Kesaksikan Penonton di Stadion Kanjuruhan, Aparat Tembakkan Gas Air Mata ke Tribun

Tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur masih membekas di ingatan Fu seorang Aremania.

oleh Ady Anugrahadi diperbarui 05 Okt 2022, 14:11 WIB
Suporter membawa seorang pria yang terluka menyusul kerusuhan pada pertandingan sepak bola antara Arema Vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, 1 Oktober 2022. "Masih ada 180 orang yang masih dalam perawatan. Dari 40 ribu penonton, tidak semua anarkis. Hanya sebagian, sekitar 3.000 penonton turun ke lapangan," kata Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta. Hingga kini, data korban meninggal dunia masih terus bertambah. (AP Photo/Yudha Prabowo)

Liputan6.com, Jakarta - Tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur masih membekas di ingatan Fu seorang Aremania. Dia saat itu hadir menyaksikan tim kesayangan berlaga dengan Pesebaya dari tribun VIP. 

"Saya saksikan waktu itu karena saya di VIP saya ikut bantu pihak penyelenggara untuk pengamanan," kata Fu menceritakan kepada rekan-rekan NGO secara langsung seperti dikutip dari akun YouTube Yayasan LBH Indonesia, Rabu (5/10/2022).

Fu menolak pengunaan diksi kericuhan untuk mengambarkan tragedi di  Stadion Kanjuruhan, Malang. Menurut dia, bahasa kericuhan lebih tepat jika kejadian terjadi akibat ulah adanya suporter tamu atau suporter tuan rumah. 

Sedangkan, suporter lawan sepakat tidak hadir pada pertandingan Arema melawan Persebaya 1 Oktober 2022 kemarin. 

"Dari pihak tamu tidak menghadirkan suporter dari Surabaya. Ini sebenarnya bukan kerusuhan tapi ini adalah insiden," ujar dia. 

Fu menerangkan, tragedi Kanjuruhan, Malang lebih tepatnya insiden kelalaian dari semua pihak. Terutama, menurut dia dari Kesatuan Brimob. 

"Yang saya tahu pihak brimob tidak bisa menahan diri," ujar dia.

Fu sebagai pencinta bola sejati mengaku paham betul regulasi FIFA pada Pasal 19 terurai penjelasan bahwa pihak keamanan tidak boleh masuk ke dalam stadion dengan membawa senjata api dan senjata gas air mata.

"Saya lihat cara pandang sebagai seorang suporter bahwa membawa saja tidak boleh apalagi ditembakan. UU Regulasi FIFA berlaku untuk semua negara," ucap dia.

Faktanya, aparat Brimob bukan saja membawa masuk senjata gas air mata, tapi turut ditembakan secara membabi buta.

 


Aparat Berseragam Hitam-Hitam Lepaskan Gas Air Mata

Polisi dan tentara berdiri di tengah asap gas air mata saat kerusuhan pada pertandingan sepak bola antara Arema Vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, 1 Oktober 2022. Ratusan orang dilaporkan meninggal dunia dalam tragedi kerusuhan tersebut. (AP Photo/Yudha Prabowo)

Fu menyaksikan dengan kepala dan mata sendiri. Ia sedang berada di bangku VIP. Aparat berseragam hitam-hitam pertama kali menembakan gas air mata ke arah lapangan bola utara. 

"Penembakan pertama, kedua, ketiga ke daerah area sentel band. Jadi tidak masuk ke tribun penonton," ujar dia.

Fu mengaku heran tembakan gas air mana tak membuat gentar penonton meninggalkan kursi penonton.

Lagi-lagi aparat berseragam hitam-hitam melepaskan tembakan gas air mata. Namun, kali ini ke arah tribun selatan.

"Karena apa? Karena ada beberapa suporter dari gawang turun. Mungkin maksudnya membantu kawan-kawan yang ada di utara karena telah terjadi penembakan gas air mata yang membabi buta," ujar dia.

Namun, mirisnya kali ini tembakan yang diarahkan ke arah selatan tak lagi ke sentel ban tapi langsung ke tribun penonton.

"Itu yang sayangkan dari pihak mereka. Mereka menembak ke dalam tribun duduk penonton selatan dua kali tiga kali," ujar dia.

Fu mengatakan, aparat TNI juga turut berada di lokasi. Namun, sepadangan matanya, yang melepaskan tembakan gas air mata hanyalah aparat yang mengenakan pakaian seragam hitam.

"Saya tidak pernah melihat anggota TNI menembak gas air mata. Saya tahu tembak ke utara, dan selatan itu dari Brimob," tandas dia.


Jokowi Sudah Bicara Langsung ke Presiden FIFA, Serahkan Sanksi Usai Tragedi Kanjuruhan

Sebelum menghadiri sidang pleno KTT ke-35 ASEAN di Bangkok, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengadakan pertemuan bilateral dengan Presiden FIFA Gianni Infantino. (Foto: Biro Pers)

Sementara itu, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengaku telah berbicara langsung Presiden FIFA Gianni Infantio terkait tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur. Jokowi juga membahas soal posisi di Piala Dunia U-20 dimana Indonesia menjadi tuan rumah dari ajang tersebut.

"Hari Senin malam, saya telah bergabung langsung berbicara langsung dengan Presiden FIFA, Presiden Gianni Infantio. Berbicara banyak mengenai tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang dan juga berbicara mengenai Fifa under twenty berbicara banyak," kata Jokowi kepada wartawan di depan Istana Merdeka Jakarta, Rabu (5/10/2022).

Dia pun menyerahkan kepada FIFA apabila nantinya memberikan sanksi untuk sepak bola Indonesia, usai tragedi Kanjuruhan. Jokowi mengatakan hal tersebut merupakan kewenangan FIFA.

"Tetapi keputusan apapun adalah kewenangan di FIFA," ujar Jokowi.

Sebelumnya, dunia sepakbola Indonesia berduka. Ratusan orang meninggal dunia dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu 1 Oktober 2022. Tragedi ini terjadi usai laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya.

Dalam laga ini, Arema yang menjadi tuan rumah kalah 2-3 dari Persebaya. Pendukung Arema yang tak terima kekalahan timnya langsung menyerbu ke lapangan setelah wasit meniupkan peluit panjang. Kerusuhan pun tak terhindarkan.

Infografis Daftar 131 Nama Korban Meninggal Tragedi Kanjuruhan Malang. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya