Kembali Terpilih Jadi Anggota Dewan ITU, Indonesia Perjuangkan 3 Agenda

Indonesia kembali terpilih menjadi Dewan ITU dan akan memperjuangkan tiga agenda yang sejalan dengan prioritas pembangunan sektor komunikasi maupun informatika.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 04 Okt 2022, 18:30 WIB
Ilustrasi pengguna internet (anthillonline.com)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia kembali terpilih menjadi anggota Dewan ITU (International Telecommunication Union) atau ITU Council Periode 2023-2026. Untuk diketahui, ini menjadi kali ke sembilan Indonesia menjadi anggota Dewan ITU.

Sekretaris Jenderal Kementerian Kominfo (Komunikasi dan Informatika) Mira Tayyiba menuturkan, Indonesia akan memperjuangkan tiga agenda sejalan dengan prioritas pembangunan sektor komunikasi dan informatika.

"Dengan terpilihnya Indonesia kembali menjadi Anggota Council ITU, kami melihat banyak sekali kesamaan dan sejalan antara program prioritas ITU dan program prioritas nasional, termasuk program Indonesia untuk ITU itu sendiri," tutur Mira dalam siaran pers, Selasa (4/10/2022).

Kesamaan itu salah satunya adalah Connecting the Unconnected yang dicanangkan ITU. Sementara Indonesia juga memiliki Program Prioritas Nasional untuk membangun infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi.

"Jadi Pemerintah Indonesia khususnya Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam beberapa tahun ini sangat fokus kepada percepatan penyediaan akses atau infrastruktur digital, kami juga membawa agenda yang sama untuk ITU," ujarnya menjelaskan

Agenda lain yang memiliki kesamaan adalah soal Women Empowerment. Menurut Mira, agenda ini selaras pula dengan keberpihakan Indonesia agar representasi perempuan di sektor digital bisa terwakili, termasuk dalam kepemimpinan ITU.

Terakhir, agenda lain yang selaras adalah tentang Capacity Building, terutama untuk negara berkembang, baik di Least Developed Countries maupun Landlocked Developing Countries. Ini sejalan dengan Program Prioritas Nasional Literasi Digital dan Digital Skills.


Kisah Indonesia jadi Dewan Anggota ITU

Ilustrasi jaringan internet. Kredit: Pete Linforth via Pixabay

Lebih lanjut Mira menuturkan, Indonesia berhasil menjadi anggota Dewan ITU atau ITU Council Periode 2023-2026 dengan memperoleh 157 suara dari negara anggota ITU.

Ia menuturkan, pemerintah telah memperjuangkan pencalonan Indonesia dalam ITU Council dan RRB Region E sejak upacara pembukaan ITU PP-22 yang digelar pada 26 September 2022.

"Hasil dari voting ini, alhamdulillah Indonesia berhasil kembali yang kesembilan kalinya menjadi Anggota Council ITU," tuturnya. Ia menuturkan, ada 13 seat dari 16 kandidat dan Indonesia terpilih dengan suara terbanyak ketiga, beda tiga suara dari peringkat kedua (India) dan peringkat pertama UAE (Uni Emirat Arab).

Sementara untuk pemilihan anggota dari Radio Regulations Board (RRB) Region E yang meliputi Asia dan Australasia, wakil Indonesia Meiditomo Sutyarjoko berhasil menjadi anggota RRB yang merupakan panel of expert untuk komunikasi radio.

"Terdapat lima kandidat dari tiga seat. Namun, delegasi dari Irak mengundurkan diri dan menyisakan Arab Saudi, Tiongkok, India dan Indonesia, sehingga tersisa empat kandidat dan Indonesia berada di posisi yang keempat, selisih nilai atau selisih suaranya pun sebetulnya tidak terlalu jauh dari anggota yang ketiga yaitu hanya 6 suara," tuturnya.


Kemkominfo dan Siberkreasi Dorong Konten Positif lewat Budaya Lokal di Media Sosial

Ilustrasi media sosial. (Photo by Adem AY on Unsplash)

Di sisi lain, Kementerian Kominfo (Kementerian Komunikasi dan Informatika) bersama GNLD (Gerakan Nasional Literasi Digital) Siberkreasi menggelar webinar dengan tema 'Jadi Penjelajah Wisata, Bangga Budaya Indonesia' di Banjarmasin, Kalimantan Tengah.

