Sentimen The Fed hingga Pemangkasan Pajak di Inggris Dongkrak Gejolak di Pasar

Indeks volatilitas (VIX) atau indeks yang mengukur kecemasan pasar meningkat 11 persen pada lima hari terakhir.

oleh Agustina Melani diperbarui 02 Okt 2022, 21:32 WIB
Reaksi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah sentimen telah meningkatkan ketidakpastian pasar pada pekan ini. Dengan kondisi tersebut mendorong volatilitas, dan sisi lain jadi dapat kesempatan beli aset murah.

Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Minggu (2/10/2022), beberapa hal terjadi dalam beberapa minggu terakhir antara lain pernyataan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed)  tentang resesi, pemotongan pajak Inggris dan meningkatnya risiko politik dari China. Akibatnya indeks volatilitas (VIX) atau indeks yang mengukur kecemasan pasar meningkat 11 persen pada lima hari terakhir.  Meski demikian, indeks ini tetap diperdagangkan dalam kisaran satu tahun terakhir.

Indeks VIX mencapai kisaran 30-33 selama enam kali pada 2021. Hal itu berjangka pendek termasuk ketidakpastian yang didorong perang Ukraina-Rusia.

"Mengingat tidak ada peristiwa yang sangat luar biasa menyebabkan volatilitas saat ini, kami melihat pola perdagangan tidak menyimpang dari sebelumnya. Yaitu secara historis, volatilitas turun dalam tiga minggu,” tulis Ashmore.

Yang menjadi pertanyaan apakah volatilitas terjadi ke semua pasar? Sebuah titik data menunjukkan beberapa pasar termasuk Indonesia relatif rendah volatilitasnya. "Menurut kami hal itu disebabkan beberapa faktor termasuk alokasi aset global, likuiditas pasar, dan elemen struktur makro ekonomi,” tulis Ashmore.

Ashmore menilai, indeks volatilitas saham Indonesia berada di level terendah dalam satu tahun di posisi 10, dibandingkan volatilitas S&P 500 yang mencapai 31. Selama titik awal pandemi COVID-19, VIX mencapai 83 yang menyebabkan posisi terendah S&P 500 sebelum hasilkan pengembalian 40 persen dalam waktu tiga bulan.

"Oleh karena itu, kami percaya volatilitas saat ini menawarkan potensi kenaikan dan rekomendasikan untuk mulai akumulasi saat pasar saham melemah,” tulis Ashmore.


Rilis Data Ekonomi Global

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Adapun sejumlah data ekonomi yang keluar pada pekan ini antara lain bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin menjadi 3 persen-3,25 persen. Kenaikan suku bunga acuan tersebut tertinggi sejak 2008. Selain itu, tingkat inflasi tahunan di euro melompat menjadi 10 persen pada September 2022 dari 9,1 persen pada Agustus 2022.

Selanjutnya, Inggris mencatat pertumbuhan ekonomi 4,4 persen year on  year (yoy) pada kuartal II 2022. Sementara itu dari Jerman menunjukkan data ekonomi dengan inflasi naik menjadi 10 persen pada September 2022, dan sentuh rekor tertinggi. Tingkat inflasi ini di atas harapan 9,4 persen.

Di sisi lain, data manufaktur China turun menjadi 48,1 pada September 2022 dari sebelumnya 49,5. Hal ini sebagai dampak dari upaya mengontrol penyebaran COVID-19.

Adapun Bank of Japan mempertahankan suku bunga minus 0,1 persen dan yield obligasi bertenor 10 tahun di kisaran 0 persen.


Kinerja IHSG 26-30 September 2022

Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG masih naik, namun tak lama kemudian, IHSG melemah 2,3 poin atau 0,05 persen ke level 5.130, 18. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya,laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak lesu pada 26-30 September 2022. Sentimen global seperti kekhawatiran resesi global menekan IHSG.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu ( 1/10/2022), IHSG melemah 1,92 persen ke posisi 7.040,79 dari pekan sebelumnya 7.178,58. Kapitalisasi pasar bursa merosot 1,98 persen menajdi Rp 9.238,08 triliun pada pekan ini. Kapitalisasi pasar terpangkas Rp 186,84 triliun dari pekan lalu di posisi Rp 9.424,93 triliun.

Selain itu, rata-rata frekuensi harian susut 7,82 persen menjadi 1.238.025 transaksi dari 1.343.102 transaksi pada pekan lalu. Sementara itu, rata-rata nilai transaksi harian melemah 1,55 persen menjadi Rp 13,91 triliun dari Rp 14,13 triliun pada pekan lalu.

Rata-rata volume transaksi harian bursa melemah 17,03 persen menjadi 23,28 miliar saham dari 28,07 miliar saham pada pekan sebelumnya.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG bergerak pada fase bearish atau melemah yang didorong sentimen bursa global. Pada pekan ini, bursa saham global juga tertekan seiring ancaman resesi global hingga inflasi yang masih cukup tinggi.

"Dan dana hawkish dari The Fed hingga akhir 2022,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu pekan ini.

Herditya prediksi, sentimen ancaman resesi global dan bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve (the Fed) bernada hawkish hingga 2023 untuk menekan inflasi hingga target 2 persen akan bayangi IHSG hingga akhir tahun. Hingga akhir 2022, ia perkirakan, IHSG berada di posisi bearish atau turun 6.743 dan bullish atau menguat 7.480.

Untuk perdagangan Senin, 3 Oktober 2022, Herditya prediksi, IHSG berpeluang menguat dengan level support 6.926 dan resistance 7.073. Pada pekan depan ada rilis data inflasi yang bayangi IHSG.

 

 


Penutupan IHSG 30 September 2022

Indeks sempat meraih level tertinggi di 5.399,99 dan terendah di 5.371,67 sepanjang perdagangan hari ini, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah menghijau setelah sepanjang perdagangan bergerak melemah pada perdagangan Jumat, (30/9/2022). Mayoritas sektor saham tertekan, dan sektor saham properti pimpin koreksi.

Mengutip data RTI, IHSG naik tipis 0,07 persen ke posisi 7.040,79. Indeks LQ45 menguat 0,24 persen. Indeks acuan cenderung beragam dengan mayoritas menguat. Menjelang akhir pekan, IHSG berada di level tertinggi 7.056,17 dan terendah 6.926,86. Sebanyak 386 saham melemah dan 193 saham menguat. 117 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 1.278.480 kali dengan volume perdagangan 25 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 16 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.224.

 Mayoritas sektor saham tertekan kecuali indeks sektor saham IDXhealth melonjak 1,39 persen, dan catat penguatan terbesar. Diikuti indeks sektor saham IDXenergy mendaki 0,65 persen dan indeks sektor saham IDXfinance menanjak 0,35 persen.

Sementara itu, indeks sektor saham IDXproperty melemah 1,44 persen, dan catat koreksi terbesar. Diikuti indeks sektor saham IDXtransportasi tergelincir 1,34 persen, indeks sektor saham indeks sektor saham IDXtechno melemah 1,22 persen, dan indeks sektor saham IDXinfrastruktur susut 1,08 persen.

Selain itu, indeks sektor saham IDXsiklikal tergelincir 0,97 persen, indeks sektor saham IDXindustry melemah 0,73 persen, indeks sektor saham IDXnoniklikal susut 0,28 persen dan indeks sektor saham IDXbasic turun 0,19 persen.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya