OJK Sebut Ada Potensi Aliran Dana Investor Asing Masuk ke Indonesia

Investasi di pasar modal dinilai masih potensial untuk investor.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 04 Okt 2022, 22:49 WIB
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Deputi Komisioner Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sarjito menilai ada potensi aliran dana investor asing atau capital inflow ke Indonesia.

"Menariknya Indonesia itu, kalau di bank di Jepang simpan duit itu bayar karena deflasi. Di negara-negara lain bingung mau taruh duit di mana? Makanya ada kemungkinan capital inflow ke Indonesia," kata Sarjito dalam Sosialisasi dan Edukasi Pasar Modal Terpadu 2022 Sumatera Utara, Selasa (4/10/2022).

Sarjito menambahkan, jika ada capital inflow ke Indonesia, para investor hedge fund mencari tempat dengan yield lebih tinggi dan stabil.

"Kalau capital inflow ke Indonesia, karena orang investasi itu para hedge fund itu dulunya mencari tempat yang memiliki yield lebih tinggi tapi harus stabil. Kita dulu dikenal dengan emerging market yang memberikan tingkat keuntungan lebih gede," kata dia.

Selain itu, Sarjito juga menyebutkan saat ini kondisi ekonomi Indonesia juga stabil. "Ternyata kita stabil juga sekarang ekonominya. Rupanya kenapa orang di Jepang itu kenapa Jepang berikan bunga negatif supaya orang belanja supaya ekonomi jalan nyimpen duit di bank ekonomi ambruk. Jadi harus jalan konsumsinya," ujar dia.

Sementara itu, di Indonesia harga bahan bakar minyak (BBM) naik, Sarjito menuturkan, secara teori akan menyebabkan ekonomi lesu, ternyata ekonomi Indonesia maju juga.

"Artinya apa? Kalau Anda berinvestasi sekarang harus hati-hati tetapi jangan sampai pemikirannya simpen duit di dalam kamar saja," imbuhnya.

Dengan demikian, investasi di pasar modal masih potensial untuk investor.

"Artinya investasi di pasar modal masih akan luar biasa keren dan bahkan yang mau antre mau go public banyak banget," kata dia.

Maka sebab itu, ke depan aliran dana  dari luar negeri yang masuk akan semakin banyak.

"Artinya demand-nya, nanti uang dari luar negeri masuk dan akan makin banyak," pungkasnya.

 


OJK Bidik Penghimpunan Dana di Pasar Modal Sentuh Rp 182,5 Triliun pada Akhir 2022

Ilustrasi OJK

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) targetkan penghimpunan dana di pasar modal hingga Rp 182,5 triliun hingga akhir 2022.

"Kami targetkan rising fund, kami saat ini rising fund Rp 175,34 triliun. Untuk itu kita naikkan target jadi Rp 182,5 triliun untuk rising fund,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Inarno Djajadi dalam konferensi pers, Senin (3/10/2022).

Hingga 30 September 2022, penghimpunan dana di pasar modal sebesar Rp 175,34 triliun dengan emiten baru tercatat 48 emiten.

"Di pipeline, masih terdapat 90 rencana penawaran umum dengan nilai sebesar Rp 61,31 triliun,” kata Inarno.

Sementara itu, berdasarkan data dari OJK, masih relatif solidnya kinerja perekonomian domestik turut menjaga kinerja IHSG relatif lebih baik dibandingkan negara kawasan di tengah koreksi signifikan pasar keuangan global.

Hingga 30 September 2022, IHSG melemah 1,92 persen mtd ke level 7.040,80 dengan non-residen mencatatkan inflow sebesar Rp3,055 triliun.  Secara tahunan, IHSG tercatat menguat sebesar 6,98 persen dengan non-residen membukukan net buy sebesar Rp 69,47 triliun.

 


Kinerja IHSG

Pekerja bercengkerama di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). IHSG ditutup naik 3,34 poin atau 0,05 persen ke 5.841,46. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kemudian, untuk pasar SBN, non-residen mencatatkan outflow sebesar Rp18,84 triliun mtd sehingga mendorong rerata yield SBN naik sebesar 30,10 bps mtd di seluruh tenor. Rerata yield SBN telah meningkat sebesar 79,73 bps dengan non-residen mencatatkan net sell sebesar Rp150,67 triliun.

Kinerja IHSG yang stabil juga ditopang oleh kinerja emiten yang meningkat. Dari 722 emiten listing saham yang telah menyampaikan Laporan Keuangan Tengah Tahunan 2022, sejumlah 479 emiten (66,34 persen) menunjukkan peningkatan kinerja dengan pertumbuhan pendapatan tercatat sebesar 22,97 persen yoy dan peningkatan laba sebesar 74 persen yoy.

"Sebagai upaya pendalaman pasar, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan produk baru berupa Waran Terstruktur pada 19 September 2022 dengan tiga seri Waran Terstruktur yang diterbitkan dan masing-masing ditawarkan sebanyak 30 juta unit. Hingga 30 September 2022, nilai transaksi Waran Terstruktur mencapai Rp38,44 miliar,” ujar dia.

 


44 Emiten Baru Raup Dana Rp 21,8 Triliun Melalui IPO

Karyawan melintasi layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat hingga 20 September 2022, ada 44 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI. Total dana yang dihimpun dari penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) tersebut mencapai Rp 21,8 triliun.

“Hingga 20 September 2022 telah ada 44 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp 21,8 triliun,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna, kepada wartawan ditulis Rabu (21/9/2022).

Saat ini BEI juga proses 29 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham di BEI hingga 19 September 2022. Nyoman menambahkan, dari 29 calon perusahaan tercatat dalam pipeline pencatatan saham, beberapa di antaranya menargetkan emisi lebih dari Rp 1 triliun. Untuk sektor sahamnya ada dari sektor energi, teknologi dan keuangan. Namun, Nyoman belum menyampaikan detil mengenai perusahaan tersebut hingga perusahaan itu mendapatkan izin publikasi dari OJK.

Seiring jumlah calon perusahaan tercatat dalam pipeline itu, ia berharap pencatatan saham pada 2022 dapat melebihi pencapaian 2021.

“Dengan mempertimbangkan jumlah perusahaan pada pipeline pencatatan saham, kami berharap jumlah pencatatan saham pada tahun ini dapat melampaui pencapaian pada tahun lalu,” kata dia.

 


Sektor Saham

Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,34% ke level 5.014,08 pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (8/6). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Berdasarkan catatan BEI, berikut klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline saham merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017:

-4 perusahaan aset skala kecil (aset di bawah Rp 50 miliar)

-7 perusahaan aset skala menengah (aset antara Rp 50 miliar-Rp 250 miliar)

-18 perusahaan aset skala besar (aset di atas Rp 250 miliar)

Rincian sektornya antara lain:

-1 perusahaan dari sektor basic materials

-4 perusahaan dari sektor consumer siklikal

-3 perusahaan dari sektor consumer non siklikal

-2 perusahaan dari sektor energi

-2 perusahaan dari sektor keuangan

-4 perusahaan dari sektor perawatan kesehatan

-2 perusahaan dari sektor industri

-1 perusahaan dari sektor infrastruktur

-1 perusahaan dari sektor properti dan real estate

-5 perusahaan dari sektor teknologi

-4 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya