Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan tertekan hingga akhir tahun. Secara year to date, imbal hasil (return) dari IHSG tercatat sebesar 6,5 persen, cenderung turun dibanding realisasi akhir tahun lalu sebesar 10,2 persen.
Meski begitu, Head of Equity Research Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer mengatakan, imbal hasil itu melampaui bursa luar negeri antara lain Amerika Serikat (AS), China, Hong Kong, hingga Singapura.
Advertisement
"Indonesia sangat resilient, indeks return kita termasuk tinggi dibandingkan negara-negara lain termasuk ASEAN,” kata dia, ditulis Rabu (5/10/2022).
Sebagai perbandingan, imbal hasil indeks acuan Thailand SET minus 6 persen ytd, Malaysia JCI miinus 10,8 persen ytd, Philippine PSEi minus 18,8 persen. Kemudian Vietnam VN turun paling dalam yakni 27,5 persen, Singapore STI turun 0,5 persen, China CSI 300 turun 23 persen, Hong Kong Hang Seng turun Rp 27 persen. UK FTSe turun 6,4 persen, US S&P 500 turun 22,8 persen, dan India SENSEC turun 2,5 persen.
Merujuk pada perkembangan ekonomi saat ini, baik global maupun domestik, Mandiri Sekuritas turun menurunkan target IHSG hingga akhir tahun.
"IHSG 7.300 sebelum kenaikan harga BBM. Kita memang turunan karena pada saat ini lebih priced in karena fokus ke The Fed,” kata dia.
Sektor Saham
Ke depan, Adrian mengatakan sektor yang masih menarik untuk dicermati, selain energi dan komoditas, yakni konsumsi. Informasi saja, IDX energy memang terpantau mencatatkan kinerja paling mentereng yakni tumbuh 70 persen ytd. Disusul IDX Industry yang naik 24 persen ytd.
Lalu IDX Transportation tumbuh 10 persen, dan IDX konsumer non siklikal sebesar 5 persen, dan IDX Health dan IDX Infrastructure masing-masing tumbuh 3 persen ytd dan 2 persen ytd. Lebih lanjut, Adrian mengungkapkan sejumlah sentimen investasi pasar modal ke depan, antara lain kenaikan consumer price index (CPI) dalam negeri dan kenaikan suku bunga yang berisiko terhadap daya beli masyarakat menengah ke bawah, serta risiko normalisasi harga komoditas setelah kuartal IV 2022.
"Salah satu potensi sektor konsumsi dasar, tapi masih lihat apakah saham ini sudah priced in ke daya beli. Semoga sudah, sehingga tahun depan bisa resilience. Kita jagokan bank juga,” kata dia.
Advertisement
Melihat Prospek IHSG pada Kuartal IV 2022
Sebelumnya, memasuki akhir tahun atau kuartal IV, indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan mengalami koreksi. IHSG ditutup pada posisi 7.040 pada akhir kuartal III 2020. Mengutip data RTI, IHSG turun 1,9 persen dalam sebulan terakhir.
"Secara seasonality memang pada September biasanya IHSG mengalami koreksi, sehingga investor disarankan wait and see menunggu kondisi pasar saham global stabil," ujar Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei kepada Liputan6.com, ditulis Minggu, 2 Oktober 2022.
Sementara untuk window dressing sendiri, Jono mencermati biasanya akan mulai terlihat pada Oktober. Window dressing utamanya terjadi pada saham LQ45. Kondisi ini bisa dijadikan peluang bagi investor yang ingin mulai mengoleksi saham-saham bluechip secara bertahap.
Window dressing merupakan pola ketika harga saham cenderung menguat mendekati pergantian tahun. Hal ini karena fund manager cenderung memoles portofolionya pada akhir tahun sehingga rapornya bagus. Window dressing juga dilakukan emiten untuk merapikan laporan keuangan agar menarik pasar.
"Strategi yang bisa dilakukan yaitu mulai melirik saham-saham bluechip yang memiliki neraca kuat, utang sedikit dan valuasi murah dengan harapan di akhir tahun harga sahamnya akan terapresiasi,” imbuh Jono.
Adapun sektor yang bisa diperhatikan jelang akhir tahun yaitu perbankan, konsumer, ritel, dan komoditas.
Sementara itu, Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, saat ini belum ada perubahan target IHSG hingga akhir 2022. Adapun IHSG masih akan dibayangi sentimen potensi resesi global. IHSG diprediksi untuk bearish 6.743 dan bullish 7.480 hingga akhir 2022.
“Kami perkirakan seperti itu (sentimen resesi global-red), karena the Fed masih bernada hawkish hingga 2023 untuk menekan inflasi hingga target 2 persen,” kata dia.
Kinerja IHSG 26-30 September 2022
Sebelumnya,laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak lesu pada 26-30 September 2022. Sentimen global seperti kekhawatiran resesi global menekan IHSG.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu ( 1/10/2022), IHSG melemah 1,92 persen ke posisi 7.040,79 dari pekan sebelumnya 7.178,58. Kapitalisasi pasar bursa merosot 1,98 persen menajdi Rp 9.238,08 triliun pada pekan ini. Kapitalisasi pasar terpangkas Rp 186,84 triliun dari pekan lalu di posisi Rp 9.424,93 triliun.
Selain itu, rata-rata frekuensi harian susut 7,82 persen menjadi 1.238.025 transaksi dari 1.343.102 transaksi pada pekan lalu. Sementara itu, rata-rata nilai transaksi harian melemah 1,55 persen menjadi Rp 13,91 triliun dari Rp 14,13 triliun pada pekan lalu. Rata-rata volume transaksi harian bursa melemah 17,03 persen menjadi 23,28 miliar saham dari 28,07 miliar saham pada pekan sebelumnya.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG bergerak pada fase bearish atau melemah yang didorong sentimen bursa global. Pada pekan ini, bursa saham global juga tertekan seiring ancaman resesi global hingga inflasi yang masih cukup tinggi. "Dan dana hawkish dari The Fed hingga akhir 2022,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu pekan ini.
Herditya prediksi, sentimen ancaman resesi global dan bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve (the Fed) bernada hawkish hingga 2023 untuk menekan inflasi hingga target 2 persen akan bayangi IHSG hingga akhir tahun. Hingga akhir 2022, ia perkirakan, IHSG berada di posisi bearish atau turun 6.743 dan bullish atau menguat 7.480.
Untuk perdagangan Senin, 3 Oktober 2022, Herditya prediksi, IHSG berpeluang menguat dengan level support 6.926 dan resistance 7.073. Pada pekan depan ada rilis data inflasi yang bayangi IHSG.
Advertisement