Liputan6.com, Jakarta - Anjing dikenal sebagai hewan dengan daya penciuman tajam. Sebuah studi terbaru bahkan menyebut anjing sebagai binatang peliharaan juga bisa mendeteksi majikannya yang sedang stres.
Dikutip dari CNN, Sabtu, 8 Oktober 2022, anjing ternyata dapat mencium perbedaan antara bau manusia saat mereka stres dan saat mereka tenang, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal PLOS ONE. Studi terbaru ini mengukur tingkat stres peserta manusia untuk meningkatkan keakuratan hasil.
Baca Juga
Advertisement
Para peneliti pertama-tama mengumpulkan sampel napas dan keringat dari peserta penelitian untuk digunakan sebagai dasar. Setelah itu, orang-orang ini melakukan tugas aritmatika mental, menghitung mundur di depan dua peneliti selama tiga menit.
"Jika peserta memberikan jawaban yang benar, mereka tidak diberi umpan balik dan diharapkan untuk melanjutkan, dan jika mereka memberikan jawaban yang salah, peneliti akan menyela dengan 'tidak' dan memberi tahu mereka jawaban terakhir yang benar," kata penulis utama studi Clara Wilson, seorang kandidat doktoral di Queen's University Belfast di Irlandia Utara.
Tim peneliti mengumpulkan sampel napas dan keringat lagi setelah tugas selesai. Selain itu, para peneliti mengumpulkan tingkat stres, detak jantung, dan tekanan darah yang dilaporkan sebelum dan sesudah tugas yang diberikan.
Sebanyak 36 peserta yang melaporkan merasa stres, mengalami peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Para peneliti lalu mempresentasikan sampel napas dan keringat setelah penugasan dari satu orang ke 20 anjing bersama dengan dua sampel kontrol kosong lainnya. Anjing perlu memilih sampel yang benar setidaknya tujuh dari 10 kali untuk pindah ke fase berikutnya.
Mengidentifikasi Stres
Pada fase kedua dan terakhir, tim peneliti menunjukkan empat anjing yang lolos fase satu kembali ditugaskan mengendus sampel yang sama yang ditugaskan sebelum mengerjakan tugas dan sampel kontrol. Anjing-anjing itu lalu ditunjukkan sampel hingga 20 kali. Hewan yang diuji perlu berhasil mengidentifikasi aroma stres yang asli setidaknya 80 persen agar hasilnya bisa disimpulkan.
Anjing-anjing itu memilih sampel yang tepat dalam 93,3 persen percobaan yang menunjukkan bahwa bau stres sangat berbeda dari sampel awal. "Sangat menarik melihat bagaimana anjing bisa membedakan bau-bauan ini ketika satu-satunya perbedaan adalah bahwa respons stres psikologis telah terjadi," kata Wilson.
Penelitian juga mengungkap anjing memiliki indra penciuman yang kuat. Setidaknya mereka punya 220 juta reseptor penciuman dibandingkan dengan manusia yang hanya memiliki 50 juta reseptor.
Inilah yang membuat anjing 'sangat efektif dalam membedakan dan mengidentifikasi bau,' kata Dr. Mark Freeman, asisten profesor klinis di departemen ilmu klinis hewan kecil di Virginia Tech di Blacksburg. Dia tidak terlibat dalam penelitian.
Advertisement
Reseptor Penciuman
Reseptor penciuman adalah ujung saraf kecil yang terletak di dalam lubang hidung Anda yang memungkinkan untuk mencium. "Meskipun kita tidak dapat mengetahui dengan pasti mengapa anjing mengembangkan indera penciuman yang tajam, hal itu sangat mungkin terkait dengan kebutuhan untuk mengidentifikasi mangsa, potensi ancaman, status reproduksi, dan hubungan keluarga dalam pengaturan paket antara lain," Freeman menerangkan.
Sebanyak 20 anjing peliharaan direkrut dari sekitar Belfast, Irlandia Utara, dan empat di antaranya berhasil menyelesaikan seluruh penelitian. Sebagian besar anjing yang gagal disebabkan mereka menunjukkan tanda-tanda kecemasan ketika dipisahkan dari pemiliknya, atau mereka tidak dapat tetap fokus sepanjang waktu.
Jika para anjing dalam penelitian ini dibesarkan sejak lahir dengan tujuan untuk mengendus stres, lebih banyak anjing kemungkinan besar akan menyelesaikan penelitian. Ada cocker spaniel jantan, cockapoo betina, tipe lurcher jantan, juga dikenal sebagai anjing persilangan, dan tipe terrier betina. Usia mereka berkisar antara 11 hingga 36 bulan.
Aplikasi di Dunia Nyata
Semua anjing memiliki indera penciuman yang kuat, tetapi spaniel, terrier, dan lurcher kemungkinan akan menggunakan reseptor penciuman mereka lebih teratur sebagai anjing pemburu, kata Freeman. Ini bisa menjadi faktor keberhasilan mereka dalam penelitian.
Bila diimplementasikan dalam dunia nyata, anjing terlatih bisa membantu orang dengan kondisi kesehatan mental, seperti kecemasan dan gangguan stres pascatrauma. "Mengetahui bahwa ada komponen bau yang terdeteksi pada stres dapat meningkatkan diskusi tentang nilai pelatihan berbasis aroma menggunakan sampel dari individu pada saat stres versus tenang," kata Wilson.
Meski menjanjikan, Wilson menyebut perlu lebih banyak eksperimen perlu dilakukan di luar laboratorium untuk melihat seberapa aplikatif hasil penelitian ini di dunia nyata. Temuan ini juga membuka pintu untuk penelitian di masa depan untuk menyelidiki apakah anjing dapat membedakan antara emosi, ditambah berapa lama bau dapat dideteksi.
Sementara itu, studi berbeda menunjukkan bahwa anjing mungkin menangis ketika bersatu kembali dengan pemiliknya. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Current Biology, mengukur jumlah air mata di mata anjing dengan alat tes bernama Schirmer, yang ditempatkan di bawah kelopak mata.
Penelitian membandingkan sejumlah air mata di mata anjing selama interaksi normal dengan pemiliknya, kemudian dibandingkan pada jumlah air mata mereka setelah berpisah selama lima hingga tujuh jam. Temuannya disimpulkan bahwa anjing kemungkinan menunjukkan emosi saat kembali bersatu dengan pemiliknya.
"Ada kemungkinan anjing menunjukkan mata berkaca-kaca saat berinteraksi dengan pemilik yang benar-benar merawatnya," kata Takefumi Kikusui, salah satu penulis studi dari Universitas Azabu di Jepang, dikutip dari JapanTime.
Advertisement