Pengurus Pusat PBVSI Turut Berduka dengan Tragedi Kanjuruhan

Pengurus Pusat PBVSI yang dipimpin Imam Sudjarwo sampaikan belasungkawa sekaligus berharap insiden tragedi kanjuruhan tak terjadi lagi.

oleh Defri Saefullah diperbarui 04 Okt 2022, 09:44 WIB
Ribuan bonek tabur bunga di Tugu Pahlawan Surabaya mengenang korban tragedi Kanjuruhan. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) PBVSI, Komjen Pol. (P) Drs. Imam Sudjarwo M. Si. menyampaikan duka cita dengan tragedi kanjuruhan yang terjadi usai pertandingan Arema FC melawan Persebaya pada Sabtu (1/10/2022) lalu. Tragedi ini memakan korban jiwa sebanyak 125 orang dan ratusan orang lain terluka.

Imam Sujarwo menyampaikan duka yang mendalam atas jatuhnya korban pada musibah yang terjadi pada suporter Arema FC, Aremania. Dia berharap kejadian ini tak terulang lagi di sepak bola dan juga bola voli.

"Atas nama pengurus Pusat PBVSI menyampaikan duka cita yang mendalam atas musibah yang menelan korban jiwa meninggal 125 orang suporter Arema di Stadion Kanjuruhan Malang," ujar Imam seperti rilis yang diterima media.

Menurutnya, musibah yang terjadi di Malang itu tidak akan terjadi lagi khususnya di cabang sepak bola dan umumnya di cabang olahraga lainnya, termasuk cabang olahraga bola voli.

"Kejadian yang memakan korban jiwa bagi dunia olahraga jelas bisa merugikan kita semua. Karena kehadiran penonton di lapangan turut menjadi salah satu yang mendorong semangat dan turut memajukan berkembangnya olahraga di negara kita," kata Imam menambahkan.

"Oleh sebab itu, kami berharap semoga peristiwa di Malang itu tidak akan terjadi kembali dimasa yang akan datang. Mari sama-sama kita bahu-membahu memajukan prestasi olahraga kita di Tanah Air," lanjut orang nomor satu di PBVSI itu.


Paling Berbahaya Ketiga

Suporter memasuki lapangan saat terjadi kerusuhan pada pertandingan sepak bola antara Arema Vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, 1 Oktober 2022. Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta dalam jumpa pers di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu, mengatakan dari 127 orang yang meninggal dunia tersebut, dua di antaranya merupakan anggota Polri. (AP Photo/Yudha Prabowo)

Tragedi Kanjuruhan masuk dalam daftar pertandingan sepak bola paling mematikan di dunia. Berdasarkan data teranyar, tragedi Malang menjadi pertandingan sepak bola paling mematikan ketiga di dunia.

Karodokpol Pusdokkes Polri Brigjen Nyoman Eddy Purnama Wirawan telah memutakhirkan data mengenai korban tewas dalam tragedi Arema yang berlangsung di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022).

Sebelumnya, sempat terdapat laporan berbeda mengenai korban dalam peristiwa nahas pasca laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di pekan ke-11 Liga 1 2022/023.

Pihak terkait mengeklaim korban berjumlah 127 orang, yang kemudian bertambah menjadi 129 dan 174 orang. Kondisi itu membuat Indonesia disebut-sebut sebagai negara dengan tragedi sepak bola mengerikan kedua sepanjang sejarah.

Polri akhirnya memperbarui data, sehingga didapati 125 orang meninggal dunia. Menurut Nyoman, selisih angka korban tewas pada awal pemberitaan dipicu oleh kesalahan pencatatan di rumah sakit yang menangani korban.

“Update data terakhir yang dilaporkan meninggal dunia 129, setelah ditelusuri di RS terkait menjadi meninggal dunia 125 orang. Jumlah korban luka sebanyak 323 orang,” tutur Nyoman kepada wartawan pada Minggu (2/10/2022).

Hasil pemutakhiran menunjukkan bahwa suporter yang meninggal dunia sebanyak 125 orang. Catatan tersebut menjadikan tragedi Kanjuruhan sebagai insiden sepak bola paling mematikan ketiga di dunia.

