Liputan6.com, Jakarta - Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Agung Laksono menyampaikan belasungkawa atas jatuhnya korban meninggal dalam tragedi Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur usai kompetisi sepakbola antara Arema FC kontra Persebaya Surabaya.
Agung Laksono menyesalkan ajang olahraga pemersatu tersebut malah berbalik menjadi tragedi pilu.
"Sebagai mantan Menpora dan sebagai Watimpres, saya nyatakan duka yang mendalam atas insiden sepakbola ini. Harusnya sepakbola menjadi olahraga pemersatu masyarakat, apalagi saat ini persepakbolaan kita sedang bangkit," kata Agung dalam keterangan diterima, Minggu (2/10/2022).
Baca Juga
Advertisement
Agung tidak menampik, insiden tersebut telah membuat noda dalam sejarah panjang sepak bola Indonesia. Oleh karena itu, dia meyakini perlu perhatian pemerintah pusat maupun daerah dan penyelenggara pertandingan.
"Jangan hanya terfokus mencari siapa yang salah, investigasi dan ambil langkah-langkah tepat, serta cegah agar hal serupa tidak terjadi lagi," dorong Agung.
Politisi senior Partai Golkar ini berharap, tragedi Kanjuruhan bisa menjadi pelajaran bagi semua pihak. Tujuannya, kata Agung, agar tidak menghasilkan sanksi dari FIFA terhadap persepakbolaan kita yang sedang merangkak naik.
Selain itu, penanganan para korban meninggal dan luka juga harus benar. Apalagi sebagian besar yang meninggal karena keinjak-injak dan mereka adalah anak di bawah umur.
"Serahkan kepada yang berwajib untuk melakukan investigasi agar tidak terulang dan ditiru, selain itu juga ada yang hilang akibat tragedi ini. Semoga tidak nambah korban," papar Agung.
Soal Gas Air Mata
Sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Agung Laksono juga mempertanyakan manajemen risiko yang menggunakan gas air mata.
Sebab, sejauh yang dia tahu, menangani kerusuhan pada kompetisi sepakbola tidak boleh menggunakan gas air mata atau senjata api dan kekerasan lainnnya.
"Karena itu (penggunaan gas air mata) pasti akan menimbulkan korban, bahkan ada nya korban meninggal dunia," yakin Agung.
Dia mengurai, penertiban kerusuhan pada sekelompok klub sepak bola seharusnya dapat melibatkan pimpinan suporter untuk menertibkan para pendukungnya. Kemudian, bila mereka yang tertanding dikenal sebagai musuh bebuyutan harusnya ada ekstra pencegahan dalam bidang pengamanan.
"Bila perlu dicegah agar tidak menimbulkan kerusuhan apalagi hingga sampai menghilangkan nyawa supporter terulang," tandas Agung.
Advertisement
Korban Tragedi Arema: 174 Orang Meninggal, 11 Luka Berat, 298 Luka Ringan
Sebelumnya, Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Jawa Timur Budi Santosa mengungkapkan, korban meninggal dunia akibat peristiwa di Stadion Kanjuruhan, Malang kini menjadi 174 jiwa per pukul 10.30 WIB.
"Sementara itu, korban yang mengalami luka berat ada 11 jiwa dan luka ringan yaitu 298 jiwa," ujar Budi, Minggu (2/10/2022).
Budi mengatakan, data ini bersifat dinamis dan dapat berubah sesuai assesment Tim Dinkes Provinsi Jatim.
"Selain itu, ada delapan unit kendaraan polisi yang rusak berat akibat insiden itu. Dan fasilitas Stadion Kanjuruhan Malang rusak berat," ucap dia.
Dia menjelaskan, ada delapan rumah sakit rujukan yang dipersiapkan untuk korban peristiwa tragedi Arema di Stadion Kanjuruhan Malang.
"RSUD Kanjuruhan, RS Wafa Husada, RSB Hasta Husada, Klinik Teja Husada, RSUD Dr Saiful Anwar, RSUD Gondang Legi, RSUD Mitra Delima, dan RSU Wajak Husada," jelas Budi.