Liputan6.com, Jakarta - Credit Suisse dikabarkan tengah diambang kebangkrutan. Menyusul rumor tersebut, saham Credit Suisse anjlok pada perdagangan Senin, 3 Oktober 2022.
Saham Credit Suisse turun lebih dari 10 persen setelah bos bank gagal meyakinkan investor mengenai likuiditas dan permodalan perusahaan yang disebut masih mumpuni. Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, situasi ini mengingatkan pada kebangkrutan perusahaan besar di AS pada 2011.
Advertisement
Selain itu, pasar juga khawatir kondisi Credit Suisse akan sama dengan peristiwa Black Monday. Penyedia investasi terbesar dari Amerika Serikat, Lehman Brothers gagal mendapatkan suntikan dana yang akhirnya berujung pada kebangkrutan pada 2008.
"Kalau sekarang backgroundnya relatif sama namun dampaknya berbeda dari 2008.Kalau Lehman Brothers isinya banyak yang portofolio derivatif sangat masif,” kata dia dalam Mandiri Economic Outlook kuartal III 2022, Selasa (4/10/2022).
Andry mengatakan, saat krisis 2008 dan 2011 banyak yang mempertanyakan dan coba menakar eksposurenya pada perbankan ,terutama bank di Jerman dan Prancis. Serta bagaimana kualitas aset perbankan sata itu, apakah ada dampak sistemik ke perbankan. Berbeda dengan saat ini, di mana otoritas Eropa diperkirakan akan mengambil langkah antisipatif.
"Akan ada arah support dari otoritas Eropa dan kita melihat kunci masuknya di dua poin yakni di kualitas aset dan portofolio pricing ketika mereka menerbitkan obligasi atau membeli obligasi dari negara yang terdampak namun penerbitnya (dari negara terdampak) tidak bisa membayarnya," kata dia.
Kabar baiknya, perkembangan Credit Suisse ini tidak akan berdampak signifikan pada perbankan dalam negeri. Salah satunya karena Capital Adequacy Ratio (CAR) industri perbankan dalam negeri yang masih terjaga. CAR pada Agustus 2022 tercatat meningkat menjadi 25,21 persen.
"Untuk perbankan di Indonesia CAR kita masih sangat tinggi dan baik bahkan dibandingkan negara-negara di Asean lainnya. Jadi overall impact ini volatilitas di Eropa sendiri,” kata dia.
Saham Credit Suisse Tertekan
Sebelumnya, saham Credit Suisse anjlok pada perdagangan Senin, 3 Oktober 2022 seiring meningkatnya kekhawatiran atas kesehatan keuangan bank Swiss.
Saham Credit Suisse turun lebih dari 10 persen setelah bos bank gagal meyakinkan investor. Namun, saham kembali bangkit. Saham Credit Suisse turun lebih dari 8 persen ke posisi USD 3,68 per saham. Pada 2022, saham Credit Suisse turun hampir 60 persen.
Pekan lalu, Chief Executive Ulrich Koerner bersikeras dalam sebuah memo kepada staf kalau posisi keuangan Credit Suisse solid. Hal itu datang menjelang rencana restrukturisasi ketika bank melaporkan hasil pada Oktober 2022.
Seorang sumber mengkonfirmasi laporan di Financial Times mengenai eksekutif di bank Swiss menghabiskan sebagian besar akhir pekan berusaha menenangkan pemangku kepentingan utama tentang kekuatan keuangannya. Seorang juru bicara Credit Suisse menolak berkomentar.
Advertisement
Memo kepada Karyawan
Pada memo pekan lalu kepada staf, Koerner percaya kalau tidak membingungkan mengenai kinerja saham sehari-hari dengan basis modal yang kuat dan posisi likuiditas bank. Ia mengatakan, ada banyak pernyataan faktual tidak akurat yang dibuat di media, tetapi mendesak staf tetap berkomitmen menjelang rencana transformasi yang diumumkan pada 27 Oktober 2022.
“Kami sedang proses membentuk kembali Credit Suisse untuk masa depan jangka panjang berkelanjutan, dengan potensi yang signifikan untuk menciptakan valuasi,” ujar dia, dikutip dari BBC, Selasa, (4/10/2022).
"Saya yakin kami memiliki apa yang diperlukan untuk berhasil,” ia menambahkan.
Saham Credit Suisse telah tergelincir selama setahun terakhir di tengah ketakutan atas posisi keuangan bank. Pada Juli 2022, bank mengumumkan tinjauan strategi dan mengganti Chief Executive Thomas Gottstein dengan Ulrich Koerner.
Hadapi Sejumlah Skandal
Adapun Credit Suisse memiliki kantor pusat di London dan mempekerjakan 5.500 karyawan di Inggris. Menurut Reuters, Bank of England sedang memantau situasi bersama dengan regulator Swiss FINMA. Bank of England menolak berkomentar.
Chief Executive Credit Suisse menegaskan kalau bank tetap kokoh dan stabil seperti Matterhorn. Namun, masalahnya adalah dari luar tidak terlihat seperti itu, dan persepsi itu penting.
Mengutip BBC, bank telah babak belur oleh skandal. Kehilangan miliaran dolar AS karena runtuhnya Archegos Capital Management, tertekan imbas pinjaman ke perusahaan keuangan Greensill Capital yang bangkrut, dan didenda ratusan juta karena keterlibatannya dalam skandal pinjaman di Mozambik.
Ulrich Koerner akan menerapkan perombakan besar-besaran pada unit perbankan investasi. Ia akan ungkap rencananya akhir bulan ini. Namun, pergerakan pasar menunjukkan beberapa investor percaya bank kehabisan uang tunai.
Koerner klaim semuanya baik-baik saja, dan telah menulis surat kepada staf Credit Suisse untuk meyakinkan tentang fakta itu. Masalahnya memo itu sendiri telah memicu spekulasi lebih lanjut tentang kesehatan bisnis.
Advertisement