Tragedi Kanjuruhan Malang: Gas Air Mata di Stadion Bikin Heran Pakar Keamanan AS

Tragedi Kanjuruhan Malang yang terjadi usai pertandingan Arema vs Persebaya di berpotensi menodai reputasi Indonesia.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 03 Okt 2022, 18:30 WIB
Tragedi memilukan kembali mewarnai sepak bola tanah air. Kerusuhan hingga menelan korban jiwa terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022).

Liputan6.com, Jakarta - Pakar keamanan dari Amerika Serikat (AS) menyebut kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, berpotensi menodai reputasi Indonesia di dunia internasional, serta sepak bola Indonesia. Pihak berwenang lantas disarankan berbenah agar memperbaiki prosedur keamanan. 

Pandangan itu diberikan oleh Paul Wertheimer, pemimpin dari Crowd Management Strategies. 

"Ini tentunya menodai reputasi negara tersebut dan menodai sepak bola di sana. Mereka tak bisa lari dari itu," ujar Paul Wertheimer kepada AFP, dilansir France24, Senin (3/10/2022).

Indonesia lantas akan dilihat apakah akan belajar dari tragedi Kanjuruhan Malang ini atau tidak, serta menghasilkan standar yang akan membuat dunia terkesan.

Ada beberapa hal yang disorot oleh Wertheimer, salah satunya penggunaan gas air mata.

"Hal pertama yang saya pikirkan adalah: kenapa gas air mata digunakan?" ujarnya.

Selain itu, Wertheimer turut menyorot potensi kesalahan lain seperti overcrowding dan gagalnya pengendalian kerumunan.

FIFA telah melarang penggunaan gas air mata di stadion, namun pilihan itu diambil aparat setelah ribuan supporter Arema FC menyerbu masuk ke lapangan setelah tim favorit mereka kalah 3-2 melawan Persebaya.

Situasi semakin kacau dan penonton lain berlarian ketika polisi mulai menggunakan gas air mata. Banyak orang yang terinjak-injak, dan totalnya ada 125 orang yang meninggal dunia. 

Tragedi di Stadion Kanjuruhan ini merupakan tragedi sepak bola paling mematikan di Asia. Pemerintahan Presiden Joko Widodo telah memerintahkan adanya investigasi serta santunan untuk para korban. 


Mahfud Md Perintahkan Polri Tetapkan Tersangka dalam 2 Hari ke Depan

Suporter memasuki lapangan saat terjadi kerusuhan pada pertandingan sepak bola antara Arema Vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, 1 Oktober 2022. Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta dalam jumpa pers di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu, mengatakan dari 127 orang yang meninggal dunia tersebut, dua di antaranya merupakan anggota Polri. (AP Photo/Yudha Prabowo)

Menko Polhukam Mahfud Md memerintahkan Polri mengumumkan penegakan hukum atas tragedi Kanjuruhan, Malang. Dia pun meminta Polri telah hal tersebut dilaksanakan 2-3 hari ke depan.

"Untuk tindakan pertama, tindakan dalam waktu pendek, yaitu dalam 2 atau 3 hari ke depan, Polri harus mengumumkan tindakan penertiban dan penegakan hukum," ujar Mahfud Md saat konferensi pers, Jakarta, Senin (3/10/2022).

Juga termasuk penegakan disiplin kepada pejabat Polri di Polda Jawa Timur. "Penegakan disiplin kepada pejabat-pejabat struktural Polri di daerah terjadinya peristiwa, penertiban," lanjut dia.

Selain itu, penegakan hukum ini termasuk soal penetapan status tersangka kepada orang-orang yang brutal saat di lapangan sehingga tragedi Malang tersebut terjadi.

"Penetapan status tersangka kepada pelaku kerusuhan lapangan yang sudah cukup 2 alat bukti," kata Mahfud.

Titah ini berdasarkan keputusan Rakor Polhukam yang diminta segera dilakukan oleh Presiden Jokowi.


Komisi X Panggil PSSI hingga Kapolri Besok

Polisi dan tentara berdiri di tengah asap gas air mata saat kerusuhan pada pertandingan sepak bola antara Arema Vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, 1 Oktober 2022. Ratusan orang dilaporkan meninggal dunia dalam tragedi kerusuhan tersebut. (AP Photo/Yudha Prabowo)

Komisi X DPR RI juga angkat bicara terkait tragedi nasional ini. Anggota komisi tersebut menyesalkan dan menyampaikan turut berduka cita atas tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang.

Ketua Komisi X, Syaiful Huda, menyatakan, pihaknya akan menggelar Raker Gabungan atau RDP pada masa reses dan mengundang Kemenpora RI, Kepolisian RI, PSSI, PT Liga Indonesia Bar, Perwakilan Suporter, Panitia Pelaksana. 

“Kami akan mengundang Kemenpora RI, Kepolisian RI, PSSI, PT Liga Indonesia Baru, Perwakilan Suporter, Panitia Pelaksana,” kata Huda dalam keterangannya, Senin (3/10/2022).

“Komisi X PR RI mendesak pemerintah, untuk melakukan investigasi atas tragedi tersebut dan harus ada yang bertanggungjawab. Tim investigasi antara lain terdiri dari pihak kepolisian, Kemenpora RI, Komnas HAM, PSI, perwakilan suporter dan perwakilan unsur masyarakat olahraga,” sambung Huda.

Selain itu, Komisi X PR RI mendesak untuk menghentikan sementara Liga 1, Liga 2, dan Liga 3.

“Hentikan sementara Liga 1, Liga 2, dan Liga 3 dan kompetisi sejenis lainnya sampai adanya perbaikan nyata terhadap tata kelola penyelenggaraan kejuaraan sepak bola,” kata dia.


Agung Laksono: Jangan Hanya Fokus Siapa Salah, Cegah Tragedi Kanjuruhan Berulang

Suporter rusuh usai Arema kalah dari Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang. (Zainul Arifin/Liputan6.com)

Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Agung Laksono menyampaikan belasungkawa atas jatuhnya korban meninggal dalam tragedi Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur usai kompetisi sepakbola antara Arema FC kontra Persebaya Surabaya.

Agung Laksono menyesalkan ajang olahraga pemersatu tersebut malah berbalik menjadi tragedi pilu. 

"Sebagai mantan Menpora dan sebagai Watimpres, saya nyatakan duka yang mendalam atas insiden sepakbola ini. Harusnya sepakbola menjadi olahraga pemersatu masyarakat, apalagi saat ini persepakbolaan kita sedang bangkit," kata Agung dalam keterangan diterima, Minggu (2/10).

Agung tidak menampik, insiden tersebut telah membuat noda dalam sejarah panjang sepak bola Indonesia. Oleh karena itu, dia meyakini perlu perhatian pemerintah pusat maupun daerah dan penyelenggara pertandingan.

"Jangan hanya terfokus mencari siapa yang salah, investigasi dan ambil langkah-langkah tepat, serta cegah agar hal serupa tidak terjadi lagi," dorong Agung.

Politisi senior Partai Golkar ini berharap, tragedi Kanjuruhan bisa menjadi pelajaran bagi semua pihak. Tujuannya, kata Agung, agar tidak menghasilkan sanksi dari FIFA terhadap persepakbolaan kita yang sedang merangkak naik.

Selain itu, penanganan para korban meninggal dan luka juga harus benar. Apalagi sebagian besar yang meninggal karena keinjak-injak dan mereka adalah anak di bawah umur.

"Serahkan kepada yang berwajib untuk melakukan investigasi agar tidak terulang dan ditiru, selain itu juga ada yang hilang akibat tragedi ini. Semoga tidak nambah korban," papar Agung.

Infografis Tragedi Arema di Stadion Kanjuruhan Malang. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya