Bursa Saham Asia Anjlok Jelang Laporan Pekerjaan AS

Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Jumat, 7 Oktober 2022 mengikuti wall street jelang rilis data tenaga kerja AS.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 07 Okt 2022, 09:15 WIB
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik jatuh pada Jumat (7/10/2022), menjelang laporan pekerjaan bulanan Amerika Serikat (AS) atau laporan pekerjaan AS, yang kemungkinan akan memandu keputusan moneter bank sentral AS atau the Fed pada November 2022.

Tambahan tenaga kerja diperkirakan meningkat 275.000 pada September, dan pengangguran diperkirakan stabil di 3,7 persen, menurut ekonom yang disurvei oleh Dow Jones.

Indeks Nikkei 225 di Jepang turun 1,35 persen dan indeks Topix turun 1,29 persen. Kospi . Korea Selatan tergelincir 0,8 persen dan Kosdaq turun 0,93 persen.

Di Australia, S&P/ASX 200 turun 0,64 persen. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,41 persen. Pasar di daratan China  tetap tutup karena libur.

Semalam di AS, indeks utama turun Dow Jones Industrial Average turun 346,93 poin, atau 1,15 persen, menjadi 29.926,94. S&P 500 turun 1,02 persen menjadi 3.744,52, sedangkan Nasdaq Composite turun 0,68 persen menjadi 11.073,31.

"Ekuitas berjuang karena pasar menunggu data penggajian AS yang sangat dinanti  dan karena komentar dari pejabat Fed mempertahankan getaran lebih dibutuhkan," tulis analis ANZ Research dalam catatan, dikutip dari CNBC, Jumat (7/10/2022)

Sementara itu, pembuat chip Korea Selatan Samsung Electronics mengumumkan penurunan laba operasi 31,7 persen pada kuartal III 2022 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, menurut rilis pendapatan awal.

Menurut keterangan resminya, permintaan semikonduktor telah melambat, laba operasional turun menjadi 10,8 triliun won Korea atau USD 7,65 miliar setara dengan sekitar Rp 116,65 triliun (asumsi kurs Rp 15.249 per dolar AS) dibandingkan dengan 15,8 triliun won pada kuartal II 2021. 

Penurunan tersebut menjadi yang pertama dalam laba kuartalan sejak kuartal IV 019, menurut data dari Refinitiv Eikon. Penjualan naik menjadi 77 triliun won Korea pada kuartal Juli-September, dari 73,98 triliun won pada periode yang sama tahun lalu. Saham Samsung Electronics turun sebanyak 1,95 persen dalam perdagangan pagi di Asia.


Penutupan Bursa Saham Asia pada 6 Oktober 2022

Seorang pria berjalan melewati indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Rudal tersebut menuju wilayah Tohoku dekat negara Jepang. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Kamis pekan ini setelah wall street hentikan reli dalam dua hari dan OPEC+ pangkas dua juta barel minyak.

Indeks Jepang Nikkei naik 0,7 persen ke posisi 27.311,30. Indeks Topix menguat 0,5 persen ke posisi 1.922,47. Indeks Kospi Korea Selatan menanjak 1,02 persen ke posisi 2.237,86. Indeks Kosdaq bertambah 3,02 persen ke posisi 706,1.

Di Australia, indeks ASX 200 mendatar di posisi 6.817,50. Indeks Hang Seng melemah 0,38 persen. Indeks MSCI Asia Pasifik menguat 0,37 persen. Sedangkan bursa saham China masih libur pekan ini.

Bursa saham Amerika Serikat (AS) tergelincir setelah naik tajam dalam dua hari. Indeks Dow Jones melemah 42,45 poin atau 0,14 persen menjadi 30.273,87. Indeks S&P 500 susut 0,2 persen ke posisi 3.783,28. Indeks Nasdaq melemah 0,25 persen ke posisi 11.148,64.

“Optimisme yang mendukung pasar keuangan awal pekan ini surut karena data AS terus artikulasikan perlunya tindakan kebijakan bank sentral lebih lanjut,” menurut catatan ANZ Research.

Indeks layanan ISM September dan laporan penggajian pribadi oleh ADP mengalahkan perkiraan. Investor menantikan laporan nonfarm payrolls Biro Statistik Tenaga Kerja pada akhir pekan ini.

 


Penutupan Wall Street pada 6 Oktober 2022

Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan saham Kamis, 6 Oktober 2022. Hal ini seiring pelaku pasar menimbang perubahan tajam dalam saham dan suku bunga saat awal bulan.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 346,93 poin atau 1,15 persen menjadi 29.926,94. Indeks S&P 500 merosot 1,02 persen menjadi 3.744,52. Indeks Nasdaq tergelincir 0,68 persen menjadi 11.073,31. Tiga indeks acuan tersebut membuka sesi perdagangan melemah. Semua rata-rata indeks acuan berada pada kecepatan untuk akhiri pekan lebih tinggi 4 persen, dan catat kinerja mingguan terbaik sejak 24 Juni 2022.

Sektor saham energi membukukan kinerja terbaik dengan naik 1,8 persen. Sektor utilitas melemah 3,3 persen. Tingkat imbal hasil obligasi tenor 10 tahun melampaui 3,8 persen. Imbal hasil obligasi tenor dua tahun lebih sensitif terhadap perubahan kebijakan moneter yang mencapai 4,2 persen.

Investor cemas menanti laporan tenaga kerja pada Jumat pekan ini yang akan menunjukkan bagaimana pasar tenaga kerja pada September 2022. Ini memberikan bank sentral informasi lain untuk kebijakan moneter terutama kenaikan suku bunga.


Menanti Data Tenaga Kerja AS

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan laporan tenaga kerja akan menunjukkan tambahan 275.000 dan tingkat pengangguran tetap 3,7 persen. Kejutan tambahan dapat meningkatkan kekhawatiran the Federal Reserve (the Fed) akan mengambil garis lebih keras pada inflasi.

Pada Rabu pekan ini, data dari ADP menunjukkan pasar tenaga kerja tetap kuat di antara perusahaan swasta pada September. Ada tambahan 208.000 pekerjaan, mengalahkan perkiraan wall street. Namun, pada Kamis pekan ini, klaim pengangguran lebih tinggi dari yang diharapkan, menandakan ada beberapa kelemahan pasar tenaga kerja.

“Sekali lagi, investor mencari kabar buruk untuk menjadi kabar baik. Jika laporan September lebih rendah dari yang diharapkan, pertumbuhan upah mungkin akan bertahan dan membuat poros dari Federal Reserve tidak mungkin,” ujar Chris Senyek dari Wolfe Research dikutip dari CNBC, Jumat (7/10/2022).

Ia menyebutkan, sementara saham saat ini rentan terhadap kenaikan besar. “Kami sangat percaya basis bearish (penurunan-red) jangka menengah tetap utuh,” kata dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya