Liputan6.com, Jakarta - Umat Islam banyak yang mendambakan bisa mimpi bertemu Rasulullah SAW. Dari jutaan umat, hanya sedikit yang pernah bertemu dengan Nabi Muhammad SAW dalam mimpinya.
Dalam berbagai riwayat, pertemuan dengan Nabi melalui mimpi bermacam-macam. Ada yang hanya melihat Rasul, ada yang dari depan atau samping, atau belakang, ada pula yang sampai bercakap.
Ada banyak hadis sahih yang meriwayatkan mimpi bertemu Rasulullah. Dalam hadis-hadis tersebut disebutkan bahwa siapapun yang bermimpi melihat Nabi, maka sungguh orang itu telah melihat Rasulullah. Sebab setan tidak akan mampu menyerupai tubuhnya.
Baca Juga
Advertisement
Namun ada kecaman serius dari Rasulullah SAW bila mengaku-ngaku bertemu dengannya dalam mimpi. Barangsiapa yang berdusta, Sabda Nabi, orang itu telah mengambil tempat duduk di neraka.
Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ajengan Wawan Gunawan Abdul Wahid menyatakan bahwa orang yang bertemu dengan Rasulullah dalam mimpi merupakan anugrah dari Allah SWT.
Akan tetapi, Ajengan asal Garut ini mengatakan, pengalaman tersebut tidak perlu disampaikan kepada publik lantaran dikhawatirkan menimbulkan pemahaman yang lain.
“Biasanya Muhammadiyah tidak membahas perihal yang seperti itu. Karena dikhawatirkan menimbulkan pemahaman yang lain. Bahwa misalnya itu terjadi, orang Muhammadiyah tidak terbiasa mengungkap hal itu,” tutur dosen Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, dikutip dari laman Muhammadiyah, Selasa (4/10/2022).
Ajengan Wawan menjelaskan bahwa pertemuan seseorang dengan Nabi Muhammad SAW dalam sebuah mimpi merupakan pertanda dari penghayatan relijius dan bagian dari kesadaran irfani.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Diceritakan atau Tidak Diceritakan?
Ia juga menuturkan bahwa ulama besar sekelas Ahmad Dahlan pasti pernah merasakan pengalaman tersebut, namun dirinya memilih untuk tidak menyampaikannya pada khalayak ramai.
“Tidak mungkin Ahmad Dahlan tidak mengalami mimpi tersebut. Siapa yang meragukan kesalehan beliau? Tapi beliau lebih memilih untuk diam dan tidak menceritakannya kepada siapapun,” imbuhnya.
Kalaupun seseorang pernah mengalami mimpi itu, kata Ajengan Wawan, silakan saja ceritakan. Hanya saja jika mencermati ulama-ulama Muhammadiyah, mereka tidak memiliki kebiasaan untuk mengumbar pengalaman tersebut. Baginya, menahan diri untuk tidak menceritakan mimpi yang seperti itu merupakan satu sikap ketawadhuan.
“Ketika tidak menceritakan mimpi bertemu Nabi, itu bagian dari ketawadhuan, dirinya ingin memperkaya batin relijiusnya,” tambah Ajengan Wawan.
Ajengan Wawan juga menuturkan mimpinya seseorang dengan Nabi bisa dialami oleh siapapun. Dalam kegelapanpun masih ada kesalehan, sehingga mereka memiliki potensi untuk bertemu Rasul dalam mimpi.
“Apalagi orang saleh. Orang yang bertemu rasul dalam mimpi itu anugrah, melepas rindu dengan Kekasih Allah,” katanya.
Advertisement
Adakah Amalan Khusus untuk Mimpi Bertemu Nabi?
Terkait dengan amalan-amalan khusus, sejauh penelaahan Ajengan Wawan, dirinya menegaskan bahwa tidak ada ibadah-ibadah khusus dengan tujuan agar bersua Rasul dalam mimpi.
“Jangan mencari-cari ketemu Rasul, karena dikhawatirkan seolah menjadi keharusan dalam agama. Lebih baik kita mengamalkan apa yang sudah jelas perintah dan larangannya,” pungkasnya.
Sejalan dengan Ajengan Wawan, Ulama Muhammadiyah lainnya Tuan Guru Ruslan Fariadi juga menyatakan bahwa sekiranya seseorang memiliki kebersihan hati, dan konsisten melaksanakan amalan-amalan saleh yang sudah jelas perkaranya, maka punya potensi besar bertemu Nabi dalam mimpi. Jika kesempatan bersua itu datang, Ruslan menegaskan agar memperbanyak syukur kepada Allah.
“Adab seseorang bermimpi bertemu dengan Nabi, tentu harus bersyukur karena tidak semua orang bisa melihat Nabi dalam mimpi. Itu kenikmatan dan karunia Allah bisa diberi kesempatan melihat wajah Nabi yang mulia,” kata Ruslan.
Tim Rembulan