Sekadar informasi tragedi Estadio Nacional Lima dan peristiwa Accra Sports’ Stadium Ghana menempati urutan pertama dan kedua paling mematikan di seluruh dunia.

Korban tewas di Peru mencapai 328 orang. dipicu oleh kemarahan ribuan suporter Peru dan serangan dari pihak kepolisian. Sementara itu, bencana di Accra Sports’ Stadium memakan korban jiwa 126 orang.

Penyelidikan resmi mengungkap bahwa polisi juga menjadi pihak yang bersalah dalam insiden tersebut. Perilaku mereka dinilai sembrono lantaran menembakkan peluru plastik dan gas air mata tanpa pandang bulu.


Kronologi Tragedi Malang

Polisi dan tentara berdiri di tengah asap gas air mata saat kerusuhan pada pertandingan sepak bola antara Arema Vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, 1 Oktober 2022. Ratusan orang dilaporkan meninggal dunia dalam tragedi kerusuhan tersebut. (AP Photo/Yudha Prabowo)

Pertandingan Arema melawan Persebaya Surabaya di stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022) berakhir 2-3 untuk kemenangan tim tamu. Ini juga yang memicu terjadinya kerusuhan yang berbuntut jatuhnya korban jiwa.

Berdasarkan banyak laporan yang beredar, Aremania Kesal dengan kekalahan Arema dan mereka lalu menyerbu ke lapangan usai peluit panjang ditiup wasit. Meski versi lain menyebutkan, hanya dua orang Aremania yang turun terlebih dahulu ke lapangan.

Petugas keamanan langsung berusaha menghalau serbuan suporter ini. Untuk mengusir suporter, ditembakan gas air mata. Kondisi justru menjadi semakin kacau.

Para suporter yang panik termasuk wanita dan anak-anak berdesakan mencoba keluar dari Stadion Kanjuruhan. Akibatnya fatal, banyak yang pingsan dan sulit bernapas.

Salah seorang suporter yang selamat dari kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Rezqi Wahyu menceritakan detik-detik kejadian mencekam tersebut via Twitter.

Kerusuhan bermula dari adanya satu orang Aremania dari tribun selatan yang nekat masuk ke lapangan dan mendekati pemain Arema Sergio Silva dan Adilson Maringa. Sang suporter mencoba memberikan motivasi dan kritik kepada pemain Arema.

Aksi satu orang suporter ini kemudian diikuti beberapa Aremania lain yang masuk ke lapangan guna meluapkan kekecewaannya kepada pemain. Jumlah suporter yang masuk ke lapangan semakin banyak dari berbagai sisi stadion. Suporter juga mulai melemparkan benda-benda ke lapangan.

Para pemain Arema harus mendapat pengawalan petugas keamanan saat memasuki ruang ganti. Usai pemain Arema masuk ruang ganti, situasi di lapangan semakin tak terkendali. Jumlah suporter yang masuk makin banyak.


Instruksi Presiden Jokowi

Presiden Jokowi memberikan keterangan pers terkait tragedi Arema di Stadion Kanjuruhan Malang pada Sabtu malam 1 Oktober 2022. (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi langsung merespon tragedi Arema. Dia langsung memerintahkan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, dan Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Mochamad Iriawan untuk melakukan evaluasi secara menyeluruh tentang pelaksanaan pertandingan dan prosedur pengamanan penyelenggaraan sepak bola di Tanah Air.

"Saya telah memerintahkan Menpora, Kapolri, dan Ketum PSSI untuk melakukan evaluasi menyeluruh tentang pelaksanaan pertandingan sepakbola dan prosedur penyelenggaraannya," ujar Jokowi dalam konferensi pers daring, Minggu (2/10/2022).

Lebih lanjut, Kepala Negara juga memerintahkan secara khusus kepada Kapolri untuk melakukan investigasi dan mengusut tuntas tragedi maut ini. Di saat yang sama, Jokowi meminta agar Liga 1 dihentikan sementara.

"Khusus kepada Kapolri, saya minta melakukan investigasi dan mengusut tuntas kasus ini. Untuk itu, saya juga memerintahkan PSSI untuk menghentikan sementara Liga 1 sampai evaluasi dan perbaikan prosedur pengamanan dilakukan," kata Jokowi.

Infografis Tragedi Arema di Stadion Kanjuruhan Malang. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya