Liputan6.com, Jakarta - Analis menilai dana investor asing masih masuk ke Indonesia di tengah kenaikan inflasi dan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed). Hal itu karena fundamental Indonesia masih kuat.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), aksi beli investor asing mencapai Rp 604,49 miliar pada Selasa, 4 Oktober 2022. Sepanjang 2022, aliran dana investor asing masuk pasar modal Indonesia mencapai Rp 70,11 triliun.
Advertisement
Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis menuturkan, aliran dana asing masih berpotensi mencatatkan inflow, walaupun di tengah kenaikan inflasi serta suku bunga the Fed.
"Fundamental kita yang masih kuat masih menarik untuk asing," kata Abdul kepada Liputan6.com, Selasa, 4 Oktober 2022.
Sementara itu, Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas, Jono Syafei mengatakan, investor asing mencatatkan aksi jual lebih dari Rp 2 triliun pada seminggu terakhir.
"Kalau kita lihat data IDX seminggu terakhir, asing mencatatkan net sell lebih dari Rp 2 triliun," kata Jono.
Hal tersebut dipicu kekhawatiran terhadap resesi global yang menyebabkan investor memindahkan dana ke aset bebas risiko seperti obligasi pemerintah, maupun menyimpan uang tunai untuk persediaan.
"Kenaikan suku bunga acuan beberapa negara maju, terutama AS, juga membuat asing cenderung memindahkan dana ke AS yang memiliki posisi kuat dibandingkan negara berkembang seperti Indonesia," kata dia.
Selain itu, selama masih ada sentimen tersebut, investor asing cenderung wait and see untuk masuk ke pasar modal Indonesia.
"Selama masih ada sentimen tersebut, tampaknya investor asing akan cenderung wait and see untuk kembali masuk ke pasar saham Indonesia," imbuhnya.
OJK Bidik Penghimpunan Dana di Pasar Modal Sentuh Rp 182,5 Triliun pada Akhir 2022
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) targetkan penghimpunan dana di pasar modal hingga Rp 182,5 triliun hingga akhir 2022.
"Kami targetkan rising fund, kami saat ini rising fund Rp 175,34 triliun. Untuk itu kita naikkan target jadi Rp 182,5 triliun untuk rising fund,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Inarno Djajadi dalam konferensi pers, Senin (3/10/2022).
Hingga 30 September 2022, penghimpunan dana di pasar modal sebesar Rp 175,34 triliun dengan emiten baru tercatat 48 emiten.
"Di pipeline, masih terdapat 90 rencana penawaran umum dengan nilai sebesar Rp 61,31 triliun,” kata Inarno.
Sementara itu, berdasarkan data dari OJK, masih relatif solidnya kinerja perekonomian domestik turut menjaga kinerja IHSG relatif lebih baik dibandingkan negara kawasan di tengah koreksi signifikan pasar keuangan global.
Hingga 30 September 2022, IHSG melemah 1,92 persen mtd ke level 7.040,80 dengan non-residen mencatatkan inflow sebesar Rp3,055 triliun. Secara tahunan, IHSG tercatat menguat sebesar 6,98 persen dengan non-residen membukukan net buy sebesar Rp 69,47 triliun.
Kemudian, untuk pasar SBN, non-residen mencatatkan outflow sebesar Rp18,84 triliun mtd sehingga mendorong rerata yield SBN naik sebesar 30,10 bps mtd di seluruh tenor. Rerata yield SBN telah meningkat sebesar 79,73 bps dengan non-residen mencatatkan net sell sebesar Rp150,67 triliun.
Kinerja IHSG yang stabil juga ditopang oleh kinerja emiten yang meningkat. Dari 722 emiten listing saham yang telah menyampaikan Laporan Keuangan Tengah Tahunan 2022, sejumlah 479 emiten (66,34 persen) menunjukkan peningkatan kinerja dengan pertumbuhan pendapatan tercatat sebesar 22,97 persen yoy dan peningkatan laba sebesar 74 persen yoy.
"Sebagai upaya pendalaman pasar, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan produk baru berupa Waran Terstruktur pada 19 September 2022 dengan tiga seri Waran Terstruktur yang diterbitkan dan masing-masing ditawarkan sebanyak 30 juta unit. Hingga 30 September 2022, nilai transaksi Waran Terstruktur mencapai Rp38,44 miliar,” ujar dia.
Advertisement
44 Emiten Baru Raup Dana Rp 21,8 Triliun Melalui IPO
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat hingga 20 September 2022, ada 44 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI. Total dana yang dihimpun dari penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) tersebut mencapai Rp 21,8 triliun.
“Hingga 20 September 2022 telah ada 44 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp 21,8 triliun,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna, kepada wartawan ditulis Rabu (21/9/2022).
Saat ini BEI juga proses 29 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham di BEI hingga 19 September 2022. Nyoman menambahkan, dari 29 calon perusahaan tercatat dalam pipeline pencatatan saham, beberapa di antaranya menargetkan emisi lebih dari Rp 1 triliun. Untuk sektor sahamnya ada dari sektor energi, teknologi dan keuangan. Namun, Nyoman belum menyampaikan detil mengenai perusahaan tersebut hingga perusahaan itu mendapatkan izin publikasi dari OJK.
Seiring jumlah calon perusahaan tercatat dalam pipeline itu, ia berharap pencatatan saham pada 2022 dapat melebihi pencapaian 2021.
“Dengan mempertimbangkan jumlah perusahaan pada pipeline pencatatan saham, kami berharap jumlah pencatatan saham pada tahun ini dapat melampaui pencapaian pada tahun lalu,” kata dia.
Sektor Saham
Berdasarkan catatan BEI, berikut klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline saham merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017:
-4 perusahaan aset skala kecil (aset di bawah Rp 50 miliar)
-7 perusahaan aset skala menengah (aset antara Rp 50 miliar-Rp 250 miliar)
-18 perusahaan aset skala besar (aset di atas Rp 250 miliar)
Rincian sektornya antara lain:
-1 perusahaan dari sektor basic materials
-4 perusahaan dari sektor consumer siklikal
-3 perusahaan dari sektor consumer non siklikal
-2 perusahaan dari sektor energi
-2 perusahaan dari sektor keuangan
-4 perusahaan dari sektor perawatan kesehatan
-2 perusahaan dari sektor industri
-1 perusahaan dari sektor infrastruktur
-1 perusahaan dari sektor properti dan real estate
-5 perusahaan dari sektor teknologi
-4 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik.
Advertisement