Upaya Yayasan Dharma Bhakti Astra Dorong UMKM Lokal Go Global

Tidak cuma fokus pada sektor otomotif, Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) juga membina dan memperkuat pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

oleh Septian Pamungkas diperbarui 03 Okt 2022, 05:19 WIB
Ilustrasi - Gula semut kualitas ekspor Banyumas. (Foto: Kelompok Gula Semut Manggar Jaya Semedo untuk Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Tidak cuma fokus pada sektor otomotif, Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) juga membina dan memperkuat pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Langkah ini ditempuh sebagai perwujudan misi YDBA untuk ikut mensejahterakan masyarakat.

"Sesuai visi pendiri kami, William Soeryadjaya pada 1980, Astra tidak akan mau sejahtera sendirian di tengah masyarakat yang tidak sejahtera. Jadi masyarakatnya harus benar-benar tumbuh bersama Astra," terang Chief Executive YDBA Sigit Kumala.

Sigit menjelaskan, sejak 1980 hingga saat ini, YDBA sudah membina sekitar 12 ribu UMKM. Dari ribuan UMKM itu, sebagian besar sudah mandiri. Saat ini, tinggal sekitar 2.100 UMKM yang aktif didampingi YDBA. Salah satunya, UMKM Semedo Manise di Desa Semedo, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

UMKM lokal yang didirikan pasangan suami istri Akhmad Sobirin dan Nuha Fathin Salma pada akhir 2012 itu memproduksi gula kelapa kristal organik atau gula semut.

Untuk diketahui, Semedo Manise menjalankan usahanya dengan melibatkan 11 Kelompok tani di Desa Semedo beranggotakan sekitar 500 petani penderes. Selain melibatkan 9 pengepul dalam rantai produksinya, Semedo Manise juga banyak melibatkan petani desa dan menjadikan Desa Semedo terpilih menjadi Desa Sejahtera Astra (DSA) pada 2018.

Menurut Ketua Semedo Manise Akhmad Sobirin, YDBA memberikan pendampingan kepada UMKM yang ia kelola dan memberikan pelatihan manajemen keuangan, cara produksi yang efisien, termasuk pelatihan basic mentality, bagaimana mengubah pola pikir petani untuk bisa sejahtera secara jangka panjang.

Disebutkan, produk gula semut Semedo Manise sudah mengantongi sertifikat internasional dan berhasil masuk pasar ekspor ke Jerman. Bahkan saat ini, pasar Belanda tengah dijajaki.

Ekspor gula semut yang dilakukan Semedo Manise ke Jerman per bulannya mencapai 60 ton. Omzetnya sekira Rp 3,5 miliar per tahun.

Namun, sejak April 2022, ekspor gula semut Semedo Manise anjlok karena terkendala kondisi global. Sementara hasil olahan petani terus mengalir.

 


Incar Pasar Domesti

Karena kondisi ini, Akhmad Sobirin berharap gula semut bisa diterima pasar domestik. "Kami ingin masyarakat Indonesia bisa mengenal gula semut yang dari sisi kesehatan lebih baik ketimbang gula pasir," katanya.

Menurut Sobirin, di Eropa, gula semut sudah menjadi substitusi gula pasir. Hal itu karena kadar kandungan gula di gula semut netral. Artinya, saat dikonsumsi, tidak menaikkan gula darah.

Ia menambahkan, gula semut produksi Semedo Manise tanpa campuran bahan kimia dan telah dibuktikan dengan sertifikat organik dari LSO Inofice. Glycemic Index atau GI gula semut yaitu 35, jauh di bawah gula putih yang memiliki kadar GI sebesar 85-93 dan gula Aren (70).

Hal itu berarti, gula darah menjadi stabil, mencegah penyakit diabetes dan obesitas, dan juga lebih aman bagi penderita diabetes, obesitas, dan autis. Jumlah kalori pada gula semut di dalam adonan kue pun lebih rendah hingga 30 persen dibandingkan dengan gula putih.

Infografis Pencegahan dan Bahaya Mengintai Akibat Cuaca Panas. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya