Liputan6.com, Jakarta Pernyataan Dosen Universitas Indonesia Ade Armando yang menyebut pangkal persoalan tragedi Kanjuruhan Malang akibat kelakuan suporter Arema yang sok jagoan menuai banjir kritik. Mereka menilai Ade Armando tidak pernah masuk stadion dan tak mengetahui kondisi sebenarnya yang terjadi.
Menanggapi banyak kritikan itu, Ade menyebut hal itu hal yang biasa. Mereka berhak setuju atau tidak atas pernyataan dirinya.
Advertisement
"Ya itu kan hak mereka untuk bicara. Kalau tidak setuju komentar saya, ya tidak apa apa," kata Ade Armando kepada Liputan6.com, Rabu (5/10/2022).
Ia menepis kalau pernyataannya bermaksud menyakiti perasaan keluarga para korban. Menurutnya, yang dia kecam adalah perilaku sebagian Aremania yang dengan beringas menyerbu lapangan.
"Yang saya kecam adalah perilaku sebagian kecil Aremania yang dengan beringas menyerbu lapangan, mengancam pemain Arema, menyerang polisi. Yang tewas itu bukan korban digebuki polisi. Yang jadi pangkal masalah adalah kelakuan brutal sebagian suporter yang anarkis," ujar dia.
"Kok sekarang Aremania malah minta Presiden minta maaf? Aneh," dia menandaskan.
Dosen Universitas Indonesia Ade Armando sebelumnya menyatakan tragedi Kanjuruhan Malang yang menewaskan 131 orang. Menurut dia, pangkal persoalan terjadinya tragedi itu berasal dari sebagian suporter Arema.
"Suporter sepakbola Indonesia ini memang keterlaluan, siapa pun yang menyaksikan video -video yang tersebar tentang tragedi di stadion Kanjuruhan pasti bisa mengenali bahwa pangkal persoalan adalah kelakuan sebagian Suporter Arema yang menyerbu lapangan. Mereka sombong, bergaya preman, menantang, dan menyerang. gara gara mereka lah tragedi terjadi," kata Ade Armando yang diunggah di akun YouTube COKRO TV seperti dilihat Liputan6.com, Rabu (5/10/2022).
Sebut Gas Air Mata Sesuai Protap
Dia menilai aparat kepolisian sudah melaksanakan kewajibannya mengamankan laga Persebaya versus Arema ini. Dia pun menegaskan, penggunaan gas air mata sudah sesuai dengan prosedur yang berlaku.
"Ketika polisi menggunakan gas air mata, itu adalah tindakan sesuai protap ketika mereka harus mengendalikan kerusuhan yang mengancam jiwa. Memang akibat gas air mata para penonton berlarian panik, dan sialnya pada saat mereka hendak keluar stadion, ternyata panitia belum sempat membuka pintu keluar. Akibatnya, terjadi penumpukan penonton, saling dorong, saling injak. Itulah yang menyebabkan tragedi terjadi," tutur Ade Armando.
Dia pun meminta semua pihak untuk bersikap objektif. Dia menegaskan kembali bahwa tragedi Kanjuruhan terjadi akibat perilaku sebagian suporter Arema.
"Sekali lagi marilah kita bersikap objektif, yang jadi pangkal masalah adalah suporter Arema yang sok jagoan, melanggar semua peraturan dalam stadion, dengan gaya preman masuk ke lapangan. Petentengan. Dalam pandangan saya Polisi sudah melaksanakan kewajibannya," ujar Ade Armando.
Polisi kata dia, sudah meminta jadwal pertandingan diajukan menjadi pukul 15.30 WIB. Namun usulan itu ditolak oleh panitia dan tetap pertandingan berlangsung pada jadwal semula, yaitu jam 20.00 WIB.
Advertisement