Ekonomi China Melambat, Ekspor Indonesia Terancam?

Kementerian Keuangan menyambut baik kinerja ekspor Indonesia pada Agustus 2022 yang kembali mencatatkan kinerja positif dengan nilai USD27,91 miliar.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Okt 2022, 18:40 WIB
Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan impor barang dan jasa kontraksi -16,96 persen merosot dari kuartal II/2019 yang terkontraksi -6,84 persen yoy. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Keuangan menyambut baik kinerja ekspor Indonesia pada Agustus 2022 yang kembali mencatatkan kinerja positif dengan nilai USD27,91 miliar. Angka ini tumbuh kuat sebesar 30,15 persen secara year on year (yoy) dan 9,17 persen secara month to month (mtm).

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Nathan Kacaribu menyatakan, capaian positif tersebut mencerminkan bahwa Indonesia masih menikmati keuntungan dari adanya kenaikan harga komoditas. Selain itu, pertumbuhan manufaktur juga mengindikasikan bahwa aktivitas ekonomi Indonesia yang bernilai tambah tinggi semakin meningkat.

"Ke depan, meskipun di tengah risikoseperti perlambatan ekonomi Tiongkok, ekspor diperkirakan melanjutkan kinerja yang baik dari bulan sebelumnya," kata Febrio di Jakarta, Minggu (18/9/2022).

Febrio melanjutkan, capaian ekspor ini tercatat sebagai ekspor tertinggi sepanjang masa. Secara kumulatif, nilai ekspor dan neraca perdagangan Januari – Agustus 2022 masing-masing tercatat sebesar USD194,6 miliar dan USD34,9 miliar, keduanya merupakan rekor tertinggi dalam sejarah ekonomi Indonesia.

Peningkatan eskpor Indonesia di bulan Agustus 2022 didorong oleh ekspor migas yang masih tumbuh sangat tinggi mencapai 64,46 persen (yoy). Sementara itu, ekspor non migas juga mencatatkan pertumbuhan yang mencapai 28,39 persen (yoy).

Dari sisi sektoral, sektor pertambangan mencatatkan pertumbuhan tertinggi mencapai 63,17 persen (yoy), disusul pertanian yang tumbuh 31,17 persen (yoy) dan manufaktur yang tumbuh mencapai 20,61 persen(yoy).

 


Impor

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, impor Indonesia masih mencatatkan kinerja positif mencapai USD22,15 miliar dengan pertumbuhan 32,81 persen (yoy) dan 3,77 persen (mtm). Selayaknya ekspor, kinerja impor ini juga merupakan capaian paling tinggi dari yang pernah terjadi.

Tumbuhnya impor antara lain didukung oleh kinerja sektor manufaktur yang tercermin dari Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia pada bulan Agustus 2022 yang terus melanjutkan ekspansi.Peningkatan impor didorong oleh impor migas yang tumbuh sangat tinggi 80,63 persen (yoy) dan impor non-migas tumbuh 26,11 persen (yoy).

Dari sisi penggunaan, impor barang modal mencatatkan pertumbuhan tertinggi mencapai 46,74 persen (yoy) dan disusul bahan baku 35,4 persen (yoy). Sementara impor barang konsumsi masih mengalami pertumbuhan.

"Tumbuhnya impor barang modal dan bahan baku mengindikasikan menggeliatnya aktivitas investasi dan produksi dalam negeri," ungkap Febrio.

 


Surplus Neraca Perdagangan

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dengan menguatnya komponen ekspor dan impor, Indonesia kembali mencatatkan surplus neraca perdagangan yang mencapai USD 5,76 miliar, sehingga secara kumulatif surplus neraca perdagangan sejak Januari hingga Agustus 2022 mencapai USD34,92 miliar. Capaian ini juga menandakan surplus yang telah terjadi selama 28 bulan berturut-turut.

"Ke depan, ekspor diperkirakan melanjutkan kinerja yang baik dari bulan sebelumnya. Pemerintah akan terus mewaspadai dan memitigasi dampak risiko global terhadap kinerja ekspor secara menyeluruh, misalnya dengan terus memonitor perkembangan kebijakan perdagangan internasional terkait komoditas strategis Indonesia," tutup Febrio.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya