Tragedi Kanjuruhan Akan Diusut Tuntas, Tak Biarkan Kejadian Serupa Terulang

Deputi IV Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Juri Ardiantoro mengatakan pemerintah memastikan kerusuhan suporter Arema yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang, tak terulang kembali.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 03 Okt 2022, 09:28 WIB
Suporter memasuki lapangan saat terjadi kerusuhan pada pertandingan sepak bola antara Arema Vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, 1 Oktober 2022. Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta dalam jumpa pers di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu, mengatakan dari 127 orang yang meninggal dunia tersebut, dua di antaranya merupakan anggota Polri. (AP Photo/Yudha Prabowo)

Liputan6.com, Jakarta Deputi IV Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Juri Ardiantoro mengatakan pemerintah memastikan kerusuhan suporter Arema yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang, tak terulang kembali.

Adapun tragedi ini menyebabkan ratusan suporter meninggal dunia.

"Presiden Jokowi sudah menginstruksikan agar kasus ini diusut tuntas. Pemerintah akan memastikan tragedi ini tidak terulang kembali," kata Juri dikutip dari siaran persnya, Senin (3/10/2022).

Dia pun menghimbau masyarakat agar menahan diri untuk tidak menyebarkan video atau foto yang menunjukkan kondisi korban kerusuhan di Stadion Kanjuruhan. Hal ini untuk menghormati korban beserta keluarga yang ditinggalkan.

"Indonesia memang sedang berduka atas tragedi ini. Namun kami menghimbau agar masyarakat menahan diri dengan tidak menyebarkan konten-konten yang sensitif terkait kondisi para korban, baik yang meninggal maupun terluka," jelasnya.

"Hal ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan trauma dan duka bagi keluarga korban," sambung Juri.

Terkait tragedi ini, kata dia, Kantor Staf Presiden menyampaikan rasa turut berduka cita kepada para korban. Juri menekankan pertandingan sepakbola tidak seharusnya dibayar dengan nyawa.

"Kami butuh dukungan dari masyarakat agar menahan diri dan bijak dalam menyebarkan konten di sosial media agar tidak memperkeruh luka batin yang sudah ada," tutur Juri.

Senada, Sekjen SKI (Sekretariat Kolaborasi Indonesia) Raharja Waluya Jati, mendorong agar pemerintah melakukan pengusutan yang transparan dan tuntas mengenai penyebab terjadinya korban jiwa yang besar dalam peristiwa tersebut.

"Pemerintah semestinya menguraikan tragedi Kanjuruhan secara saintifik dan obyektif, juga memproses pihak yang harus bertanggungjawab, secara pribadi maupun institusi," jelas dia.

Bahkan, Jati mengusulkan perlu dibentuk tim pencari fakta independen untuk mengusut hal ini.

"Kami mengusulkan tim pencari fakta independen untuk menginvestasi tragedi yang disebut-sebut terbesar kedua dalam sejarah sepakbola di dunia itu. Keseriusan pengusutan tragedi Kanjuruhan akan membuktikan bahwa Pancasila masih menjadi ideologi kerja para pejabat publik," jelas dia.

 


Jadi Sorotan Tajam

Jati menambahkan, pertanggungjawaban dari otoritas sepakbola dan pihak keamanan yang berwenang juga perlu disampaikan secara terbuka untuk menunjukkan masih dijunjung tingginya integritas dalam ranah kepemimpinan publik di Indonesia.

"Di saat institusi penegak hukum mendapatkan banyak sorotan tajam atas berbagai kasus penyalahgunaan wewenang, investigasi menyeluruh terhadap tragedi Kanjuruhan dapat menjadi titik awal untuk mengembalikan kepercayaan publik," kata dia.

Jati mengingatkan, kegagalan mengantisipasi potensi gangguan keamanan pasca pertandingan sepakbola antara Arema melawan Persebaya itu akan membuat Indonesia menjadi sasaran kritik dunia internasional. Apalagi, dalam beberapa minggu ke depan, Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan G20 yang menuntut kesempurnaan penjagaan keamanan.

"Kami berharap pemerintah segera mengevaluasi celah-celah yang memungkinkan terjadinya tragedi Kanjuruhan sebagai bahan masukan untuk menyempurnakan antisipasi dan penanganan gangguan keamanan dan ketertiban di dalam negeri," kata dia.

 


Kata Kapolri

Sebelumnya, Sabtu, 1 Oktober 2022, dunia sepakbola Indonesia berduka. Ratusan orang meninggal dunia dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Tragedi ini terjadi usai laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya.

Dalam laga ini, Arema yang menjadi tuan rumah kalah 2-3 dari Persebaya. Pendukung Arema yang tak terima kekalahan timnya langsung menyerbu ke lapangan setelah wasit meniupkan peluit panjang. Kerusuhan pun tak terhindarkan.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memastikan, korban meninggal dalam tragedi Kanjuruhan Malang berjumlah 125 orang. Sebelumnya terdapat data ganda hingga menimbulkan simpang siur soal jumlah korban.

Jumlah korban meninggal dunia tragedi Stadion Kanjuruhan Malang itu berdasarkan hasil kerja tim Disaster Victim Identification (DVI) guna memastikan identitas korban yang meninggal. Termasuk verifikasi data oleh Dinas Kesehatan Kota dan Kabupaten Malang.

"Data awal diumumkan 129 korban dan hasil terakhir pengecekan data, jumlah korban 125 jiwa karena ada tercatat data ganda," kata Listyo Sigit saat di Stadion Kanjuruhan Malang, Minggu, 2 Oktober 2022 malam.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya