Ingin Inflasi Nasional Tak Melejit, Indonesia Harus Tahan Harga Pangan

Filosopi dari Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan kuncinya adalah sinergi.

oleh Tira Santia diperbarui 03 Okt 2022, 12:27 WIB
Seorang pembeli memilih sayur toge di Pasar Senen, Jakarta.Tercatat Inflasi September 2022 sebesar 1,17 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Deputi Gubernur Bank Indonesia Aida S Budiman, mengatakan inflasi nasional bisa turun jika Indonesia bisa menjaga inflasi pangan pangan sesuai target yaitu 5 persen.

Tercatat pada bulan Agustus inflasi Indonesia mencapai 4,69 persen, sudah ada penurunan tetapi tetap sumbangannya berasal dari kelompok harga pangan bergejolak atau volatile food.

Kemudian juga dari proses transmisi dari harga-harga energi yang masuk ke dalam kelompok barang yang ditentukan oleh Pemerintah atau administered price.

"Kalau kita berhasil menjaga inflasi pangan sesuai dengan target TPID yaitu 5 persen, maka inflasi kita bobotnya pangan itu 16 persen bisa turun kurang lebih ke 4 persen. Artinya, berita baik bagi pendapatan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan infklusif," kata Aida kata Aida dalam Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan Sulampua, Senin (3/10/2022).

Aida menjelaskan filosopi dari Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan kuncinya adalah sinergi.

"Dengan sinergi kita mengoordinasikan semua program kerja TPID yang kita lakukan, yaitu menjaga keterjangkauan harga, menjaga kelancaran distribusi, ketersediaan pasokan dan komunikasi sehingga menghasilkan hasil yang lebih baik lagi," ucapnya.

GNPIP ini merupakan tindak lanjut arahan Presiden Republik Indonesia atas arahan Rakornas TPIP pada 18 Agustus 2022.

Kemudian ditindaklanjuti dengan peluncuran GNPIP nasional di Surabaya oleh Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian pada 14 September 2022.

Seperti arahan Presiden, penting untuk melanjutkan GNPIP karena ini untuk menjaga perekonomian dari ketidakpastian global.

Inilah yang dilihat dalam Rapat Gubernur Bank Indonesia 21-22 September yang lalu, dimana memang perekonomian global diwarnai dengan prospek perekonomian yang menurun.

"Saya ambil ilustrasi untuk sinergi ini makanan favorit saya, di Sulawesi Utara yaitu Tinotuan. Tinotuan ini adalah makanan yang kita campur semuanya berbagai macam sayuran hasilnya makanan yang enak, lezat, bergizi dan sehat," ujarnya.

Jadi, sinergi inilah yang Bank Indonesia bawa untuk GNPIP, bagaimana pihaknya melakukan sinergi dengan Pemerintah pusat dan daerah bersama-sama dengan Bank Indonesia melaksanakan upaya menjaga pasokan, sehingga terjadi ketahanan pangan sekaligus menjaga inflasi.

 


Program BI

Pedagang melayani pembeli kebutuhan pokok di kiosnya di Pasar Lembang, Tangerang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Adapun berbagai macam program Bank Indonesia dalam menjaga inflasi pangan yaitu, ada operasi pasar untuk menjaga harga, kemudian ada kerjasama daerah untuk menjaga kelancaran distribusi, dan beberapa upaya untuk ketahanan pangan.

Di Bank Indoensia sendiri GNPIP ini sudah dilakukan di 32 kantor perwakilan dan akan terus berlanjut di 46 kantor perwakilan bank Indonesia, bahkan sampai di tahun 2023.

"Kita upayakan menjaga pangan khususnya holtikultura untuk komoditas nasionalnya cabai tapi tentunya tidak melupakan kebijakan dari lokal seperti kalau perlu bawang merah, bawang putih, cabai rawit, bahkan di Sulawesi Utara ini terkenal dengan nama Barito yaitu bawang, rica, dan tomat. Ini yang kita lakukan kuncinya adalah end to end dan kita lakukan secara bersama-sama," jelasnya.

Jika berbagai upaya tersebut dilakukan, maka Bank Indoensia optimis hal itu bisa menjaga inflasi secara nasional bahkan menurunkan inflasi di bawah 4 persen.

"Apa yang kita dapatkan jika melakukan ini, tadi saya sampaikan inflasi kita yang 4,69 persen itu hampir 9 persen berasal dari pangan," pungkasnya.

 


Inflasi September 2022

Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan, angka inflasi September 2022

Indonesia kembali mencatatkan inflasi di September tahun ini. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan angka inflasi September 2022 sebesar 1,17 persen.

Sementara inflasi tahun kalender 2022 mencapai 4,84 persen sedangkan inflasi secara tahunan sebesar 5,95 persen.

Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan, angka inflasi September 2022 berasal dari hasil pemantauan indeks harga konsumen (IHK) di 90 kota, yang sebagian besar mengalami inflasi.

 "Inflasi September 2022 sebesar 1,17 persen merupakan tertinggi sejak Desember 2014," jelas dia dalam sesi konferensi pers yang digelar secara hybrid, Senin (1/10/2022).

Di mana sebanyak 88 daerah mengalami inflasi, dan 2 tercatat deflasi. Di mana yang tertinggi berada di Bukit Tinggi sebesar 1,87 persen.

Inflasi ini disebabkan kenaikan harga BBM dengan andil 0,81 persen dan harga beras sebesar 0,35 persen dan angkutan dalam kota 0,18 persen.

Sementara inflasi September terendah di Kota Merauke sebesar 0,07 persen. Kemudian 2 kota mengalami deflasi di Manokwari sebesar 0,64 persen dan Timika deflasi sebesar 0,59 persen.

Sedangkan jika secara tahunan, inflasi tertinggi ada di Sampit sebesar 8,85 persen dan terendah di Waingapu 3,92 persen.

Dia menyebutkan pada September terdapat beberapa kejadian yang mempengaruhi inflasi nasional. Seperti kenaikan harga BBM pada 3 September 2022.

Kemudian ada panen raya komoditas holtikultura yang berpengaruh ke perkembangan harga di holtikultura.

Selain itu, adanya kebijakan BI menaikkan suku bunga acuan atau BI 7 Day RR demi menahan laju inflasi. 

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya