Jenis Stroke, Faktor Risiko, Gejala, dan Pengobatannya, Kamu Wajib Tahu Demi Nyamankan Kualitas Hidup

Diketahui hampir 800 ribu orang mengalami stroke setiap tahun. Jika dijabarkan, jumlah tersebut setara dengan satu orang terserang stroke setiap 40 detik.

oleh stella maris pada 06 Okt 2022, 13:52 WIB
Ilustrasi stroke iskemik/Shutterstock-create jobs 51.

Liputan6.com, Jakarta Dokter Spesialis Bedah Saraf RS EMC Tangerangdr. I Gde Anom Ananta, Sp.BS menjelaskan, ketika otak tidak menerima oksigen dan nutrisi yang cukup dan sel-sel otak mulai mengalami kerusakan kerusakan dan mati adalah penyebab stroke yang sudah sampai kondisi emergency dan butuh perawatan darurat. 

Ya, stroke dapat terjadi karena adanya penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak, sehingga mengganggu atau mengurangi suplai darah ke otak secara tiba-tiba. Menyoal penyakit saraf ini, stroke merupakan penyebab kematian kelima terbanyak di dunia. 

Diketahui hampir 800 ribu orang mengalami stroke setiap tahun. Jika dijabarkan, jumlah tersebut setara dengan satu orang terserang stroke setiap 40 detik. Meski demikian, ilmu kedokteran yang kian maju memiliki cara terkait manajemen stroke, untuk menekan angka kematian maupun kecacatan. 

Dampak baiknya, manajemen stroke dapat menurunkan angka kesakitan dan berangsur-angsur semakin turun setiap tahunnya. Nah, ketika bicara tentang stroke, kamu wajib mengetahui bahwa ada tiga jenis utama penyakit ini, yaitu: 

  1. Stroke iskemik adalah jenis stroke paling umum dan jumlah penderitanya mencapai 87% dari semua kasus. Jenis stroke ini disebabkan karena adanya sumbatan akibat bekuan darah mencegah darah dan oksigen mencapai area otak
  2. Stroke hemoragik yang terjadi ketika pembuluh darah pecah dan penyebabnya adalah tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol atau adanya kelainan pembuluh darah otak seperti aneurisma atau malformasi arteriovenosa (AVM)
  3. Transient ischemic attack (TIA) adalah jenis stroke yang disebabkan ketika aliran darah ke otak tidak memadai hanya untuk sementara. Aliran darah kemudian dapat normal kembali dalam waktu singkat, gejala hilang tanpa pengobatan, biasanya di bawah 24 jam. Beberapa orang menyebutnya dengan mini stroke.

Dari tiga jenis stroke tersebut, pertanyaannya sekarang, apakah yang menyebabkan terjadinya stroke? Meski setiap jenis stroke memiliki faktor risiko yang berbeda, namun faktor paling umum seseorang dapat menderita stroke adalah sebagai berikut: 

  • Berusia 60 tahun atau lebih
  • Obesitas (kelebihan berat badan)
  • Riwayat stroke sebelumnya atau pada keluarga
  • Hipertensi (tekanan darah tinggi)
  • Diabetes (kencing manis/gula darah tinggi)
  • Dislipidemia (kolesterol tinggi)
  • Penyakit jantung atau kelainan pembuluh darah lainnya
  • Kelainan pembuluh darah otak (AVM, aneurisma)
  • Tidak banyak bergerak (jarang berolahraga)
  • Konsumsi alkohol secara berlebihan
  • Perokok

Dari faktor-faktor tersebut, tentunya ada gejala defisit fungsi saraf yang muncul tanpa peringatan alias mendadak. Beberapa gejala utamanya, seperti: 

  • Sakit kepala, bisa disertai dengan muntah dan kesadaran menurun
  • Kesulitan berjalan, termasuk pusing dan gangguan koordinasi
  • Gangguan penglihatan (mata kabur atau pandangan ganda)
  • Mati rasa atau ketidakmampuan untuk menggerakkan satu sisi wajah
  • Kelemahan lengan dan kaki di satu sisi tubuh
  • Kesulitan berbicara dan memahami pembicaraan

Nah, jika salah satu dari gejala di atas muncul atau terjadi, ada baiknya kamu segera menghubungi layanan emergency dari rumah sakit terdekat. Mengapa harus segera? Itu karena kesembuhan penderita stroke sangat tergantung pada seberapa cepat perawatan dilakukan. 

Jika semakin terlambat, maka dapat terjadi kerusakan otak permanen atau kematian. Untuk hasil terbaik, penanganan harus dimulai paling lambat 3 jam sejak gejala pertama kali muncul. Yup, time is brain!


Pemeriksaan Stroke

Dari faktor risiko yang mungkin terjadi, setiap orang yang berusia 30 tahun ke atas, disarankan untuk rutin melakukan skrining general check up. Tujuannya sebagai upaya pencegahan dini. 

Namun jika terlambat mendiagnosia ketika sudah mengetahui faktor risiko dan gejala yang dirasakan, tentunya kamu harus melakukan serangkaian pemeriksaan stroke. Ada beberapa macam pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan jenis stroke, antara lain:

  • Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik: Ini merupakan pemeriksaan yang dilakukan mengenai gejala yang dialami saat ini dan riwayat kesehatan sebelumnya. Selanjutnya dokter spesialis saraf akan memeriksa kekuatan otot, refleks, sensasi, penglihatan, dan koordinasi, serta tekanan darah dan tanda-tanda vital lainnya
  • Tes Darah: Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengukur kadar zat tertentu dalam darah, termasuk faktor pembekuan, jumlah sel-sel darah, gula darah, faktor lipid, dan lainnya
  • CT scan dan MRI: Pemeriksaan CT scan memiliki kemapuan lebih baik dalam melihat stroke hemoragik sementara MRI lebih baik pada stroke iskemik
  • Angiografi: Pemeriksaan ini dilakukan jika dicurigai terdapat kelainan pembuluh darah otak seperti aneurisma atau AVM.

Pengobatan Stroke dengan Jalani Terapi

Setiap jenis stroke memiliki penanganan atau perawatan kesembuhan yang bereda. Stroke iskemik dan hemoragik misalnya, memiliki penyebab dan efek yang berbeda pada tubuh, sehingga memerlukan terapi yang berbeda juga. Maka dari itu  diagnosis cepat sangat penting guna mengurangi terjadinya kerusakan otak dan memungkinkan untuk mengobati menggunakan metode yang sesuai untuk jenisnya.

Stroke Iskemik

  • Terapi dimulai dengan memberikan obat untuk memecah bekuan darah dan mencegah bekuan darah lainnya terbentuk. Obat yang diberikan berupa pengencer darah seperti aspirin atau tissue plasminogen activator (TPA) yang sangat efektif untuk menghancurkan bekuan darah
  • Prosedur lainnya termasuk pemberian TPA langsung ke pembuluh darah di otak atau menggunakan kateter untuk mengeluarkan bekuan darah secara langsung
  • Ada prosedur lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko stroke atau TIA, yaitu endarterektomi karotis, dengan melakukan pembedahan pada arteri karotis untuk menghilangkan plak yang dapat pecah dan menyumbat di pembuluh darah otak
  • Pilihan lain adalah angioplasti. Prosedur ini dilakukan dengan menggembungkan balon kecil di dalam pembuluh darah yang menyempit menggunakan kateter. Setelah itu akan dimasukkan mesh atau stent ke dalam pembuluh darah untuk mencegah penyempitan.

Stroke Hemoragik

  • Terapi dimulai dengan memberikan obat yang dapat mengurangi tingginya tekanan di otak serta mengontrol tekanan darah secara keseluruhan, mencegah kejang dan penyempitan pembuluh darah secara tiba-tiba
  • Jika seseorang menggunakan antikoagulan, pengencer darah, atau antiplatelet, seperti warfarin atau clopidogrel, maka obat-obatan tersebut dihentikan sementara waktu
  • Pembedahan untuk mengangkat gumpalan darah dapat dilakukan pada kondisi tertentu, antara lain jumlah perdarahan lebih dari 20cc, penumpukan cairan otak, serta adanya kelainan pembuluh darah otak seperti aneurisma dan AVM.

Pengobatan Stroke dengan Rehabilitasi

Stroke adalah peristiwa yang dapat mengubah hidup seseorang baik berupa gangguan fisik maupun mental yang bertahan lama. Rehabilitasi melibatkan terapi khusus dan sistem pendukung, antara lain:

  • Terapi wicara: membantu mengatasi masalah dalam berbicara atau memahami pembicaraan. Latihan, relaksasi, dan perubahan gaya komunikasi dapat membuat komunikasi menjadi lebih mudah
  • Terapi fisik: membantu mempelajari kembali gerakan dan koordinasi. Penting untuk tetap aktif, meskipun ini mungkin sulit pada awalnya
  • Terapi okupasi: membantu meningkatkan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, seperti mandi, memasak, berpakaian, makan, membaca, menulis, dan lainnya
  • Kelompok pendukung: membantu mengatasi masalah kesehatan mental yang dapat terjadi setelah stroke, seperti depresi. Banyak yang merasakan manfaat untuk berbagi pengalaman dan bertukar informasi
  • Dukungan dari teman dan keluarga: teman dekat dan kerabat harus memberikan dukungan. Memberi tahu teman dan keluarga apa yang dapat dilakukan untuk membantu sangatlah penting.

Ya, patut kamu ketahui bahwa rehabilitasi adalah bagian penting dan berkelanjutan dari perawatan stroke. Dengan bantuan yang tepat dan dukungan dari orang-orang terkasih, maka kualitas hidup penderita stroke dapat kembali ataupun mendekati yang normal.

Head Trauma and Brain Clinic RS. EMC Tangerang unggul dalam menangani Kasus CIDERA OTAK, STROKE PERDARAHAN, serta KELAINAN OTAK dan SARAF lainnya, seperti:

TRAUMA (Kecelakaan, Jatuh, Olahraga, Kekerasan, Bencana)

  1. Perdarahan Otak (EDH, SDH, ICH, IVH, SAH)
  2. Patah Tulang Kepala
  3. Kebocoran Cairan Otak
  4. Trauma Tembus/Tembak Kepala
  5. Robekan Kulit Kepala. dll.

NON TRAUMA

  1. Stroke Perdarahan (Pecah Pembuluh Darah Otak)
  2. Penumpukan Cairan Otak (Hidrosefalus)
  3. Infeksi/Keradangan Otak
  4. Tumor/Kanker Otak
  5. Kejang/Epilepsi, dll.

KEUNGGULAN

  • Didukung oleh Dokter Spesialis Bedah Saraf Fellowship dan Dokter Spesialis Anestesi Konsultan Neuroanestesi-Neuro Intensive Care yang ahli dan telah berpengalaman puluhan tahun, yaitu:
    • dr. I Gde Anom A. Yudha, Sp.BS., FINO, FINSS, FICS
    • dr. Harum Johan, Sp.BS
    • Dr. dr. Dyah Yarlitasari, Sp.An., KNA-NIC
  • Peralatan operasi yang canggih dan mutakhir
  • Tenaga paramedis yang kompeten, care, dan profesional
  • Fasilitas perawatan berupa 15 ruangan ICU beserta Ventilator (alat bantu pernapasan) yang sangat dibutuhkan oleh Pasien Bedah Saraf
  • Fasilitas penunjang diagnostik yang advance (CT Scan 128 slices dan MRI Scan 1,5 Tesla).

Jika kamu mengalami gejala stroke atau ada anggota keluarga yang mengalami stroke, segera datang ke rumah sakit yang memiliki fasilitas memadai dan tenaga ahli (dokter spesialis) terpercaya. Kamu dapat berkonsultasi dengan Dokter Spesialis Bedah Saraf RS EMC Tangerang, dr. I Gde Anom Ananta, Sp.BS. Untuk informasi lebih lanjut, silahkan hubungi : Vivi (0857-1783-6336).

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya