Liputan6.com, Jakarta - Kondisi pasar kripto yang berubah-ubah adalah sesuatu yang wajar. Pada 2021, total nilai transaksi perdagangan aset kripto mencapai Rp 859,5 triliun.
Sedangkan, total nilai transaksi pada Januari Agustus 2022 tercatat sebesar Rp 249,3 triliun atau turun 56,35 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Advertisement
Terkait penurunan nilai transaksi kripto, Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo), Teguh Kurniawan Harmanda mengatakan penurunan transaksi kripto di Indonesia merupakan efek domino dari apa yang terjadi di global. Market global tengah dihantam oleh situasi makroekonomi yang kurang baik.
“Guncangan sistem keuangan global bisa memberikan efek cukup besar bagi pasar kripto. Guncangan tersebut adalah situasi makroekonomi yang goyah, akibat resesi dan geopolitik yang memanas. Hal ini bisa membuat seperti crypto winter saat ini,” kata pria yang akrab disapa Manda, kepada Liputan6.com, Kamis, 6 Oktober 2022.
Manda menjelaskan, berdasarkan data Coinmarketcap, kapitalisasi pasar kripto global turun di bawah USD 1 triliun atau sekitar Rp 15.197 triliun, jauh lebih rendah saat mencapai titik tertinggi Bitcoin pada November 2021 yang bisa tembus lebih dari USD 2 triliun.
“Di samping itu, lesunya market kripto juga didorong oleh kebijakan moneter AS, di mana pangsa pasar kripto terbesar ada di sana,” jelas Manda.
Pengetatan kebijakan The Fed menaikkan suku bunga guna menekan inflasi membuat investor tidak bergairah masuk ke market kripto maupun saham. Resesi karena kenaikan suku bunga yang lebih tinggi pada akhirnya menyebabkan harga komoditas yang lebih tinggi dan daya beli melemah, investor akan menjauhi market kripto.
“Kenaikan harga kebutuhan pokok membuat investor untuk berinvestasi di aset safe haven, seperti uang fiat. Ini yang mulai terasa di Indonesia, investor memilih untuk wait and see menunggu momen yang tepat untuk masuk kembali ke market kripto, di saat situasi makroekonomi sudah stabil,” tutur Manda.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Prospek
Prospek Transaksi Kripto di Indonesia ke Depan
Meskipun harga aset kripto sedang mengalami penurunan, menurut Manda itu tidak mengurangi minat masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen ini. Fenomena penurunan harga ini juga merupakan hal yang wajar sebagai bagian dari suatu mekanisme pasar pada industri aset kripto.
"Aset kripto tentu masih menarik untuk dijadikan sebagai instrumen investasi dalam jangka panjang. Dorongan untuk membuat industri kripto kembali bergairah bisa datang dari revisi Peraturan Bappebti UU No.8 Tahun 2021 yang sebentar lagi akan rampung,” kata Manda.
Di samping itu, adanya bursa kripto atau Bursa Berjangka, exchange kripto yang terdaftar di Bappebti bisa menjalankan layanan lebih baik dan menambahkan fitur untuk keamanan dan kenyamanan nasabah. Kehadiran bursa kripto di Indonesia sudah dinanti sejak lama oleh para pelaku usaha kripto, terutama exchange.
“Selain itu juga dilengkapi dengan lembaga kliring dan kustodian akan menguatkan ekosistem kripto di Indonesia. Diharapkan dengan regulasi yang tepat dan penguatan ekosistem bisa meningkatkan trust dan confidence investor untuk bertransaksi,” pungkas Manda.
Advertisement
Popularitas Kripto di Amerika Serikat Menurun Akibat Crypto Winter
Sebelumnya, popularitas cryptocurrency dengan investor Amerika sedang menurun. Menurut survei Bankrate September, pada 2022, hanya sekitar 21 persen orang Amerika yang merasa nyaman berinvestasi dalam cryptocurrency. Itu turun dari 35 persen pada 2021. Penurunan ini terjadi di tengah kondisi yang disebut crypto winter.
Meskipun tingkat kenyamanan turun dengan investor lintas generasi, penurunan itu paling tajam di kalangan milenial. Hampir 30 persen investor Amerika Serikat berusia antara 26 dan 41 tahun merasa nyaman pada 2022, dibandingkan dengan hampir 50 persen pada 2021.