Webinar ini digelar mengingat besarnya populasi muda dan tingginya penggunaan media sosial di Indonesia yang menjadi modal berharga untuk memperkenalkan ragam kekayaan budaya Nusantara di ruang digital.

Hadir sebagai narasumber di webinar ini adalah Sekretaris Relawan TIK Magetan, Alamsurya Endriharto; Dosen Universitas Indonesia dan Korwil Barat DPP IAPA, Lina Miftahul Jannah; serta Dosen Kebijakan Publik Unsoed dan Pengurus Pusat IAPA, Dwiyanto Indiahono.

Dalam webinar tersebut, Alamsurya membahas mengenai banyaknya peluang dan jenis pekerjaan yang menuntut kemampuan termasuk keterampilan digital. Mulai dari analis dan ilmuwan data, spesialis big data, spesialis pemasaran digital, dan spesialis transformasi digital.

Kemunculan beragam pekerjaan baru ini sudah menjadi tuntutan dan kebutuhan pasar, sehingga masyarakat juga harus bisa menggali potensi diri dan mengasah keterampilan digital agar dapat merebut peluang.

"Diproyeksikan di 2030 nanti potensi kontribusi pekerja dengan keterampilan digital terhadap ekonomi Indonesia mencapai Rp 4.344 triliun. Kita mau jadi penonton saja atau mau ikut berkontribusi?," tutur Alamsurya dalam siaran pers yang diterima, Jumat (26/8/2022).

Ia mencontohkan, saat ini mayoritas anak muda merupakan pengguna media sosial dan kian banyak yang tertarik membuat konten untuk diunggah di medsos. Namun, untuk memberi nilai tambah dari konten di medsos harus kreatif dan menciptakan interaksi dengan audiens.

"Ingat, content is king but engagemnent is queen. Seringkali kita bikin konten tapi tidak pernah interaksi dengan audiens. Misal target audiens kita anak sekolah, bagaimana mau ngobrol dengan market kalau kita posting-nya jam 12 malam?" tuturnya.


Kompetensi Budaya Bermedia Digital

Sementara Dwiyanto dalam webinar itu menuturkan, Indonesia saat ini didominasi oleh lebih dari 50 persen generasi muda. Hal ini bisa berarti dua hal, yakni kesempatan mengubah wajah dunia digital Indonesia.

Terlebih, warganet Tanah Air dikenal paling tidak sopan atau tidak ramah, sehingga ini kesempatan untuk mengubah wajah dunia. Lalu, ini potensi besar untuk menggerakkan ekonomi digital Indonesia menjadi lebih energik.

"Kami dorong milenial menciptakan produk dan jasa di dunia digital karena pangsa pasarnya besar dan luas. Salah satu tantangan adalah bagaimana agar barang dan jasa yang dijual di marketplace juga produksi lokal," tutur Dwiyanto.

Lalu Lina Miftahul Jannah mengatakan, kompetensi budaya bermedia digital dimana masyarakat terutama milenial dapat menjadi pelaku digitalisasi kebudayaan pemanfaatan TIK. Harapannya, ini disertai pengetahuan dasar yang mendorong perilaku mencintai produk dalam negeri.

Selain itu, Miftahul jubga menyebut masyarakat Indonesia harus cinta dan bangga menggunakan produk dalam negeri. Ia mengajak masyarkat mengembangkan kebiasaan yang bisa mendukung cinta produk dalam negeri.

Menurutnya, budaya juga bukan melulu hal yang terlihat di permukaan seperti bahasa atau pakaian, melainkan lebih dalam dari itu. Filosofi ini bisa diterapkan dalam berwisata atau menjelajah suatu daerah.

"Seringkali terjadi, orang menjelajah tapi buang sampah sembarangan dan akhirnya merusak lingkungan. Jadi, perlu kebijakan dan kebajikan agar menjadi penjelajah yang baik,” tutur Miftahul. 

(Dam/Ysl)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya