Liputan6.com, Jakarta - PT Timah Tbk (TINS) telah menerbitkan medium term notes (MTN) dengan jumlah pokok Rp 626 miliar. Pendaftaran efek bersifat utang yang dilakukan tanpa penawaran umum.
Mengutip keterangan resminya, Rabu (5/10/2022), MTN I PT Timah Tbk ditawarkan dengan kupon 7,20 persen per tahun dan tenor 3 tahun sejak diterbitkan. Kemudian, distribusi MTN secara elektronik akan dilakukan pada 5 Oktober 2022.
Advertisement
Kemudian, efek utang tersebut dibeli PT Bukit Asam Tbk dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) yang merupakan pihak terafiliasi PT Timah Tbk dikarenakan adanya pengendalian yang sama yaitu Negara Republik Indonesia.
"Pelaksanaan penerbitan Medium Term Notes I PT TIMAH Tbk Tahun 2022 dilakukan dengan penawaran terbatas sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan POJK No. 30/POJK.04/2019,” tulis manajemen Perseroan, Rabu, 5 Oktober 2022.
Sebelumnya, PT Timah Tbk (TINS) mengungkapkan terkait faktor sentimen global yang mempengaruhi penurunan harga logam timah.
"Pada semester II ini memang harga jual mengalami penurunan, belum berakhirnya lockdown di China, perang Rusia-Ukraina, dan kebijakan suku bunga Fed, cukup mempengaruhi permintaan yang melambat pada semester II ini,” kata Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Timah Tbk, Fina Eliani, dalam Public Expose Live secara virtual, Rabu, 14 September 2022.
Meskipun demikian, berdasarkan data analis, permintaan logam timah diproyeksikan kembali pulih pada 2023. Sehingga, harga jual timah akan kembali meningkat.
Harga Jual Logam Timah
"Namun berdasarkan data analis, diproyeksikan dengan tumbuhnya industri electronic dan populasi dan kebutuhan mobil listrik, diproyeksikan demand di tahun 2023, akan kembali pulih, sehingga harga jual logam dapat kembali meningkat,” kata Fina.
Sementara itu, harga jual logam timah diperkirakan meningkat di atas USD 25.000 per metrik ton (MT).
“Jadi harga jual logam sendiri kami banyak menggunakan analis dari Bloomberg, mereka sebetulnya mereka memiliki asumsi optimis, pesimis, dan moderate, dan di tahun 2023, dengan asumsi moderate diperkirakan harga jual logam akan meningkat di atas USD25.000 per metrik ton,” ujar dia.
Selain itu, Fina mengungkapkan basis TINS ini menggunakan harga logam di LME (London Metal Exchange).
“Harga jual perseroan saat ini full menggunakan harga market, kita tidak ada menggunakan fixed price, saat ini basis kita adalah harga logam di LME (London Metal Exchange). Di semester I, perseroan mendapatkan harga jual yang cukup tinggi di average USD 41.000 dolar per metrik ton,” kata dia.
Advertisement
PT Timah Tbk Bakal Serap Dana Rp 1 Triliun pada 2022 untuk Smelter
Sebelumnya, PT Timah Tbk (TINS) mengungkapkan strategi pembiayaan smelter milikinya Top Submerged Lance Ausmelt Furnace. Proyek smelter tersebut dibiayai oleh ECA Financing, di mana mendapatkan pendanaan dari finnvera dan Indonesia Eximbank dengan fasilitas pendanaan sebesar USD 73 juta atau Rp 1,08 triliun (asumsi kurs Rp 14.906 per dolar AS).
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Timah Tbk, Fina Eliani menuturkan, proyek TSL Ausmelt Furnace mendapatkan pendanaan dari Finnvera dan Indonesia Eximbank dengan fasilitas pendanaan sebesar USD 73 juta (Rp 1,08 triliun)
“Saat ini proyek Ausmelt dibiayai oleh ECA Financing di mana mendapatkan pendanaan dari finnvera dan Indonesia Eximbank dengan fasilitas pendanaan sebesar USD 73 juta,” kata Fina dalam Public Expose Live secara virtual, Rabu (14/9/2022).
Fina menyebutkan, diperkirakan pada tahun ini dana yang digunakan sekitar USD 68 juta atau Rp 1,01 triliun.
“Namun, diperkirakan di tahun 2022 ini yang akan kita gunakan cukup sebesar USD 68 juta dolar saja,” kata Fina.
Selain itu, Fina juge menjelaskan terkait besaran keuntungan yang didapatkan dari proyek TSL Ausmelt Furnace.
"Project Ausmelt ini akan mampu memberikan efisiensi sebesar 25-34 persen, sehingga sebesar itulah kemungkinan akan menambah laba dan profitabilitas perseroan di tahun berikutnya,” ujar dia.
Pengerjaan Smelter
Sebelumnya, smelter baru milik PT Timah atau Top Submerged Lance Ausmelt Furnace hampir rampung. Pengerjaannya telah mencapai 95 persen.
Smelter ini sebelumnya ditarget usai pada akhir 2021 lalu. Namun, sejumlah kendala menghalangi, sehingga pembangunan ditarget selesai pada semester II tahun ini.
Kepala Unit Metalurgi Muntok PT Timah Wiyono menyampaikan pembangunan smelter baru ini hampir rampung. Dengan begitu, ini akan menambah kapasitas produksi bijih timah.
"Ini (ausmelt), jadi dari penambangan dari smelternya semuanya ada proses penambahan kapasitas lah. Ini (ausmelt) sudah 95 persen," katanya kepada wartawan, ditulis Sabtu,
Ini sesuai dengan rencana perusahaan yang akan menambah jumlah kapal isap untuk penambangan di laut. Sehingga, total kapal yang dimiliku PT Timah nantinya berjumlah 60 kapal.
Disamping itu, kata Wiyono, pembangunan smelter ausmelt ini sejalan dengan jenis sumber daya yang digarap perusahaan. Langkah ini juga disebut sebagai upaya menuju pemanfaatan green technology.
"Yang pasti dia teknologinya lebih, kenapa kita ausmelt? Disamping pertimbangan kita resources ya sumber dayanya kita sudah ke arah primer (primary OR), kemudian yang kedua juga menuju ke green technology," kata dia.
Advertisement