Liputan6.com, Jakarta Korban meninggal dunia akibat kericuhan yang terjadi usai pertandingan Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang pada Sabtu (1/10/2022) malam terus bertambah. Data terakhir, tercatat jumlah korban jiwa akibat tragedi Kanjuruhan tersebut sebanyak 174 orang.
Selain itu 11 orang mengalami luka berat dan 298 orang luka ringan. Para korban mendapatkan penanganan di sejumlah rumah sakit di Jawa Timur.
Advertisement
Ucapan simpati dan duka cita pun berdatangan atas peristiwa di Stadion Kanjuruhan yang memakan banyak korban ini, mulai dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno hingga Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Lewat akun Instagram-nya @ airlanggahartarto_official, Menko Airlangga menyampaikan duka cita mendalam atas peristiwa yang menimpa insan pecinta sepak bola di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur.
"Mari kita tundukkan kepala dan berdoa untuk para korban, semoga mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT. Sepakbola sedianya pertandingan yang menjunjung tinggi sportivitas dan penuh kegembiraan. Tidak ada dan jangan pernah lagi ada sepak bola penuh ketakutan dan berharga nyawa," tulis Menko Airlangga dikutip Minggu (2/10/2022).
Selain Menko Airlangga, Menparekraf Sandiaga Uno mengungkapkan hal senada. Lewat akun @sandiuno, Sandiaga Uno menyampaikan doa untuk para korban tragedi Kanjuruhan dan keluarga yang ditinggalkan.
"Innalillahi wainnailahi rojiun. Tidak ada sepakbola yang seharga dengan nyawa manusia. Al-fatihah untuk para korban. Semoga keluarga diberikan kekuatan dan ketabahan," tulis Sandiaga Uno.
Erick Thohir dan Sri Mulyani
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga menyatakan duka citanya untuk seluruh korban tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang.
"Turur berduka cita untuk seluruh korban dan keluarga yang ditinggalkan dan rasa prihatin yang mendalam atas tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang," tulis Sri Mulyani di akun Instagram @smindrawati.
Menurut Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, segala tindak kekerasan, kerusuhan dan perusakan berbagai obyek dan fasilitas sangat bertentangan dengan semangat serta nilai sportivitas olahraga sepak bola.
"Tidak boleh ada kekerasan di olah raga manapun. Mari perbaiki dan koreksi bersama. Untuk Indonesia yang lebih baik," lanjut Sri Mulyani.
Sedangkan Menteri BUMN Erick Thohir, dalam akun Instagram-nya @erickthohir, menyatakan turut prihati dan menyampaikan duka mendalam atas peristiwa yang dialami para korban tragedi di Stadion Kanjuruhan usai pertandingan antara Arema Malang vs Persebaya Surabaya.
"Prihatin dan berduka yang dalam atas tragedi di Stadion Kanjuruhan," kata dia, dikutip Sabtu (2/9/2022).
Menurut Erick Thohir, sepak bola seharusnya menjadi pemersatu, di mana di dalamnya terdapat nilai sportivitas dan kemanusiaan. Mantan Presiden Inter Milan tersebut pun mengajak semua pihak untuk mengentikan segala macam tindak kekerasan yang terjadi khususnya terkait dengan pertandingan sepak bola.
"Hentikan kekerasan! Tidak ada sepak bola seharga nyawa. Ayo jaga sepak bola Indonesia," tutup Erick Thohir.
Advertisement
Stadion Kanjuruhan Malang, Markas Kebanggaan Arema FC Berbiaya Rp 35 Miliar
Sebelumnya, duel sengit antara Arema Malang melawan Persebaya Surabaya yang berlangsung di Stadion Kanjuruhan Malang berakhir tragis. Sebanyak 127 orang meninggal dunia akibat kericuhan yang terjadi usai pertandingan Arema vs Persebaya yang berlangsung pada Sabtu (1/10/2022) malam.
Dari 127 korban jiwa, dua diantaranya merupakan petugas kepolisian sedangkan 125 korban lainnya adalah suporter Arema. Selain itu, sebanyak 180 orang korban lainnya kini dirawat di sejumlah rumah sakit.
Usai tragedi Kanjuruhan ini, selain kericuhan yang terjadi setelah pertandingan antar kedua klub sepak bola di Jawa Timur, nama Stadion Kanjuruhan Malang pun ramai menjadi perbincangan.
Dikutip dari laman, malangkab.go.id, Minggu (2/10/2022), Stadion Kanjuruhan yang berlokasi di Jalan Trunojoyo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang ini dibangun sejak tahun 1997 silam. Pembangunan stadion kebanggaan Arema Malang ini menelan biaya hingga Rp 35 miliar.
Pada 9 Juni 2004, Presiden Megawati Soekarnoputri resmi menandatangani plakat yang diletakkan di depan stadion milik Pemerintah Kabupaten Malang ini, dengan ditandai gelaran pertandingan kompetisi Divisi I Liga Pertamina Tahun 2004, antara Arema Malang melawan PSS Sleman.
Pertandingan berakhir untuk kemenangan Arema 1-0. Itulah pertama kalinya Arema dan Aremania pindah dari kandang lama Stadion Gajayana, Kota Malang ke Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang.
Perjalanan Arema FC
Sejak kepindahannya ke Stadion Kanjuruhan, kisah keberuntungan dan kemalangan seolah silih berganti datang dan pergi menyertai perjalanan Arema. Stadion Kanjuruhan menjadi saksi bisu perjalanan langkah skuat Singo Edan menggapai mahkota Copa Indonesia 2005 dan 2006.
Sebelum babak final di dua edisi Piala Indonesia itu, Arema meraih kemenangan-kemenangan penting di Stadion Kanjuruhan sehingga mengantarkannya kepada pertempuran di partai puncak hingga mengangkat trofi juara dua kali berturut-turut.
Di Stadion Kanjuruhan ini pula, Aremania pernah meraih predikat The Best Suporter di ajang Copa Indonesia 2006, meski pemberian gelar dan hadiah tak dilakukan secara simbolis di Stadion Kanjuruhan.
Di stadion ini Arema juga pernah ditahbiskan sebagai kampiun kompetisi sepakbola kasta tertinggi bertajuk Indonesia Super League (ISL) 2009-2010. Kala itu, upacara penobatan juara digelar lewat laga Perang Bintang antara Arema Indonesia melawan Tim All-Star, yakni gabungan 22 pemain yang bermain di ISL pada 6 Juni 2010. Arema selaku juara ISL harus takluk dengan skor tipis 4-5.
Advertisement
Juga Markas Persekam Metro FC
Stadion berkapasitas 45 ribu penonton yang juga menjadi kandang klub medioker milik Pemerintah Kabupaten Malang, Persekam Metro FC ini pun sempat menjadi saksi betapa luar biasanya Aremania dalam mendukung klub kebanggaannya Arema.
Sebut saja beberapa kali aksi pengibaran bendera raksasa berlogo Arema, termasuk aksi kolosal One Incredible Blue (OIB) pada musim 2014, hingga One Soul One Nation pada 17 Januari 2016 lalu. Kanjuruhan juga sempat menjadi stadion yang “angker” lantaran ditinggal para “penghuninya” di ISL musim 2011-2012, kala terjadi dualisme klub Arema.
Pada awal musim 2014, stadion ini mengalami penambahan satu tribun, yakni tribun berdiri. Tribun ini berada di sekeliling sentelban dengan pagar yang memisahkan tribun dengan lapangan.
Penambahan tribun ini menambah kapasitas stadion menjadi benar-benar mencapai 45 ribu penonton. Penambahan tribun ini diharapkan dapat mengantisipasi membludaknya Aremania pada laga-laga tertentu bertajuk big-match.