Penurunan ini tidak mengejutkan, mengingat hampir USD 2 triliun atau sekitar Rp 30.395 triliun telah hilang dari seluruh pasar kripto sejak November 2021. Harga mata uang digital populer seperti bitcoin telah berjuang untuk mencapai level tertinggi 2021.
Salah satu perwakilan Bankrate, James Royal mengatakan trader aset apa pun adalah penggemar keuntungan. Dengan cryptocurrency utama seperti Bitcoin dan Ethereum turun lebih dari 70 persen dari tertinggi sepanjang masa, tidak mengherankan jika peminatnya menurun.
"Penurunan harga kripto tidak membantu penyebab menarik lebih banyak orang ke kripto,” ujar Royal, dikutip dari CNBC, Jumat, 30 September 2022.
Bitcoin telah diperdagangkan antara USD 18.000 dan USD 25.000 sejak Juni turun dari rekor tertinggi lebih dari USD 65.000 pada November 2021. Cryptocurrency dianggap sebagai aset yang sangat fluktuatif yang tunduk pada fluktuasi harga yang tidak dapat diprediksi.
Pakar keuangan biasanya menyarankan untuk tidak menginvestasikan lebih banyak uang ke dalam cryptocurrency karena tidak ada jaminan untuk mendapatkan keuntungan.
Harga Kripto 6 Oktober 2022
Sebelumnya, harga bitcoin dan kripto teratas lainnya terpantau alami pergerakan yang beragam pada perdagangan Kamis, 6 Oktober 2022. Mayoritas kripto kembali melemah setelah sempat menguat hari sebelumnya.
Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Kamis pagi, 6 Oktober 2022, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) kembali melemah 0,76 persen dalam 24 jam, tetapi masih menguat 2,87 persen sepekan.
Saat ini, harga Bitcoin berada di level USD 20.115 per koin atau setara Rp 305,8 juta (asumsi kurs Rp 15.206 per dolar AS).
Ethereum (ETH) turut melemah Kamis pagi ini. ETH ambles 0,39 persen dalam 24 jam, tetapi masih menguat 0,79 persen dalam sepekan. Dengan begitu, saat ini ETH berada di level USD 1.351 per koin.
Kripto selanjutnya, Binance coin (BNB) juga melemah tipis pagi ini. Dalam 24 jam terakhir BNB turun 0,59 persen. Namun, masih menguat, 4,12 persen sepekan. Hal itu membuat BNB dibanderol dengan harga USD 293,47 per koin.
Kemudian Cardano, kembali melemah. Dalam satu hari terakhir ADA melorot 0,86 persen dan 1,74 persen sepekan. Dengan begitu, ADA berada pada level USD 0,4309 per koin.
Adapun Solana (SOL) kembali bertengger di zona merah. Sepanjang satu hari terakhir SOL ambles 0,61 persen, tetapi masih menguat 1,70 persen sepekan. Saat ini, harga SOL berada di level USD 33,87 per koin.
Advertisement
Harga Kripto Lainnya
Sedangkan XRP masih perkasa pagi ini di antara kripto teratas lainnya. XRP naik 3,10 persen dalam 24 jam terakhir dan 9,91 persen sepekan. Dengan begitu, XRP kini dibanderol seharga USD 0,4943 per koin.
Koin Meme Dogecoin (DOGE) juga turut melemah pada perdagangan pagi ini. Dalam satu hari terakhir DOGE anjlok 1,49 persen, tetapi masih menguat 6,45 persen sepekan. Ini membuat DOGE diperdagangkan di level USD 0,06444 per token.
Stablecoin Tether (USDT) dan USD coin (USDC), pada hari ini sama-sama menguat 0,01 persen. Hal tersebut membuat harga keduanya masih bertahan di level USD 1,00.
Sedangkan Binance USD (BUSD) menguat 0,01 persen dalam 24 jam terakhir, membuat harganya masih berada di level USD 1,00.
Adapun untuk keseluruhan kapitalisasi pasar kripto dalam 24 jam alami pelemahan ke level USD 960,8 miliar dari sebelumnya di level USD 966,4 miliar.