Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan 100 galeri investasi (GI) baru pada 2023. Hal ini merujuk pada jumlah investor ritel yang masih mencatatkan tren pertumbuhan.
"GI yang saat ini jumlahnya sudah 700. Mudah-mudahan tahun depan bertambah sekitar 100 GI. Tapi nanti kita lihat dulu karena biasanya untuk proses pendiriannya melibatkan kerja sama banyak pihak," kata Kepala Divisi Pengembangan Pasar BEI, Dedy Priadi dalam Edukasi Wartawan Pasar Modal, Kamis (6/10/2022).
Advertisement
Per September 2022, BEI telah memiliki 710 GI yang tersebar di seluruh Indonesia. Dedy mengatakan, edukasi yang diberikan melalui Galeri Investasi diharapkan dapat memberikan pencerahan bagi investor pemula utamanya.
"Jadi target tahun depan kita ingin edukasi lebih banyak investor. Karena semakin mudah atau semakin banyak orang teredukasi, berarti tingkat literasi kita semakin tinggi. Karena edukasi itu perlindungan investor yang paling awal," kata dia.
BEI memiliki tiga tipe GI yang saat ini beroperasi. Pertama, konvensional (GI BEI), merupakan kerja sama antara BEI, institusi, dan Anggota Bursa (AB) mitra, yang menyediakan fasilitas ruangan khusus secara fisik untuk aktivitas GI BEI berada.
Kedua, Galeri Investasi Syariah (GIS BEI). Tipe ini melibatkan pihak yang sama dengan GI BEI konvensional namun menerapkan prinsip syariah dalam bertransaksi. Selanjutnya, Galeri Investasi Digital (GID BEI). Melibatkan kerja sama antara BEI, institusi dan AB mitra yang aktivitasnya dilakukan secara digital dan tidak mensyaratkan adanya fasilitas berupa ruangan khusus.
Terakhir, Galeri Investasi Edukasi (GIE BEI). Menariknya, tipe ini melibatkan kerja sama antara BEI, SMA/SMAK atau diwakili Yayasan, GI BEI perguruan tinggi atau non perguruan tinggi, dan AB mitra.
Peran perguruan tinggi atau non perguruan tinggi dalam pendirian GIE BEI adalah sebagai pendamping. Pendirian GIE BEI mensyaratkan adanya fasilitas ruangan yang dipergunakan sebagai aktivitas GIE BEI di lokasi tempat GIE BEI berada.
OJK: Minat Investor untuk Investasi di Pasar Modal Naik 3 Kali Lipat per Juni 2022
Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, mengatakan adanya pandemi covid-19 tidak menyurutkan minat investor untuk melakukan investasi di pasar modal. Hal itu terbukti investor pasar modal tumbuh 3 kali lipat hingga Juni 2022.
"Investor pasar modal pada bulan Juni 2022 ini telah tumbuh 3,7 kali lipat atau 370 persen, yaitu menjadi 9,3 juta investor dibandingkan pada tahun 2019 pra pandemi yang hanya sebesar 2 juta investor," kata Mahendra dalam LIKE IT : Sustain Habit in Investing, Invest in Sustainable Instruments, Jumat (12/8/2022).
Mahendra mengakui, saat pandemi dianggap sebagai satu kondisi yang paling mencekam dan mengancam stabilitas perekonomian, dan mengancam kondisi kesehatan masyarakat dan keseluruhan stabilitas bangsa dan negara. Namun, disisi lain pandemi juga membawa momentum positif bagi kebangkitan investor ritel di pasar modal.
Justru hal yang menarik, kata Mahendra, dari tambahan investor itu 81 persen merupakan investor generasi milenial dan Generasi Z. Peningkatan jumlah investor domestik itu, merupakan hasil dari upaya seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan berbagai program sosialisasi dan literasi keuangan kepada masyarakat.
"Tetapi kita tidak bisa menyangkal juga, karena kondisi pada saat pandemi yang lebih banyak waktu diberikan untuk masyarakat menggunakan komunikasi digital, sehingga itu pun memberikan suatu momentum tambahan terhadap peluang untuk meningkatkan literasi produk keuangan dan investasi," ujarnya.
Advertisement
Kebijakan Tepat
Namun demikian, pihaknya juga harus memperhatikan perkembangan tersebut dengan suatu langkah dan kebijakan yang tepat. Sebab ditemukan pertumbuhan investor ritel selama pandemi dibarengi dengan tren kerugian investor ritel yang meningkat, baik dalam pasar domestik maupun internasional atau cross border.
"Hal ini harus ditindaklanjuti dengan peningkatan perlindungan investor khususnya investor ritel. Fenomena meningkatnya jumlah investor di pasar modal memang benar menggembirakan," ujarnya
Namun hal itu perlu dicermati dengan upaya meningkatkan pemahaman dan pengetahuan investasi pada instrumen keuangan, agar investor memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai, sehingga tidak hanya menimbulkan herd behavior, noise trading, maupun investing in bubbles.
"Jangan hanya untuk mengejar yield yang tinggi tanpa memperhitungkan resiko aspek legalitas produk serta logika yang mendasar," ujarnya.
Lebih lanjut, Mahendra menjelaskan, salah satu masuknya investor muda pasar modal adalah tingkat literasi mengenai investasi yang semakin tinggi, yang ditopang oleh berbagai kanal informasi yang semakin mudah diakses, terutama melalui sosial media.
Digitalisasi
Di sisi lain digitalisasi juga membuat proses transaksi efek di pasar modal semakin mudah dan terjangkau, termasuk pembukaan rekening efek kini dapat dilakukan melalui internet, salah satunya melalui agen penjual perusahaan teknologi fintech.
Tercatat generasi milenial di dunia lebih tertarik pada investasi yang berkelanjutan, atau memiliki dampak positif pada sosial dan lingkungan.
"Berdasarkan suatu studi, generasi milenial yang berinvestasi justru lebih banyak pada investasi berkelanjutan secara proporsional dari keseluruhan portofolio mereka dibandingkan dengan generasi yang lebih tua," katanya.
Investor uang berusia antara 18 sampai 36 tahun mengatakan, mereka menginvestasikan rata-rata 41 persen dari portofolionya pada investasi berkelanjutan.
"Tentu alasan utama adalah harapan bagi investasi tadi dilakukan pada produk perusahaan-perusahaan dan lembaga yang memiliki kegiatan bisnis yang mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan, memperhatikan kesejahteraan masyarakat dan dilaksanakan memenuhi prinsip good governance yang baik," pungkasnya.
Advertisement