Liputan6.com, Jakarta - Tragedi Kanjuruhan Arema yang menyebabkan 131 orang meninggal membuat banyak orang berduka. Rasa duka turut disampaikan banyak pihak baik dari dalam maupun luar negeri terhadap korban dari kejadian yang menelan korban jiwa terbesar kedua di dunia dalam sejarah di stadion sepak bola ini.
Rasa duka juga diungkapkan para politisi tingkat daerah maupun nasional. Lewat akun media sosial maupun di surat kabar, beberapa politisi menyampaikan rasa duka atas para korban yang berjatuhan usai laga Arema vs Persebaya pada 1 Oktober 2022.
Advertisement
Salah satu ucapan duka yang disorot warganet adalah dari pimpinan DPRD Jawa Timur yang mengucapkan 'Turut Berduka Cita yang Mendalam' di sebuah halaman surat kabar. Lalu, terdapat foto para wakil rakyat Jawa Timur dalam ucapan duka itu.
Beberapa diantaranya menampilkan para foto tersenyum. Beberapa warganet merasa tidak pas saat mengucapkan duka dengan foto tersenyum.
"Template DPRD Jatim yang biasa mejeng saat apresiasi/atensi pada peristiwa/prestasi daerah. Dengan format foto yang sama, dipakai berbelasungkawa pd korban tragedi Kanjuruhan. Bayangin pose senyum membingkai kabar duka," cuit pemilik akun @pa***_pela***.
Beberapa warganet juga menyampaikan alangkah lebih baik bila mengucapkan duka tidak memakai foto. Hal itu dirasa lebih menghargai korban.
"Kalau kek gini sama aja kek kampanye dengan kesempatan dalam kesempitan," cuit pemilik akun @panora***ndo***.
Terkait foto tersenyum yang disematkan para politisi dalam ucapan duka tragedi Kanjuruhan Arema psikolog klinis Ratih Ibrahim tidak bisa berkomentar banyak.
"Namanya juga politisi, seberapa sincere (kejujuran) empati mereka itu sulit mengindentifikasinya," kata Ratih lewat pesan teks kepada Health Liputan6.com pada Rabu (5/10/2022).
Mencoba Berprasangka Baik
Ratih menerangkan bahwa senyum itu merupakan komunikasi nonverbal. Maka mesti dicermati dulu senyum seperti apa yang ditunjukkan.
Bila melihat poster ucapan duka dari pimpinan DPRD dan pimpinan fraksi DPRD Jawa Timur, Ratih melihat senyuman mereka masih standar,"Ini senyum sopan saja kok.".
Malah bila tidak senyum, membuat wajah mereka menjadi seram. Hal itu mungkin bisa menambah potensi stres bagi yang melihat lanjut Ratih.
Banyak foto politisi tersenyum di ucapan duka, CEO Personal Growth-Counseling & Development Center Jakarta ini melihatnya untuk berprasangka baik saja.
"Kita berprasangka baik saja ya. Yang bersangkutan menunjukkan empati, sikap ramah dan friendly," Ratih menekankan.
Advertisement
131 Orang Meninggal
Tragedi Kanjuruhan memang meninggalkan luka mendalam. Bagaimana tidak, ada 131 orang meninggal per 5 Oktober 2022 usai laga derby Jatim itu.
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia Muhadjir Effendy mengumumkan ada 125 orang meninggal.
Angka jumlah korban tragedi maut di Stadion Kanjuruhan tersebut bersumber dari Dinas Kesehatan kabupaten Malang, Jawa Timur dan telah dikonfirmasi kepada Wakil Bupati Malang Didik Gatot Subroto.
Data korban jiwa berasal dari sejumlah rumah sakit (RS) yang menangani korban, di antaranya RS Wafa Husada, RSB Hasta Brata Batu, RSUD Kanjuruhan, RSUD Dr. Saiful Anwar, dan RS Teja Husada Kepanjen.
Kemudian data korban juga berasal dari pencatatan di RS Ben Mari Pakisaji, RS Hasta Husada, RSI Gondang Legi, RS Salsabila, RST Soepraon serta informasi dari keluarga korban.
Dari 131 korban tragedi Kanjuruhan Malang meninggal tersebut, terdiri dari 90 laki-laki dan 41 perempuan. Kebanyakan korban remaja dan muda, yakni rentang usia 12 - 24 tahun.
Sementara itu, ada satu korban meninggal masih balita yang berusia 4 tahun.
Kebanyakan Korban Meninggal Usia 12-24
Dari 131 korban tragedi Kanjuruhan Malang meninggal tersebut, terdiri dari 90 laki-laki dan 41 perempuan. Kebanyakan korban remaja dan muda, yakni rentang usia 12 - 24 tahun. Sementara itu, ada satu korban meninggal masih balita yang berusia 4 tahun.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo, Rabu (5/10/2022) memastikan jumlah korban meninggal dalam tragedi Kanjuruhan Malang sebanyak 131 orang. Jumlah itu juga diperoleh setelah dilakukan verifikasi dan pengecekan bersama Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Tim Disaster Victim Investigation (DVI), dan Direktur Rumah Sakit setempat.
"Jadi data korban meninggal 131 orang," kata Dedi pada Rabu, 5 Oktober 2022.
Dedi juga menjelaskan, terjadi selisih data korban meninggal karena Tim DVI bersama Dinas Kesehatan awalnya mendata korban yang dibawa ke rumah sakit saja. Setelah dilakukan pencocokan data, diketahui ada 12 korban meninggal tidak di fasilitas kesehatan (faskes).
"Non faskes penyebab selisihnya setelah semalam dilakukan pencocokan data bersama Dinas Kesehatan, Tim DVI, dan Direktur Rumah Sakit," lanjut Dedi, dikutip dari Regional Liputan6.com.
Advertisement