Liputan6.com, Lombok Timur - Internet bisa jadi merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi mereka yang tinggal di kota. Namun, bagi mereka yang hidup di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T), koneksi atas internet cepat bisa jadi suatu hal yang mewah atau langka.
Hal tersebut dirasakan oleh setidaknya masyarakat di 7.904 desa di Indonesia yang wilayahnya belum teraliri internet atau blankspot. Contohnya adalah di Desa Selong Belanak, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Advertisement
Untuk bisa menghubungi sanak saudara di rantau, Kepala Dusun Lekok Dalem di Selong Belanak, Rajab, bercerita warganya harus berjalan menaiki bukit yang jaraknya sekitar 1 Km.
Tidak cukup di situ, kadang kala saat sudah di atas bukit, sinyal yang didapat juga tidak stabil. Rasa lelah pun tak terbayar karena tak bisa berkontak dengan sanak saudara di rantau.
Namun, di tahun 2020, pemerintah melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (BAKTI) Kominfo membangun sebuah base tranceiver station (BTS) 4G di Selong Belanak.
"Kami bersyukur BAKTI Kominfo tahun 2020 mulai membangun BTS. Dengan adanya ini, jadi lebih mudah untuk telepon atau internet tanpa harus naik bukit lagi," kata Rajab, di BTS USO BAKTI di Selong Belanak, Rabu (5/10/2022).
Tekno Liputan6.com berkesempatan untuk mengunjungi BTS 4G yang dimaksud. Desa yang dimaksud ditempuh selama dua jam dari kota Lombok.
Meski jalan utama menuju desa diaspal dengan baik, jalan masuk ke lokasi BTS masih merupakan jalan berbatu yang becek saat diguyur hujan. Mobil yang kami tumpangi pun harus berjalan perlahan karena kondisi jalan yang sempit dan berbatu.
Kini setelah tak lagi naik bukit untuk bisa mengakses internet, warga sekitar menjadi nyaman terhubung. Rajab pun mengatakan, setelah adanya jaringan internet, banyak warga yang mulai membuka usaha jual pulsa dan paket. Ke depan dia berharap, lebih banyak warga bisa memanfaatkan internet yang dialirkan BAKTI melalui BTS 4G di sana.
Kebutuhan Internet di Daerah 3T
Sekadar informasi, BTS USO ini menggunakan layanan Telkomsel dan dibangun sepenuhnya oleh BAKTI. Sebelumnya Telkomsel memang terpilih dalam seleksi atas mitra kerja sama penyediaan layanan untuk BTS 4G yang dibangun BAKTI di wilayah ini.
Sementara itu, Direktur Infrastruktur BAKTI Kominfo Bambang Nugroho mengatakan, BTS 4G di wilayah 3T memang sepenuhnya dibangun oleh BAKTI. Begitu pula dengan pemeliharaan infrastrukturnya. Dalam hal ini, melalui skema baru, operator Telkomsel seluler bertindak sebagai penyedia layanan 4G.
Nugroho yang karib disapa Nugi ini mengatakan, kehadiran BTS 4G di daerah 3T adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan akses internet dalam rangka percepatan transformasi digital sekaligus mendukung destinasi wisata super prioritas Mandalika.
Program ini didorong oleh Presiden Joko Widodo di awal pandemi, dengan begitu, masyarakat tetap bisa menjalankan aktivitas bekerja, beribadah, dan belajar dari rumah dengan lancar. Ekonomi digital pun diharapkan tumbuh dari kehadiran BTS 4G di desa-desa yang belum teraliri internet itu.
Advertisement
BAKTI Akan Bangun 7.000 BTS
Sekadar informasi, berdasarkan kajian awal, desa yang belum tercover sinyal 4G sejumlah 12.548 desa. Dari jumlah tersebut, BAKTI harus menggarap jaringan 4G di 9.113 desa. Sementara operator kebagian menggarap jaringan di 3.435 desa.
"Dari 9.113 desa, 7.904 desa blankspot, sementara sisanya tersedia sinyal 2G atau 3G only. Di desa yang tersedia sinyal 2G atau 3G only perlu di-upgrade ke 4G untuk mendukung transformasi digital," katanya.
Saat ini capaian BAKTI secara nasional, ada 4.321 lokasi BTS yang sudah on air. Jumlah ini terus bergerak seiring dengan upaya yang dilakukan BAKTI.
Selanjutnya, di tahun 2024, Nugie berharap bisa menyelesaikan pembangunan 7.000 BTS dan meng-on-air-kannya.
"Kami mengejar 7.000-an site, tentu tergantung dari ketersediaan anggaran tiap tahun, tetapi ini terus berproses," katanya.
(Tin/Ysl)