duit begini amat yak," kicau @_anomymous

Warganet geram lantaran Baim dan Paula bukan baru kali ini melakukan hal kayak begini.

Satu bulan yang lalu, Baim Wong juga kena semprot warganet lantaran tak menutupi wajah anak perempuan yang mendadak viral karena punya banyak kutu.

Karena hal tersebut, Baim Wong dan Paula Verhoeven dianggap menjual kesedihan kaum kelas bawah demi mencari keuntungan.

 


Baim Wong Bikin Konten Bertemakan KDRT

Baim Wong (Youtube Baim Paula)

Bahkan, psikiater Andreas Kurniawan melalui akun Twitter pribadinya, @ndreamon merangkum isi dari video yang diunggah Baim Wong agar orang lain tak perlu repot-repot menontonnya.

"Saya nonton supaya kalian enggak perlu nonton dan namah views-nya," tulis Andreas. Dan, berikut inti dari video tersebut.

- 1/2 pertama video promosi produk madu

- Cewek ke kantor polisi, kamera tersembunyi

- Bilang ke polisi kalau suami KDRT, melapor ke mana.

- Polisi kaget

- Si cowok masuk masuk ketawa-ketawa

- Ngobrol sama polisi

- Selesai.

Andreas juga menuliskan perihal komentar yang ada di video itu, yang menurutnya terbagi dua: ada yang mengkritik dan bilang KDRT bukan bercandaan, ada pula yang mendukung bahkan sampai mendoakan Baim banyak rezeki, sehat selalu.

"Jadi, enggak usah visit ya, gaes, malah nambahin views. Kalau mau visit, sekalian report saja," tulis Andreas.


Kenapa Pembuat Konten Berani Membuat Konten Sensitif?

Ilustrasi nonton bola, nobar (Photo created by master1305 on www.freepik.com)

Lantas, apa yang sebenarnya mendorong seorang pembuat konten, tidak hanya Baim Wong, berani untuk membuat konten 'sensitif'?

Ditanyakan akan hal ini, Andreas Kurniawan mengatakan bahwa kita sebagai manusia tanpa disadari menyukai konten-konten yang bikin penasaran.

Padahal, kita tahu bahwa setelah menonton atau membacanya akan membuat kita jadi kepikiran.

Sementara pembuat konten, seringkali tak memikirkan dampak dari konten yang dibuatnya. Selama topik itu membuat orang tertarik, dia akan melakukannya.

"Saya yakin mereka (conten creator) sudah menggunakan berbagai macam cara dan kebetulan beberapa topik sepertinya tidak menarik untuk orang-orang. Dipilihlah topik yang sekiranya 'menarik'," kata Andreas saat dihubungi Health Liputan6.com melalui sambungan telepon.

Hal ini dinamakan positive reinforcement. Itu adalah ketika seseorang jadi mengulangi sesuatu yang dilakukan karena dia tahu itu menyenangkan buat dia.

"Jadi, bukan karena itu baik maupun bermanfaat, tapi kalau itu menyenangkan buat dia, dia akan mengulanginya lagi. Dan, ini bisa dilakukan oleh siapa pun," katanya.

Di sinilah, kata Andreas, butuh kebijaksanaan dari para pemuat konten untuk menentukan konten mana yang bijaksana untuk disampaikan.

"Apalagi topik KDRT baru-baru ini lagi naik juga. Jadi, ya, mungkin dengan harapan engagment bakal bagus, tanpa memiliki bagaimana dengan orang-orang yang pernah mengalami atau lagi strugle dengan masalah itu," ujarnya.

 


Media Sosial Layaknya Buffet All You Can Eat

Ilustrasi main media sosial. (Photo by Creative Christians on Unsplash)

Media sosial diibaratkan Andreas selayaknya buffet all you can eat. Semua jenis makanan ada tersaji dan calon penikmatnya tidak bisa marah seandainya ada makanan yang barangkali membuatnya 'trauma'.

"Yang bisa kita lakukan hanya jaga jarak untuk tidak mengonsumsi itu," katanya.

Begitu pula konten yang ada di media sosial. Andreas, mengatakan,"Kita tidak bisa memilih konten apa yang akan ada di media sosial tapi kita bisa memilih konten apa yang cocok untuk dikonsumsi.".

Misal topik tentang KDRT dan kekerasan membuat seseorang jadi terpicu, Andreas menyarankan untuk menjauhinya.

"Hanya diri kita yang bisa pegang kendali untuk membatasi media sosial," katanya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya